Chapter 77 - The Devil's Son

91.3K 8.8K 16.8K
                                    

absen dulu yuk, pake emot kesukaan kamu, di sini ➡➡➡
misal; 😫

aku memohon dengan sangat untuk menekan bintangnya dulu ✨ komennya juga jangan lupa. semangat 🔥🔥🔥

mohon tandai typo juga

"Ayo, cepat bawa kucing liar itu padaku. Aku tidak sabar untuk segera membedah perutnya, lalu mengeluarkan semua organnya," ujar Alucard dengan wajah polosnya.

"Tapi, Tuan Muda---"

"Apakah kau diajarkan untuk membantahku?" potong Alucard sambil mengedip-ngedipkan mata bulatnya, membuat penjaga tersebut sontak merapatkan bibir, merasa takut.

"Cepat, aku tidak suka menunggu." Alucard berujar lagi sembari menunduk dan memainkan bulu si Oyen.

"Ba-baik," kata penjaga tersebut ragu-ragu. Berikutnya, penjaga itu berbalik badan kemudian melangkah menuju gerbang depan.

Secara diam-diam, Samanta mengirimkan sebuah pesan kepada Cassandra, meminta kepada ibu dari Alucard itu untuk segera menuju ke tempat mereka berada, sebelum Alucard benar-benar melakukan aksi pembunuhan pertamanya.

Sambil membawa Oyen di gendongannya, Alucard berjalan dengan kaki kecilnya menuju sebuah kursi panjang, lalu menudukkan diri di atas kursi tersebut. Setelah itu, Samanta menyusul duduk di sebelah Alucard.

Samanta menoleh untuk memerhatikan Alucard yang tengah tersenyum sambil mengelus-elus bulu Oyen. Kaki kecilnya yang berbalut kaos kaki abu-abu dan sepatu putih itu ia ayun-ayunkan. Bibir tipisnya tak henti-hentinya mengocehkan sesuatu yang tidak dapat Samanta dengar dengan jelas. Bagi orang lain, Alucard terlihat seperti anak berusia 5 tahun pada umumnya. Lucu. Menggemaskan. Namun bagi orang yang mengenal dekat Alucard, tahu betul bahwa sifat Alucard tidak seperti penampilannya yang lugu dan polos.

Bocah itu memiliki pemikiran cerdas seperti orang dewasa. Ia pandai memanfaatkan situasi guna mendapatkan apa yang ia inginkan. Ace adalah orang yang paling sering Alucard manfaatkan, karena Alucard tahu betul jika ayahnya itu tidak akan pernah menolak permintaannya. Permintaan sesulit apa pun, pasti akan Ace kabulkan.

"Kau tahu, Saman?" kata Alucard kepada Samanta tanpa melepas pandangannya dari kucing di pangkuannya itu.

"Nanti, saat aku dewasa, aku ingin menjadi hebat seperti ayahku," sambung Alucard dengan senyuman tipis di bibirnya. Kemudian, Alucard menoleh ke arah Samanta untuk menatap wajah wanita itu, menambahkan, "Melebihi kehebatannya. Melebihi apa pun yang telah dia lakukan. Termasuk menghancurkan semua musuhnya."

Mendengar itu, Samanta meneguk ludah. "Itu masih sangat lama sekali," ujar Samanta lembut, "yang harus kau lakukan saat ini adalah bermain dan bersenang-senang. Seperti kebanyakan anak seusiamu pada umumnya."

"Selama ini aku selalu bersenang-senang," sahut Alucard kembali menunduk pada kucingnya. "Tapi, tentu saja, kesenanganku dengan kesenangan anak-anak lain jelas berbeda. Aku dan mereka berbeda, Saman. Jangan pernah samakan aku dengan anak-anak bodoh lainnya."

Samanta kehabisan kata-kata. Wanita itu memilih diam sambil menunggu kedatangan Cassandra. Karena hanya Cassandra yang dapat menjinakkan Alucard dan mengubah Alucard menjadi bocah manja seperti seharusnya.

Selang beberapa saat kemudian, penjaga tadi datang sambil membawa seekor kucing berwarna hitam. Alucard mengembangkan senyumannya, ia tampak sumringah dan sangat antusias.

"Pegangi," kata Alucard sambil menyerahkan Oyen kepada Samanta, kemudian bocah itu merebut kucing hitam itu dari tangan si penjaga.

"Aku sangat menyukai kucing," ungkap Alucard seraya mengusap-usap puncak kepala kucing hitam itu. Mengusapnya dengan lembut dan penuh sayang, seperti apa yang selalu ia lakukan kepada Oyen.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang