Part 27

7.3K 1.3K 190
                                    

Part Dua Puluh Tujuh

Menembus gerimis dengan langkah cepat, Ivanka berhenti di dekat pos satpam ketika suara pak Wal memanggilnya dengan rengek menyedihkan. "Noon! Bapak pikir non ke mana."

"Apaan, sih? Orang cuma jalan-jalan aja."

"Ya tapi kan biasanya ngga ngilang gin--"

"Ngga usah lebay!" Ivanka segera menghardik hingga pak Wal hentikan rengekannya. "Kalau aku kabur, ngga mungkin aku tinggalin mobil, sertifikat rumah dan barang-barangku. Enak aj--"

"Kalau kamu kabur, aku blokir semua jalan biar kamu ngga bisa ke mana-mana." Xaveer yang menginterupsi ucapan Ivanka tiba-tiba berada di belakangnya dengan telapak tangan pria itu di atas kepala.

Memangnya dengan begitu hujan tak akan membasahinya?

Hah!

Ivanka ingin menendang Xaveer sebenarnya tapi di saat jantung malah berdentum tak karuan begini ia kesulitan bahkan untuk menggerakkan tubuh!

Sial!

Ivanka benci dengan debaran ini.

"Ayo masuk. Hujan."

Menyentak tangan ketika Xaveer memegang kedua bahunya, Ivanka langsung melaju mendahului.

Siapa sih pria itu sampai bisa mengacaukannya begini?

Sial!

Padahal tadi ia janji untuk pulang dalam keadaan baik dan tanpa perasaan apapun yang tersisa.

"Noon! Ya Allah! Ke mana aja sih, noon?!"

Tatapan Ivanka berubah malas ketika baru tiba di ruang tamu, mbo Wal yang ternyata ikut menanti langsung menghambur memeluknya.

"Mbok ya jangan bikin orang khawatir gini, non. Ya Allah." Sepasang mata mbo Wal yang sayu itu tampak memerah dan basah.

Sepertinya menangis sejak tadi.

"Aku cuma jalan-jalan, kok." Lalu tatapan kesal beralih pada Xaveer yang berdiri di sampingnya. "Apa sih yang kamu bilang ke mereka?!"

Pria itu langsung menghindari tatapannya sambil menggaruk kepala belakang yang tak gatal.

"Katanya non kabur! Kalau ngga ditemuin hari ini non ngga akan pulang ke sini lagi. Mas tuh bikin irang cemas!"

Meringis ingin ia gaungkan erangan kesal, Ivanka lalu memilih untuk membalas pelukan mbo Wal yang menangis di dadanya.

"Ya kali aku pergi ngga bawa apa-apa, mbo."

"Beneran jangan pernah pergi ya, non?"

Ivanka menggigit bibir bawahnya ketika nyeri menghantam dada.

Tak mungkin ia tak pergi dari tempat ini. Tapi memang bukan sekarang.

Dia janji di pernikahan ketiga. Dia janji dia akan pergi di hari itu.

"Mbo bikinin susu jahe, ya?" Xaveer bersuara dan tangan kembali memegang bahu Ivanka namun kali ini merangkul dengan erat.

Melerai pelukannya, mbo Wal kemudian pergi ke dapur setelah mengusap air mata, sedang Ivanka kembali menyentak bahu untuk singkirkan tangan Xaveer di salah satu bahunya. Namun tangan yang jatuh dari bahunya itu hanya turun untuk berpindah tempat ke pinggulnya.

Malah makin erat, Xaveer memeluk ia dari belakang sedang bibir pria itu menempel di tengkuknya yang terbuka.

"Lepas, ngga?!"

Xaveer menggeleng hingga mencipta gesekan di leher Ivanka yang meremang. "Badan kita basah," bisik parau pria itu.

"Siapa yang nyuruh kamu nungguin aku di luar?!"

Kisah Yang Kan Pisah Where stories live. Discover now