BAB 14: NICE MOMENT

100K 8.2K 131
                                    

Wanita cantik itu tengah duduk santai di Gazebo dekat taman bunga miliknya, ia memejamkan mata sembari menikmati semilir angin yang menerpa wajah mulusnya. Lia menghela nafas bosan, kedua mertuanya sudah pulang sebab Damian memiliki urusan mendadak.

Meow.....meow.......meow

Sebuah hewan berbulu menduselkan kepalanya pada kaki Lia, ia pun menatap kebawah untuk melihat hewan berbulu itu.

"Astaga, aku hampir melupakan mu" ujar Lia sembari mengambil kucing oranye tersebut kepangkuannya.

Kucing itu mengeong serta menatap Lia dengan imut.

Lia tersenyum dan memeluk kucing itu dengan senang.

"Sangat menggemaskan."

"Aku akan memberi mu nama" ucap Lia sambil mengusap bulu halus kucing yang baru ia temukan beberapa hari yang lalu.

"Ehm, bagaimana jika Leo? Nama yang sangat imut kan lagian kau kucing jantan" Lia berceloteh sendiri dengan kucingnya.

Bahkan wanita itu begitu menyukai dan menyayangi hewan berbulu itu.

"Bulumu sangat halus pasti bibi merawatmu dengan baik."

Interaksi Lia dengan kucingnya tak luput dari tatapan tajam seseorang, pria yang masih lengkap dengan jas dan celana kerja itu menghampiri Lia.

"Kenapa kau begitu tampan dan menggemaskan?" tanya Lia pada kucing itu bahkan dirinya mencium hewan berbulu itu beberapa kali.

"Ekhem."

Deheman seseorang mengalihkan perhatian Lia, ia menengok ke arah sumber suara.

"Arnov, tumben kau sudah pulang?."

"Hm."

Arnov hanya berdehem sekilas setelah itu ikut mendudukkan dirinya di samping Lia.

"Arnov kau harus berkenalan dengan Leo" celetuk Lia sambil menatap manik tajam Arnov.

Pria tampan itu mengerutkan keningnya, "Leo?."

"Iya Leo, anak baruku" jawabnya sambil mengangkat hewan berbulu itu kehadapan Arnov.

Leo? Arnov jadi teringat tangan kanannya. Ah sialan! Mengapa Lia harus mengambil dan menyebut nama orang lain.

"Anak?."

"Humm, bukankah dia sangat tampan dan imut."

"Kita bisa membuatnya sendiri jika kau mau" ujar Arnov santai sambil menatap lurus kedepan.

Plak

Lia menampar bahu Arnov pelan, "Mesum" jeritnya.

"Seharusnya memang seperti itu, Lia."

Lia menunduk, perkataan Arnov memang benar jika hal itu seharusnya terjadi dalam setiap hubungan rumah tangga. Tapi Lia benar-benar belum siap, dirinya jadi merasa bersalah dengan suaminya.

Arnov menghela nafas berat melihat Lia yang menunduk.

"Aku tidak memaksamu, Lia. Aku tahu kau belum siap."

Lia mendongak dan tersenyum.

"Terimakasih dan maaf Arnov."

Arnov tidak menjawab ia lebih memilih mengusap surai madu yang begitu halus dan indah itu.

"Apa nanti kau sibuk?" tanya Lia, tangannya tak henti-hentinya mengusap dan mencubit kucing baru kesayangannya.

"Tidak."

"Bisakah kau mengantarkan ku ke Mall?."

"Kau ingin berbelanja?" tanya Arnov melihat ke arah Lia.

Wanita cantik itu menganggukkan kepalanya.

"Baiklah."

Lia tersenyum, "Terimakasih Arnov, aku menyayangimu."

Ucapan Lia membuat batin Arnov bergetar, matanya menggelap, hatinya berdebar kencang mendapatkan serangan kebahagiaan yang tidak terduga.

Kucing Leo tiba-tiba turun dari pangkuan Lia, menuju ke arah Arnov yang masih mematung. Kucing itu menjilat tangan Leo yang bertumpu pada tempat duduk.

Spontan, Arnov menepis hewan berbulu yang menjilatnya dengan kuat dan kasar hingga tubuh kucing itu terlempar jauh.

"Sialan."

Meow

"Arnov" teriak Lia, mata wanita itu berkaca-kaca.

Ia meninju dada Arnov sekuat tenaga.

"Aku membencimu" ujarnya lalu menghampiri kucing manisnya yang berusaha untuk berdiri.

Lia menatap Arnov dengan tajam dan penuh permusuhan. Wanita terlihat begitu kesal pada suaminya.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Lia melenggang pergi ke dalam mansion.

Arnov masih mencerna apa yang terjadi, ia tidak mengaja menepis hewan kesayangan Lia. Sebab kucing itu tiba-tiba menjilatnya.

Dan apa yang Lia katakan tadi?

Membencinya?

Oh, itu tidak akan terjadi. Arnov memiliki banyak cara untuk membuat Lia tidak membencinya.

Arnov memilih untuk masuk ke dalam, menyusul Lia yang tengah menimang kucing itu sepertinya anaknya sendiri.

"Lia" panggil Arnov, wanita itu memalingkan wajah seolah tidak ada Arnov di dekatnya.

"Aku minta maaf. Aku benar-benar tidak sengaja sebab menepis kucing jelek itu" ujarnya.

Lia menatap Arnov dengan bengis.

"Jangan pernah menghina anakku Arnov dan lihat karena ulahmu Leo pasti kesakitan" jawab Lia pastinya dengan nada yang tak bersahabat.

"Iya, aku minta maaf. Sebaiknya kau segera mandi sebab ini sudah sore" Arnov lebih baik mengalah daripada membalas api dengan bensin.

Lia mengangguk, ia menaiki tangga menuju kamarnya sambil bergumam dengan kucingnya.

"Apa kau sakit, sayang?" tanya Lia pada kucingnya.

"Kau pasti sudah sehat" ujarnya pada kucing sambil mencium hewan berbulu itu.

Arnov yang melihatnya dari bawah menggeram pelan, auranya begitu tidak mengenakkan.

Sialan! Benar-benar kucing tidak tahu malu. Lihat saja apa yang akan Arnov lakukan pada sesuatu yang tidak ia sukai.

"Aku akan membunuhmu, kucing jelek."

_

Terimakasih

ARNOVEA: Second Life His Wife Where stories live. Discover now