Bab 35: Memory

173 43 9
                                    

Hai semua
Gimana kabarnya?

The Killers 120 update buat nemenin malam minggu kalian.

Oh iya untuk part selanjutnya akan di up kalau goalsnya tercapai. Hehehe maaf ya kali ini pakai goals♡

Goalsnya 50 vote sama 500 komen🤘

Selamat membaca♡

Perhatian!
Cerita ini berlatar distopia Indonesia. Segala kejadian, organisasi, latar tempat dan waktu, serta kesamaan tokoh hanya kebetulan belaka. Seluruh cerita hanya fiksi tidak berkaitan dengan kenyataan.

1
2
0

Bab 35: Memory

Sebuah memori dapat menghasilkan jawaban.

***

"Selamat datang Hadas." Jafar menyambut rekannya yang baru keluar dari pusat tahanan SAO.

Laki-laki bernama Hadas itu duduk di sofa tengah ruangan menghadap seorang perempuan yang lebih dulu berada di ruangan tersebut.

"Apa kabar Mili?" Hadas menatap perempuan dengan kacamata hitam di kepalanya.

"Sangat baik." Jawab Mili.

"Kemana saja kau selama ini?" Hadas kembali bertanya.

"Lupakan basa-basi itu." Mili menatap Jafar meminta penjelasan.

Jafar mengangguk tetap duduk di kursi kebesarannya. Kali ini Jafar tidak memakai topeng. Ada bekas luka di wajah dekat bibir pria itu.

"Bocah-bocah SAO benar-benar menganggu. Kita terpaksa menunda transaksi." Jafar menggeram.

"Bukankah kita telah memberikan pelajaran? Aku yakin mereka akan berpikir dua kali untuk mengusik organisasi kembali." Mili merubah posisi kakinya.

"Big Bos tetap ingin menunda agar transaksi lebih aman. Mereka benar-benar bocah sialan!" Jafar mengepalkan tangannya.

"Menurutku mereka akan tetap mengusik kita." Hadas menatap Jafar dan Mili bergantian.

"Kenapa?" Mili menatap Hadas penasaran.

"Salah satu bocah itu adalah anak Rio." Ucapan Hadas membuat Jafar berdiri dari duduknya.

"Rio pengkhianat organisasi?" Hadas mengangguk."Sialan! Bagaimana bisa?!" Jafar tidak dapat mempercayai fakta tersebut.

"Seharusnya dulu kita menghabisi seluruh keluarganya." Hadas menatap Jafar datar.

Jafar duduk kembali sambil mengurut keningnya. Lalu menatap Mili."Oh ya, kenapa kau menghentikan truk malam tadi?"

***

Keyra menatap kejauhan, dia sedang berada di salah satu taman kota. Tangannya memegang minuman dingin yang baru dibeli dari penjual gerobak yang berada di pinggir taman.

Kepalanya dipenuhi oleh banyak pikiran. Mulai dari masa skorsing sampai organisasi yang sedang mereka kejar. Kejadian semalam jelas menunjukkan bahwa organisasi memberikan peringatan agar tidak mengusik mereka. Organisasi juga seakan memberitahu bahwa gurita kekuasaan mereka sangat besar. Sehingga dapat menemukan informasi tentang rencana The Killers. Belum cukup di sana mereka juga menunjukkan bahwa sangat mudah untuk membebaskan anggota mereka.

Keyra menatap sekeliling, mengalihkan pikirannya yang membuat sakit kepala. Tidak banyak yang berubah di negara ini setelah satu dekade berlalu. Sepuluh tahun lalu orang-orang memimpikan kendaraan terbang, nyatanya satu dekade berlalu negara ini tidak banyak berubah hanya lebih maju dari sebelumnya. Seperti negara-negara maju pada sepuluh tahun yang lalu. Apa penyebabnya? Tidak ada yang tahu pasti. Ada yang menyebutkan generasi penerus hanya sibuk di depan gadget, ada yang mengatakan bahwa pendidikan di negara ini masih kurang baik sehingga mempengaruhi masa depan, ada juga yang mengatakan oknum-oknum berkuasa tidak peduli dengan kemajuan karena menghabiskan banyak uang dan tanpa mereka sadari bahwa uang tersebut lebih besar masuk ke dalam kantong pribadi. Tidak ada yang tahu pasti, apakah itu benar atau hanya opini-opini tidak berdasar.

The Killers 120: The Thrilling Fight [on Going]Where stories live. Discover now