BAB 9: TAKE CARE OF HER

114K 8.5K 61
                                    

Dokter Jane tengah memeriksa keadaan Lia, ia begitu hati-hati dalam menyentuh wanita yang memiliki surai madu itu. Sebab seorang iblis tengah mengintai kegiatannya saat ini, salah sedikit bisa saja hari ini terakhir kali dirinya menghirup oksigen.

Berkali-kali dokter Jane menarik serta menghembuskan nafas dan itu disadari oleh Lia.

"Dokter, apa kau baik-baik saja?" tanya Lia, ia takut jika dokter yang memeriksanya juga dalam kondisi sakit.

"A-aku baik-baik saja nyonya."

Telah selesai memeriksa, ia mengumpulkan mental sekuat mungkin.

"Nyonya anda jangan sampai terkena air hujan lagi, sebab daya tahan tubuh anda sangat lemah jika terkena air hujan."

"Berapa lama ia akan sembuh?" tanya Arnov, pria itu mendekat ke arah ranjang milik Lia.

"Sepertinya nyonya akan sembuh dalam waktu dua hari tuan" balas dakter Jane sembari menormalkan degup jantungnya yang serasa ingin copot.

"Saya sudah menuliskan resep obatnya, mohon ditebus di apotek."

"Terimakasih, dokter" ujar Lia, bibir pucatnya memberikan senyum tipis.

"Sama-sama nyonya, saya harus pergi sebab masih ada pasien yang perlu saya tangani."

Dokter segera membereskan peralatannya, setelahnya ia berpamitan dengan tuan rumah dan segera pergi.

Dokter Jane merasa lega bisa keluar dari ruangan itu.

Begitu sangat menyiksa satu ruangan dengan Arnov, auranya begitu mematikan hingga dirinya kesulitan bernafas.

Arnov menyuruh salah satu bodyguard untuk menebus resep obat milik Lia di apotek. Ia pun kembali menatap Lia yang tengah terbaring di ranjangnya.

"Kau tidak ke kantor?" tanya Lia, biasanya pria itu akan pergi tepat waktu.

Arnov menggeleng pelan, ia masih sibuk menekan keyboard di ponselnya.

"Aku baik-baik saja, tidak perlu mengkhawatirkan diriku. Lagian kau pasti memiliki banyak kerjaan kan."

Mata tajam Arnov menghunus, ia menatap Lia dengan datar. Kenapa Lia begitu ingin dirinya bekerja, apa wanita itu tidak suka satu ruangan dengannya?

"Aku akan keluar."

"Kau akan bekerja?."

"Tidak."

Lia mengerutkan keningnya, "Lalu, mau kemana?."

Arnov menghembuskan nafas pelan, sebenarnya apa mau dari wanita ini. Jika ia tidak suka akan kehadirannya makan lebih baik Arnov keluar.

"Aku tahu kau tidak nyaman aku berada di sini, itu sebabnya kau menyuruhku untuk bekerja."

"Tidak, siapa bilang aku tidak nyaman. Aku hanya tidak ingin merepotkan dirimu, Arnov" balas Lia, wanita itu mencoba untuk bangun dan bersandar di kepala ranjang.

Arnov menghampiri Lia, pria itu melembutkan tatapannya pada istri mungilnya.

"Kau harus makan" ujar Arnov, lalu dirinya menekan tombol kecil yang ada di dinding kamar Lia.

Wanita cantik itu terlihat sangat kaget, "Sejak kapan ada tombol itu dikamarku dan untuk apa?."

"Sejak dulu."

"Untuk apa? Kau tidak berniat macam-macam padaku kan?" tuding Lia, ia bahkan spontan menutup area dadanya dengan tangan.

"Bukankah hal wajar jika suami istri macam-macam."

Lia tersenyum canggung, iya memang benar tapi kan?

Ah, lupakan saja.

Seorang maid mengetuk pintu kamar Lia dan membawa nampan yang berisi makanan serta satu gelas susu.

"Tuan, ini sarapan untuk nyonya."

Arnov mengangguk pelan, ia mengambil mangkok bubur yang diletakkan di atas nakas.

"Makan" ujar Arnov.

Arnov mulai menyuapi Lia dengan perlahan dan mendapatkan respon baik dari Lia.

"Arnov, setelah ini ada yang ingin aku bicarakan denganmu" ucap Lia, dirinya menatap suaminya yang tengah fokus pada bubur yang ada di mangkok.

"Hm."

Suapan demi suapan Lia terima hingga bubur yang diberikan maid tadi telah habis. Arnov pun menyodorkan satu gelas susu rasa vanila pada Lia.

Wanita itu menerimanya dengan senang hati, meminum susu tersebut hingga tandas.

Arnov mendengus pelan kala sang bodyguard menurutnya sangat lama untuk membeli obat. Lihat saja jika dalam satu menit orang itu tidak datang maka akan ia akhiri hidupnya.

"Tuan, ini obatnya" bodyguard tersebut memberikannya pada Arnov dengan menunduk.

"Hm, pergilah" usir Arnov.

Arnov membaca aturan meminum obat setelahnya ia membukakan bungkus obat tersebut satu persatu lalu memberikannya pada Lia.

"Minum" titah Arnov.

Lia hanya menghela nafas pelan, ia benci meminum obat. Rasanya dirinya ingin menangis saja terlihat dari mata bulatnya yang mengembun.

Pria itu menarik dagu Lia untuk menatapnya, ia membuang nafasnya kasar melihat mata indah itu mengembun.

"Kau harus minum obat, Lia."

"Rasanya pahit dan tidak bisa tertelan" jawab Lia, ia mengusap matanya.

Malu jika harus menangis di depan suaminya.

"Minumlah atau aku akan memotong kedua kakimu" ujar Arnov penuh ancaman, pria itu harus memilih jalan ini agar Lia mau meminum obat.

Lia pun mulai meminum obatnya satu persatu, bahkan air matanya mengalir. Ia begitu susah menelan pil besar ini, bahkan sesekali dirinya memukul dadanya.

Arnov yang melihat itu pun berinisiatif untuk mengelus punggung istrinya.

"Sudah" ujar Lia sembari menyerahkan gelas kosong kepada Arnov.

"Sudahlah, jangan menangis" kata Arnov menenangkan Lia.

Pria itu memeluk tubuh Lia, guna menenangkan istrinya.

_

Terimakasih ✨

ARNOVEA: Second Life His Wife Where stories live. Discover now