BAB 31: PUZZLES?

55.4K 5.3K 242
                                    

Dua hari berlalu setelah kejadian tak mengenakkan itu. Pagi ini, Lia tengah cemberut dengan tubuh yang dibungkus selimut seperti kepompong. Bibir tipisnya mencebik kesal, semua ini ulah suaminya.

Lihatlah wajah menyebalkan Arnov yang menatapnya seperti singa kelaparan, padahal semalam ia sudah memberikan jatah pada suaminya itu.  Tapi kini tubuh tak berbusananya di bungkus selimut tebal dengan erat.

"Arnov lepasin" rengek Lia dengan wajah yang memelas berharap suami tampannya itu segera melepaskan lilitan selimut tebal ini.

Arnov mengusap wajahnya kasar kala melihat ekspresi menggemaskan istrinya, senyum miring pun terbit di bibirnya. Ia merangkak menuju ranjang lalu memeluk tubuh kecil istrinya yang terbungkus selimut.

"Arnov ini berat lepasin ih" Lia kembali merengek.

Pria tampan itu memejamkan matanya menikmati aroma yang menguar dari tubuh istrinya, ah, rasanya ia tidak ingin pergi bekerja.

Lia melemaskan tubuhnya, Arnov tidak mendengarkan ucapannya.

"Sayang lepasin, aku ingin mandi" ujar Lia dengan suara lirih.

"Tidak akan."

"Kau juga harus pergi ke kantor, Arnov."

Pria itu menatap Lia dari samping, ia mulai mengecup pipi istrinya dengan brutal hingga basah. Pipi putih nan lembut ini menjadi objek favoritnya untuk dicium.

"Arnovvv" pekik Lia saat suaminya tak menghentikan kegiatannya.

Arnov terkekeh pelan melihat wajah kesal istrinya, ia mengusap lembut pipi basah Lia yang terlihat sedikit memerah.

"Bagaimana jika kita mandi bersama?" tanya Arnov sembari menaik-turunkan alisnya.

Lia langsung melotot, ini bukan suatu saran yang baik untuk dilakukan. Pria itu memiliki tujuan lain selain mandi.

"Nggak mau" Lia menggelengkan kepalanya.

"Tapi aku ingin, sayang."

Arnov mengangkat tubuh Lia yang terbungkus selimut itu ke kamar mandi.

"Arnov aku tidak mau, aku bisa mandi sendiri" pekik Lia kala pintu kamar mandi di tutup dengan kencang.

Brak

"Sudah terlambat sayang."

_

Dengan setelan jas yang melekat di tubuh gagahnya, Arnov menghampiri istrinya yang berada di depan meja rias. Ia mengambil alih hair dryer yang berada di tangan Lia lalu membantu istrinya untuk mengeringkan rambut coklat madu yang masih basah itu.

Dengan telaten ia mengeringkan rambut istrinya, sesekali Arnov mencium pipi kanan dan kiri Lia.

"Kau akan di rumah atau ke butik?" tanya Arnov menatap bayangan istrinya di cermin besar.

"Aku akan ke butik siang nanti, ada pesanan untuk pernikahan yang belum aku selesaikan."

"Hm."

Arnov meletakkan hair dryer di atas meja lalu mengambil sisir berwarna hitam dan mulai menyisir rambut istrinya. Ia memberikan vitamin rambut yang biasa di gunakan Lia lalu kembali menyisir rambut itu hingga rapi.

Melihat rambut indahnya yang sudah rapi, Lia berdiri dan menghadap suaminya.

Cup

"Makasih sayang" ujar Lia setelah mengecup bibir suaminya sekilas.

Arnov melilit erat pinggang ramping istrinya, ia memajukan wajahnya hingga hidung keduanya bersentuhan.

"Aku mau yang lebih" ujar Arnov dengan suara serak.

Aroma mint tercium di hidung Lia membuatnya memalingkan wajahnya ke kiri.

"Bukankah tadi sudah."

"Kau yang membuatku menginginkannya lagi, sayang" Arnov mencium kening Lia.

Lia tersenyum lebar, ia menggenggam jemari suaminya.

"Bukankah saatnya kita sarapan, mungkin bibi sudah menyiapkan makanan untuk kita" ucap Lia lalu menyeret tangan suaminya untuk keluar dari kamar.

Wajah Arnov terlihat sangat suram, ia mengikuti langkah istri kecilnya dengan ekspresi datar.

_

Seorang pria paruh baya yang tengah duduk di kursi kebesarannya menghela nafas kasar, ia menghadap ke arah jendela besar yang menampilkan pemandangan padatnya suasana kota. Ia memijat pelipisnya yang sedikit pening, menyingkirkan tumpukan berkas yang menggunung di meja kerjanya.

Ia mengeluarkan sebuah foto dari laci lalu mengelusnya pelan gambar seorang balita perempuan yang tengah menangis lucu. Matanya sedikit memerah, pria itu memasukkan foto tersebut ke dalam laci lantas menguncinya.

Pria paruh baya itu mengalihkan perhatiannya ke arah pintu yang terbuka menampilkan sosok lelaki dewasa yang terlihat gagah dengan setelan jas nya.

"Ada keperluan apa tuan Nicholas datang kemari?."

Arnov mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depan pria paruh baya itu. Ia menatap datar orang yang berbicara kepadanya.

"Your son, right?."

Arnov melempar sebuah map coklat ke meja membuat pria paruh baya itu tersentak.

"Dasar anak setan, bahkan aku bisa melemparmu dari gedung tinggi ini" pria paruh baya menatap mengejek ke arah Arnov.

"Dan kau akan kehilangan putrimu, selamanya."

"Bajingan kau putra Nicholas."

"Lihatlah dan jawab pertanyaanku, aku tidak memiliki banyak waktu untuk ini."

Pria paruh baya itu berdecih sinis melihat kesombongan Arnov, ia mulai membuka map coklat yang di lempar dengan tidak sopan tadi.

Pria itu meremas kertas dan amplop coklat yang diberikan oleh Arnov, ia tersenyum miring dengan tawa yang mengudara di ruangan itu.

"Dari mana kau mendapatkan informasi tentang pria gila itu?" tanya pria paruh baya itu.

"Dia putra pertamamu, kan?."

"Dia bukan putraku, aku tidak memiliki anak laki-laki yang gila sepertinya."

Pria paruh baya itu terlihat tidak peduli.

Arnov berdiri dari duduknya, sepertinya ia membuang banyak waktu untuk datang ke tempat ini. Ia segera membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan ruangan.

"Beritahu putriku, aku sangat merindukannya" ujarnya.

Arnov menghentikan langkahnya, ia mengacungkan jari tengahnya tanpa melihat ke belakang.

"Never."

Sebuah buku dengan ketebalan 5 cm hampir mengenai kepala Arnov, pria itu tersenyum miring melihatnya.

"Loser."

_

Terimakasih ✨

Yuk komen dan Vote

Gimana nih tanggapan kalian tentang part ini?

Yuk kunjungi dan follow IG: wp.tantriii

Spam komen 'next' kalo kalian suka dan penasaran

Sampai jumpa di chapter selanjutnya!

ARNOVEA: Second Life His Wife Where stories live. Discover now