07 : MISSION

3.6K 342 6
                                    

Hari sudah mulai gelap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari sudah mulai gelap. Geino, Aether dan Sir Henry sudah berada di jalan dekat kastil Silveryen.

Aether merasa tidak percaya dirinya bisa menginjakkan kaki di wilayah tempat bangsawan tertua itu, "Sir apa kau percaya bisa berada disini?" tanya Aether sambil melihat ke arah luar dari jendela kereta kuda nya.

"Tidak My Lord, aku harus memamerkan ke teman-temanku nanti ketika aku sampai di rumah." Sir Henry serius dengan ucapannya ia sudah ada rencana untuk pamer.

Geino yang berada di depan pun menghentikan kuda nya alhasil Sir Henry juga ikut berhenti. Entah mengapa tiba-tiba Geino turun dan menghampiri Aether yang berada di dalam kereta kuda.

"Ada apa?" tanya Aether menaikkan satu alisnya.

"Kastil sudah dekat, kau melihat nya kan? Aku akan langsung pergi karena ada beberapa urusan penting, dan disana ada para pelayan yang akan membantu mu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kastil sudah dekat, kau melihat nya kan? Aku akan langsung pergi karena ada beberapa urusan penting, dan disana ada para pelayan yang akan membantu mu. Besok kita akan bertemu lagi." Geino pun langsung pergi tanpa mendengar jawaban Aether, ia benar-benar meninggalkan mereka berdua.

"Sir Henry, ayo kita pergi kesana."

"Baik, Your Grace."

Mereka pun melanjutkan perjalanan, begitu sampai para pelayan membuka pintu dan membantu membawakan barang-barang Aether masuk.

"My Lord, sepertinya aku harus tidur. Tubuhku benar-benar lelah."

"Ya, kau tidur lah." Aether menyetujui permintaan Sir Henry.

Sir Henry pun mengikuti jejak salah satu pelayan untuk menunjukkan kamarnya, ia benar-benar lelah dan butuh istirahat. Sementara itu Aether melihat sekeliling, ia baru sadar bahwa didalam kastil ini hangat tidak seperti berada di luar. Tampaknya ia disambut dengan sangat baik.

"Lord Rivallion..." kata seorang pria yang tampaknya sudah berumur lebih dari setengah abad sambil menundukkan kepala dengan rasa hormat yang besar.

"Aku?" Aether masih kebingungan dan merasa aneh karena ini bukan rumah ataupun wilayahnya.

"Perkenalkan namaku adalah Matthew Cruise, orang kepercayaan keluarga Silveryen. Aku sudah menyiapkan air hangat untuk anda membersihkan diri My Lord, lalu para pelayan telah menyiapkan beberapa makanan di meja makan setelah itu anda bisa beristirahat."

"Terima kasih, Sir Matthew."

"Kalau begitu aku akan kembali ke kamar, pelayan akan mengantarkanmu menuju tempat yang kau mau. Permisi, Your Grace." Matthew menundukkan kepala kembali.

"Baiklah, sekali lagi terima kasih." Aether juga ikut menundukkan kepala.

Matthew pun pergi meninggalkan Aether.

"Ada yang bisa kubantu, Your Grace?" kata pelayan wanita itu dengan rasa hormat.

"Tidak, aku akan berjalan-jalan sebentar terima kasih."

*****

Isaura dan Charesa tengah makan malam tanpa Geino, sejujurnya Charesa khawatir karena Geino tidak bilang jika dirinya pergi.

"Dimana kakak mu itu berada Isaura, aku sungguh khawatir." Charesa menghela nafas, merasa cemas, merasa resah dan tidak bisa tenang. Bahkan makanan yang tersaji tidak ia sentuh.

"Charesa tenanglah, aku yakin Geino sedang pergi keluar untuk menemui para warga. Seperti biasa." Isaura menenangkan Charesa yang tampak resah itu. "Charesa makan lah buah ini setidaknya untuk mengisi perutmu." Isaura menaruh potongan apel itu di piring kosong Charesa.

Tiba-tiba pintu terbuka dengan suara langkah kaki yang terasa tak asing---Geino datang, membawa sebuah lukisan berukuran 48x32 dengan gambar mereka bertiga. "Sir, tolong taruh ini di dekat lukisan mendiang ayah dan ibu ku." Geino meminta salah satu Sir yang bernama Sir Derrick Vabilles untuk membantu nya. "Bawa dengan hati-hati,"

"Baik, Your Grace." Sir Derrick pun membawa lukisan itu dengan hati-hati.

Geino pun baru pergi ke ruang makan karena ia tau pasti istrinya itu sedang khawatir. Ini memang salah nya karena tidak izin untuk keluar karena memang niat awalnya ia ingin menemui Aether yang baru datang dan harus merahasiakannya. Begitu ia datang ke ruang makan, Charesa langsung bangkit dari kursi nya begitu juga dengan Isaura.

"Geino! Dari mana saja kau?" Charesa mendekati Geino, hati nya merasa lega seketika.

"Maaf aku tidak izin karena ada urusan mendadak, nanti akan kuberitahu." Geino tersenyum tulus pada Charesa, ia pun mencium kening sang istri untuk menenangkannya.

Isaura yang melihat itu pun merasa tubuhnya membeku seketika. "Aku pergi ke kamar dulu. Jangan lakukan hal seperti itu lagi Geino, kalau begitu selamat malam." Isaura pun pergi meninggalkan ruang makan.

Setelah kepergian Isaura, Geino pun langsung menatap sang istri dengan serius.

"Apa yang mau kau bicarakan?" tanya Charesa penasaran.

"Lord Rivallion sudah datang, dia sudah berada di kastil."

Charesa terkejut ia sampai menutup mulut nya, dirinya benar-benar tidak percaya jika Duke of Riverstock itu menuruti permintaan suami nya. "Benarkah? Kenapa kau tidak membawa ku kesana? Kita bisa menyambutnya dengan benar." kata Charesa bisik-bisik.

"Aku tidak tau jika dia sudah datang, niat ku tadi hanya pergi menemui para warga dan bertemu dengan dia. Rahasiakan ini dari Isaura, aku harus menguji dia untuk beberapa percobaan apakah dia layak atau tidak."

"Baiklah, dia benar-benar akan menjadi adik ipar yang pas. Aku menyetujui nya." Charesa merasa senang entah kenapa padahal tadi mood nya sedang buruk.

"Charesa---ingat, jangan beritahu Isaura." Geino memasang ekspresi mengancam.

"Ya." Charesa terlihat sumringah, entah mengapa perasaannya bilang Isaura akan mendapatkan kebahagiaan yang besar.

Prediksi mereka salah ternyata Isaura belum pergi ke kamar nya ia masih berada di balik tembok, senyum mencurigakan pun terpampang jelas di bibir nya. Setelah itu ia pun pergi ke kamar dengan mengendap-endap, beruntung Geino dan Charesa tak menyadari hal itu.

Saat menuju lorong kamar Isaura tampak tersenyum lebar, bahkan ia menari-nari kecil. Begitu bertemu dengan pelayan ia pun meminta tolong hal kecil, "mmmm, Rose. Besok tolong berikan sari bunga untuk air mandi ku ya."

"Baik, Lady Isaura." pelayan bernama Rose itu pun menundukkan kepala lalu pergi.

Isaura masuk ke kamar nya dengan jantung yang berdetak dengan kencang, ia langsung masuk kedalam selimut namun tidak tidur melainkan berguling-guling diatas ranjang, ia menjadi salah tingkah karena sang Duke telah datang. "Aku harus menemui nya besok." Isaura yakin misi nya ini akan berhasil.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Next?
Jangan lupa vote + komen + share gaes XOXO!❤️

@naura_z_k

ECCEDENTESIAST (COMPLETE)Where stories live. Discover now