Chapter 51 - Don't Touch My Wife!

84.8K 9.8K 4.4K
                                    

"Eh? Hilang?" ujar Claude saat tidak menemukan jasad Ace di tempat semula. Ia menoleh pada Elios, menambahkan, "Tadi aku sudah benar-benar menembaknya. Serius. Lalu dia jatuh tersungkur ke bawah. Kau juga melihatnya, kan? Iya, kan? Tapi--- wuusshhh! Dia hilang begitu saja seperti jin tomang. Ke mana perginya?" Claude mengangkat kedua tangannya dan ia tempelkan di atas mata membentuk teropong, memandang ke seluruh ruangan, mencari keberadaan Ace.

"Sudah pasti Tuan Javarius mengenakan jas anti peluru," balas Elios dengan mata yang mengerling waspada ke sekitar.

"Ah! Kenapa tidak kutembak tepat di kepalanya saja?" sesal Claude lalu mendecakkan lidah.

Berikutnya, dengan gerakan cepat, Claude menarik tubuh Elios agar terhindar dari sebuah peluru yang dilepaskan.

Dor!

Peluru itu hampir saja mengenai kepala Elios kalau saja Claude---yang memiliki insting hewan buas---tidak segera menyadari bahwa Ace melakukan serangan balasan dan mengincar teman sekaligus orang kepercayaannya itu. Berkat instingnya yang kuat, Claude berhasil mencegah kematian Elios---peluru itu tidak jadi mengenai kepala Elios dan malah mengenai dinding di belakang mereka. Kini Claude berubah ke dalam mode serius dan waspada. Mengamati sekitar, mencoba menemukan keberadaan Ace seraya masih bersembunyi di balik tembok.

"Kau cepatlah menuju ruangan itu. Jalankan rencana B. Biar aku yang menghadapinya sendirian di sini."

"Jangan sampai Anda mati, Tuan," kata Elios bergerak hati-hati untuk menuju ruangan yang mereka maksudkan.

"Tidak akan."

Saat Elios sudah tidak ada di sekitarnya, Claude keluar dari persembunyiannya, berjalan pelan menuju ke tengah-tengah. Pandangannya meluas ke seluruh ruangan tersebut. Mencoba mencari keberadaan Ace.

"Keluarlah," suruh Claude seraya memutar badannya perlahan.

Tuk. Tuk. Tuk.

Bunyi ketukan sepatu kulit terdengar. Terlihat Ace melangkah keluar dari tembok sebelah barat. Claude segera menghadapkan tubuhnya ke arah Ace. Tersenyum ramah sambil mengangkat satu tangan, lalu menyapa, "Bonjour. Kau tampak sehat dan lengkap. Tidak ada luka sedikit pun. Padahal, kukira tadi peluruku sudah menembus jantungmu. Ah iya, kau pasti mengenakan jas anti peluru, kan? Tapi kenapa tadinya kau berpura-pura jatuh tersungkur seolah-olah berhasil kutembak? Kau---"

"Shut the hell up, you fucking shit," potong Ace dengan nada dingin dan penuh penekanan.

"Oke, aku tampan dan aku diam." Claude menutup rapat mulutnya. Tatapan mata singanya fokus untuk mengamati setiap gerakan yang Ace lakukan.

"Kau menyentuh istriku."

"Sedikit."

"Kau telah lancang menciumnya. Tidak bisa dimaafkan."

Seringai Claude muncul, "Rasa bibirnya lebih manis dari permen karet kesukaanku."

Ace berhenti saat jarak di antara keduanya tinggal empat meter. Dengan wajah dingin serta perasaan yang dipenuhi oleh amarah, ia membuka tas hitamnya, hendak mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.

Dalam hitungan detik, Ace melemparkan sebuah pisau bedah ke arah Claude, ke arah kepalanya. Namun beruntung Claude segera memiringkan kepalanya sehingga ujung pisau tersebut tidak mengenainya sama sekali dan kini malah tertancap pada tiang penyangga di belakangnya.

"Wow-wow, tadi itu hampir saja," kata Claude menoleh ke belakang, kepada pisau bedah yang menancap. "Fyuhh, kau membuatku hampir jantungan. Tapi untungnya refleks-ku bagus, sehingga bisa langsung menghindar, telat sedetik saja, mungkin kepalaku sudah bocor." Claude memandangi Ace lagi dan membuang napas panjang.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang