Bab 17: Panti Asuhan

174 37 50
                                    


Selamat membaca♡

1
2
0

Perhatian!
Cerita ini berlatar distopia Indonesia. Segala kejadian, organisasi, latar tempat dan waktu, serta kesamaan tokoh hanya kebetulan belaka. Seluruh cerita hanya fiksi tidak berkaitan dengan kenyataan.

Bab 17: Panti Asuhan

Seseorang mempunyai alasan untuk berbuat jahat tapi setiap orang tidak memerlukan alasan untuk berbuat baik.

***

"Apa kalian keluarga Garry?" Ibu Sri kembali bertanya kali ini dengan tatapan penuh harap.Milan dan Keyra serempak menggeleng.

"Kenal aja gak gimana bisa jadi keluarga." Keyra mendengus dalam hati.

"Bukan Bu," Milan mengeluarkan ID pengenal di kantong sebelah kanan jaketnya."Kami dari SAO."

"Kalau begitu mari kita bicara di ruangan saya, sepertinya masalah serius." Ibu Sri melangkah keluar.

Keyra dan Milan saling tatap sejenak lalu mengikuti langkah Ibu Sri. Mereka berjalan menuju rumah utama kembali. Ibu Sri mengajak mereka duduk di ruangannya yang dekat dengan ruang tengah rumah.

Di dalam ruangan kerja Ibu Sri ada satu set sofa. Keyra dan Milan duduk berdampingan berhadapan dengan Ibu Sri dipisahkan oleh meja.

"Apa yang kalian ingin ketahui dari Garry?" Ibu Sri menatap keduanya serius.

"Sebelumnya mohon maaf Ibu, kalau kami boleh tau bagaimana Garry bisa masuk panti ini?" Milan langsung ke inti pembicaraan di sampingnya Keyra hanya menyimak.

Ibu Sri menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa, matanya menerawang jauh. Wanita paruh baya itu seperti mengenang masa lalu.

"Garry ditemukan oleh penjaga panti di depan gerbang. Aku ingat saat itu hujan deras seorang penjaga panti ingin pulang, dia terkejut saat menemukan seorang anak remaja tergeletak di jalan depan gerbang. Penjaga panti berteriak panik kembali masuk ke dalam panti untuk memberitahuku yang sedang membaca laporan akhir bulan di meja itu." Ibu Sri menunjuk meja kerja miliknya."Setelah mendapat laporan aku dan penjaga panti segera keluar membawa Garry masuk ke dalam, sejak saat itu Garry resmi menjadi anggota panti."

"Apakah Ibu tau alasan Garry berada di depan gerbang malam itu?" Milan kembali bertanya.

Ibu Sri menggeleng sedih."Sampai sekarang aku tidak tau alasan dia pingsan dibawah guyuran hujan hari itu. Hanya Garry yang tau alasannya."

"Apakah Ibu tidak bertanya?" Milan bertanya untuk kesekian kali.

"Pernah sekali tapi Garry tidak menjawab dan kami memutuskan untuk tidak pernah membahas lagi. Kalian pasti tau bahwa pertanyaan sejenis itu sensitif bagi anak-anak panti." Ibu Sri tersenyum sedih. Milan mengangguk mengiyakan.

"Bukankah Garry orang Jerman lalu bagaimana dengan komunikasi?" Keyra bertanya untuk pertama kali.

"Benar sekali. Awalnya sangat sulit berkomunikasi dengan Garry karena semua orang disini tidak bisa berbahasa Jerman dan Garry juga tidak bisa berbahasa Indonesia ataupun Inggris. Pada awalnya kami berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat hingga Garry sedikit demi sedikit bisa berbahasa Indonesia ditambah lagi ada anggota panti baru yang bisa berbahasa Jerman. Dia tiba setahun setelah Garry." Ibu Sri memperbaiki letak kacamatanya.

"Siapa nama anak itu?" Keyra bertanya penasaran.

"Ah sebentar," Ibu Sri mencoba mengingat sebuah nama."Ah iya namanya-" Ucapan Ibu Sri terpotong oleh dering telepon milik Milan.

The Killers 120: The Thrilling Fight [on Going]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora