"Lagi pula gimana bisa aku pacaran sama Mas Willy. Dia saja cinta mati sama wanita lain," omelku.

"Tapi serius. Sikap Mas Willy sama kamu kayak ada yang beda. Aku pikir kalian memang lagi menjalin hubungan. Keliatannya Mas Willy juga sayang banget malah sama kamu."

"Sayang apaan. Jelas gak mungkin lah. Kemarin saja aku masih lihat dia jalan sama Chika."

"Serius?"

Aku mengangguk. "Iya. Dan yang bikin aku sampai pingsan. Seharian gak bisa tidur. Aku juga gak makan karena gak nafsu. Kamu tahu gak karena apa?"

Zela dengan cepat menggeleng. Aku menarik napas dalam-dalam. "Karena Mas Willy. setelah aku mencoba buat jaga jarak sama dia karena hubungan pacar bohongan kami sudah selesai. Mas Willy malah sering mengganggu dan mendekatiku. Dia suka tiba-tiba manggil aku Sayang."

"Sayang?" ulang Zela.

Aku mengangguk lagi. "Iya. Dan yang bikin aku jadi stres sampai gak nafsu makan. Kemarin malam, Mas Willy cium aku."

Kedua mata Zela membulat sempurna. Sudah jelas menandakan kalau wanita itu syok. Dia lebih terkejut dari pengakuan soal hubunganku dan Willy tadi. Tapi aku memakluminya. Zela tahu aku, aku memang pernah berpacaran. Dan itu juga bukan ciuman pertamaku. Tapi tidak semua pria yang berkencan denganku bisa menciumku.

"Mencium kamu!?" teriak Zela.

"Berisik Zel. Kedengeran tetangga sebelah nanti."

Zela langsung menutup mulutnya. "Sorry-sorry. Lagian pengakuan kamu bikin kaget saja."

"Memang Cuma kamu yang kaget? Aku juga sama kagetnya, tahu! Aku bahkan gak bisa berpikir jernih waktu itu. waktu sadar kalau itu salah aku langsung dorong Willy dan masuk ke kost tanpa ada bicara apa-apa lagi."

"Oh may god. Gak nyangka kalau kamu bakal dapat moments romantis kayak gitu Ra. Tebakanku jelas gak salah. Mas Willy sudah jelas suka kamu."

Aku mendesah mendengar ucapan Zela yang terus-terusan menebak kalau Willy menyukaiku. Aku memang tidak tahu kenapa pria itu selalu mengganggu, memanggilku dengan kata sayang dan─menciumku. Tapi yang jelas. tidak mungkin dia menyukaiku. Dia saja masih galau dengan hatinya yang penuh dengan Chika.

"Jelas kamu salah. Gak mungkin Mas Willy suka aku. jelas-jelas dia masih cinta sama Chika."

"Duh, jangan overthinking gitu dong, Ra. Memang Mas Willy cinta sama Chika. Tapi setelah kamu hadir di hidup dia siapa tahu bikin Mas Willy sadar kalau ada wanita yang jauh lebih baik daripada Chika yang gak bisa mencintainya. Ya itu kamu yang akhirnya berhasil bikin Willy sadar."

"Gak usah ngaco. Dibanding kehadiranku yang baru muncul, sudah jelas itu gak mungkin bikin dia suka aku dan ngelupain Chika begitu saja. Lagian ya, di rumah sakit kemarin. Chika juga datang menjenguk. Kamu pikir wanita itu tahu aku di rumah sakit dari siapa kalau bukan dari Willy?"

"Eh? Beneran?"

"Hm."

"Duh, aku jadi pusing. Kalau Mas Willy gak suka kamu kenapa dia cium kamu coba?" pikir Zela. "Tahu gak Ra, kemarin waktu kamu sakit. Mas Willy bahkan gak mau pulang. Dia bilang dia masih mau jagain kamu sampai aku pulang beli makan. Kemarin waktu aku mau beli makan, tiba-tiba Mas Willy datang. Kebetulan ada dia aku minta buat jagain kamu sebentar. Dan Mas Willy mau."

"Itu juga yang mau aku tahu dari Willy Zel. Aku gak mau stres mikirin itu terus. Kemarin aku sempat nyuruh dia buat balik karena aku gak mau ketemu dia dulu. Tapi dia masih di sini. Dan kemarin, dia baru saja janji mau jelasin soal kenapa dia cium aku."

"Jadi ini yang kamu bilang makasih ke aku?"

Aku mengangguk. "Ya. Karena aku benar-benar ingin tahu kenapa dia menciumku kemarin. Aku gak mau salah paham, jadi aku minta kejelasan dari dia."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Reaching Dream, with Bos!Where stories live. Discover now