Chapter 44 - Touch Her, You Die

134K 10.5K 3.8K
                                    

"Hanya berciuman, Cassie, tidak lebih, jangan takut."

"Pasti nanti keblablasan."

"Sepertinya iya." Ace menyeringai. Sebelum Cassandra kembali memprotes, Ace segera membungkam bibir Cassandra menggunakan bibir tebalnya. Melumat dengan lembut. Tangan satunya menekan tengkuk Cassandra guna memperdalam ciuman. Namun tidak berlangsung lama karena Cassandra mendorong dadanya agar terlepas.

"Kenapa?"

Diam tidak menjawab. Cassandra bahkan kesusahan mengatur napasnya untuk kembali normal. Dia takut jika nanti suara desahannya bisa didengar oleh ayahnya.

"Kenapa?" ulang Ace.

"Eumm, hanya ciuman, ya," kata Cassandra memperingati. Berikutnya dia mengalungkan kedua tangannya di leher Ace, lalu lebih dulu menempelkan bibirnya.

Ace tersenyum di sela-sela ciuman mereka. Tak ingin diam saja, ia segera melahap habis bibir Cassandra dan menghisapnya. Memagut atas dan bawah secara bergantian. Tangan Ace yang lain menyelinap masuk ke dalam atasan Cassandra, mengelus-elus kulit punggung perempuan itu dan berusaha untuk membuka kaitan bra-nya.

Guna mempermudah akses Ace untuk membuka kaitan bra-nya, Cassandra membusung ke atas hingga dada keduanya menempel. Berhasil terbuka. Tangan nakal Ace mulai melancarkan aksinya.

Apanya yang cuma ciuman, woiii?! Cassandra berteriak dalam hati, tapi tidak kuasa menolak sentuhan dari tangan Ace. Dia memejam. Memilih pasrah. Toh, dia juga sangat menikmati.

Saat lidah Ace sudah berhasil melesak masuk ke dalam mulut Cassandra, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.

Tok! Tok! Tok!

Membuat kaget Cassandra hingga tak sengaja menggigit lidah Ace sampai berdarah.

"Cassie!"

"Ayahku," desis Cassandra seraya menatap Ace yang menjulurkan lidahnya yang sudah penuh dengan cairan merah. Tanpa rasa bersalah sama sekali, dia buru-buru menyingkirkan tubuh Ace hingga Ace kehilangan keseimbangan dan jatuh ke bawah.

"Sembunyi di bawah ranjang," suruhnya dengan suara yang dibuat sepelan mungkin. "Cepatt."

Ace menurut dan segera menggeser tubuhnya untuk sembunyi di kolong tempat tidur.

Tok! Tok!

"Cassie, buka pintunya!" seru Banyu tidak sabaran.

Setelah merapikan pakaiannya, Cassandra berjalan menuju pintu, membukanya. "Hoaam, iya, Pa?" ujarnya pura-pura mengantuk seraya mengucek mata.

"Di mana Es? Papa cari di mana-mana kok nggak ada?"

"Nggak tau. Ke toilet kali."

"Dia nggak ke kamar kamu, kan?" selidik Banyu melihat ke dalam kamar milik Cassandra.

"Enggak. Pintunya aku kunci dari tadi kok," bohongnya.

"Awas ya kalo dia berani masuk ke kamar kamu dan berbuat hal-hal mesum ke kamu. Kalo iya, Papa bakalan panggil Pak RT sama warga buat arak dia keliling kompleks dan nyuruh anak-anak kecil ngelemparin dia batu."

"Serem amat, Pa."

"Yaudah, balik tidur lagi kamu. Kunci lagi pintunya."

"Iya."

Cassandra segera menutup pintu lalu mengembus napas lega, "Selamat …, hampir aja ketauan." Tangannya mengelus-elus dada.

"Ace," panggilnya. Ace keluar dari kolong kasur, lalu berdiri sembari mengusap-usap pakaiannya.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang