Chapter 73 - Marry Me, Please

89K 8.3K 11.7K
                                    

part ini sedikit 18+

Beberapa saat sebelumnya.

Setelah urusannya dengan Vito Dominico selesai, Ace menuju ke kamar untuk menemui Cassandra.

"Mau berdansa denganku?" tawar Ace sambil mengulurkan tangan kanannya kepada Cassandra yang duduk di tepi ranjang.

"Aku tidak bisa berdansa."

"Kuajari."

Lebih dulu tersenyum, lalu Cassandra menerima uluran tangan Ace dan berdiri. Selanjutnya, keduanya keluar kamar untuk menuju lantai dasar---tempat di mana pesta dansa telah dimulai.

Begitu tiba di tengah-tengah puluhan pasangan yang berdansa, Ace langsung mengajari Cassandra secara pelan-pelan. Ia memegangi pinggang ramping Cassandra dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegangi tangan kiri Cassandra. Mereka berdua bergerak ke kanan-kiri dengan perlahan.

"Cukup mudah, bukan?"

"Iya, tapi jauh lebih mudah duduk dan tidak melakukan apa-apa," kelakar Cassandra.

Karena gemas, akhirnya Ace membungkuk dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Cassandra, mengendus-endus, membuat Cassandra kegelian.

"Cukup, Ace! Geli!" seru Cassandra diselingi kekehan kecil.

Ace menyudahi aksinya sambil mengulas senyum. Dipandangnya lagi wajah Cassandra yang selalu tampak cantik di matanya. Ace beruntung. Meski usianya terpaut jauh dengan usia Cassandra, tapi keduanya sama-sama saling mengerti dan saling mengisi kekurangan masing-masing. Cassandra jauh lebih hebat. Di usianya yang masih sangat muda, dia mampu menjadi sosok perempuan hebat yang berjasa besar bagi hidup Ace.

Cassandra melingkarkan kedua tangannya di perut Ace, memeluk pria itu dengan erat, lalu menempelkan pipi kanannya pada dada bidang pria itu. Dia bergumam pelan, "Aku takut."

"Takut apa?" tanya Ace rendah. Ia menghirup aroma sampo yang menguar dari rambut hitam Cassandra, kemudian mengecup puncak kepala istrinya selama beberapa detik.

Setelah itu, Cassandra baru membalas dengan suara yang lebih pelan dari sebelumnya, "Aku takut jika suatu saat nanti, hatimu berubah. Aku takut, jika rasa cintamu tiba-tiba berpindah. Aku takut, jika suatu hari nanti, aku bukan lagi menjadi perempuan yang kau cintai." Cassandra menggeleng pelan, sementara Ace masih bungkam. "Entahlah, tiba-tiba saja, rasa takut akan kemungkinan-kemungkinan buruk itu muncul dan memenuhi pikiranku. Kau terlalu sempurna untuk menjatuhkan hati kepada perempuan biasa sepertiku, Ace. Di luar sana, banyak sekali wanita cantik yang berlomba-lomba untuk memikatmu. Dan aku takut, jika salah satu dari mereka berhasil menarik perhatianmu. Aku ...."

"Ssttt," potong Ace, membuat Cassandra merapatkan bibirnya. "Kau lupa, ya? Selama ini, tidak ada satu wanita pun yang berhasil membuatku tergoda selain dirimu. Apakah korban-korbanku tidak cukup sebagai bukti bahwa aku tidak memiliki ketertarikan kepada mereka sama sekali?"

"Kau benar," sahut Cassandra mengembus napas lega, "aku melupakan itu."

"Secantik apa pun mereka, aku tetap tidak tertarik, sama sekali."

"Bohong."

"Huh?"

"Kau tertarik kepada mereka," papar Cassandra. "Maksudku, tertarik untuk kau jadikan model."

Ace mendengus geli. Berbicara mengenai model, Ace jadi merindukan aksinya itu lagi. Ia rindu menjelajahi kelab untuk menjerat kupu-kupu malam. Membawa mereka ke ruang operasinya dan mulai menciptakan karya seni pada tubuh indah mereka. Oh, bagaimana ini? Jiwa-jiwa psikopat Ace muncul kembali. Ingin rasanya ia segera pergi ke kelab terdekat lalu mengajak satu kupu-kupu cantik untuk ia buat menjerit histeris malam ini. Ah, pasti akan seru sekali. Membayangkannya saja, sudah berhasil membuat Ace menjadi on seperti sekarang ini.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang