Chapter 84 - Epilogue + VOTE COVER

43.6K 2.2K 2K
                                    

vote dulu sebelum baca ✨

[...]

Seven years later.

Musim semi, musim yang sangat cocok untuk bunuh diri.

Laki-laki itu duduk di sebuah kursi yang terletak di tempat yang tinggi. Di atas sana, ia mengamati, juga menikmati. Menikmati pemandangan di bawahnya yang menampakkan puluhan orang dan anak-anak saling berlomba untuk bunuh diri dan membunuh satu sama lain.

Bibir merah muda alaminya tersungging. Ia menonton pemandangan mengerikan---yang justru menurutnya seru itu---sambil menopang dagunya menggunakan satu tangan. Rambut hitam legamnya menari-nari terkena embusan angin musim semi. Kulitnya yang putih bersih itu bersinar terang terkena cahaya bulan. Matanya seindah Zamrud Khatulistiwa, menambah parasnya yang tampan dan rupawan. Sungguh kharismatik.

Menurut laki-laki itu, manusia adalah makhluk emosional yang jarang berpikir rasional. Sebagain dari mereka lebih mengedepankan rasa daripada logika. Emosi negatif yang menumpuk di dalam diri manusia bisa meledak kapan saja. Laki-laki itu cukup melakukan satu hal, yaitu bertindak sebagai pemicu, lalu, ledakan emosi pun terjadi. Mereka meledakkan emosi masing-masing dengan cara saling membunuh dan bunuh diri.

Baginya, manusia hanyalah alat. Tak kurang dan tak lebih.

"Kematian," ucap lelaki muda itu. "Satu-satunya hal yang sama bagi semua manusia adalah kematian. Benar begitu kan, Prof. Cassano?"

Laki-laki itu menoleh ke samping kiri, kepada seorang pria dewasa yang berjalan mendekatinya. Pria yang dikenal dengan nama Cassano itu melihat pemandangan mengerikan nan brutal di bawah sana dengan wajah penuh ketegangan dan ketidakpercayaan.

Setelah itu, Cassano menoleh pada si lelaki muda, mengamati raut wajahnya yang bisa dibilang tenang---sangat tenang malahan. "Kau--- bagaimana bisa kau melakukan ini semua?" tanyanya tidak percaya. Tampak sekali bahwa ia tengah mencoba menutupi rasa takut yang memenuhi perasaanya.

Kembali fokus melihat ke bawah, lalu lelaki muda itu baru menjawab, "Aku hanya memercikkan sedikit api pada tumpukan jerami kering yang mudah terbakar."

Mendengar itu, Cassano kaget bukan main. Ternyata anak yang duduk di sampingnya ini bukan orang biasa. Di usianya yang masih sangat muda, ia mampu memanipulasi puluhan orang yang berada di tempat ini untuk saling membunuh satu sama lain. Anak itu memiliki kemampuan untuk membangkitkan sisi gelap serta membuka sisi monster seseorang. Ia mampu membuat seseorang bunuh diri bahkan hanya bermodalkan kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Benar-benar mengerikan.

Tempat ini bernama Casa d'Amore yang memiliki arti Rumah Cinta, yaitu sebuah yayasan pendidikan yang berisi anak-anak jenius dari berbagai penjuru Italia. Masyarakat luar hanya mengetahui bahwa Casa d'Amore merupakan tempat lahirnya orang-orang hebat dengan bakat yang luar biasa. Namun, ada sebuah rahasia di dalam Casa d'Amore yang hanya diketahui oleh beberapa orang termasuk para petinggi yayasan, yaitu mengenai sebuah eksperimen yang telah mereka jalankan. Sebuah proyek yang akan mengubah anak-anak jenius menjadi tentara sempurna. Rekonstruksi psikologis. Riset pada modifikasi manusia.

Tidak disangka, proyek eksperimen yang sangat rahasia itu diketahui oleh salah satu anak didiknya, lalu dengan mudahnya anak itu menghancurkan eksperimen tersebut dengan cara mengadu domba para objek eksperimen beserta para petugasnya.

Monster. Anak itu adalah monster.

Di tempatnya berdiri, Cassano ketakutan setengah mati. Cassano tidak bisa membayangkan akan semengerikan apa anak itu saat dewasa nanti.

"Total ada dua puluh tujuh anak, Prof. Delapan sisanya adalah orang dewasa. Mereka semua mati di musim semi yang indah ini. Manusia akan lebih berharga ketika mereka kehilangan nyawa." Tutur katanya tidak menggambarkan anak seusianya. Sungguh, satu monster telah lahir di dunia. Monster jenius yang memiliki kemampuan manipulasi di atas rata-rata.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang