Bab 15: Reason

166 41 29
                                    

Selamat membaca♡

1
2
0

Perhatian!
Cerita ini berlatar distopia Indonesia. Segala kejadian, organisasi, latar tempat dan waktu, serta kesamaan tokoh hanya kebetulan belaka. Seluruh cerita hanya fiksi tidak berkaitan dengan kenyataan.

Peringatan ❗
Mengandung unsur kekerasan. Tidak untuk ditiru! Yang masih dibawah umur harap jangan mendekat!

Bab 15: Reason

Hal kecil dapat memicu sesuatu yang sangat besar. Berhati-hatilah setiap tindakan, jangan sampai hal kecil itu mendorongmu menuju jurang kesengsaraan.

***

Devan terus berusaha membuka pintu. Farah hanya diam wanita itu terlalu terkejut mendengar suara tembakan.

Devan berteriak sambil terus berusaha membuka pintu. Anak laki-laki itu mencari apa saja yang dapat membuka pintu.

"Maa.." Devan menggoyang tubuh ibunya.

Wanita itu hanya diam sambil menangis. Devan menggeleng, ibunya tidak dapat diharapkan. Anak laki-laki itu segera bangun membuka lemari di dekat tempat tidurnya. Di dalam lemari Devan menemukan tongkat pemukul bola kasti, dia segera mengambil dan membawa ke depan pintu. Devan memukul gagang pintu dengar keras. Mengangkat tongkat pemukul kasti dan memegang dengan erat lalu menganyunkan tongkat sekuat tenaga, memukul gagang pintu.

Sekali pukul.

Dua kali pukul.

Tiga kali pukul.

Gagang pintu tetap kokoh. Devan mengeluh gagang pintu di rumahnya adalah jenis gagang pintu jaman dulu yang keras dan memiliki lubang kunci yang besar. Devan menarik napas kembali memukul.

Lima menit berlalu.

Devan kembali memukul, entah untuk yang ke berapa kali. Keringat menetes di dahi, napasnya terengah-engah.

Devan melepas tongkat pemukul kasti lalu berjalan ke balkon kamar. Siapa tahu ada tetangga yang dapat membantunya. Tepat saat Devan ingin membuka pintu kaca yang menghubungkan balkon dengan kamar terdengar bunyi dari luar.

***

Di tempat lain tidak jauh dari rumah Devan. Beberapa saat yang lalu tepat saat Devan menemukan tongkat pemukul kasti. Keyra sedang berada di rumahnya bersama Yelena yang datang lagi sebelum gelap.

"Kenapa komplek kita sepi sih Kak?" Yelena yang duduk di sofa membuka suara.

"Orang-orang kan lagi keluar Cha. Besokkan acara tahunan komplek jadi mereka pergi menyiapkan acara. Lagian disini cuma ada lima rumah gimana mau rame." Keyra yang sedang membaca buku menjawab tak minat.

"Kakak kenapa gak ikut?" Yelena turun dari sofa mendekati Keyra yang berada di karpet.

"Males, itu urusan orang dewasa." Keyra membalikkan halaman buku.

"Nah kan. Kenapa Bang Milan ikut coba dia kan masih kecil." Acha menggerutu. Tadi dia sudah memaksa Milan untuk tinggal tapi abangnya itu tetap ingin ikut berakhirlah dia bersama dengan Keyra disini.

"Abang kamu kan emang suka sok dewasa." Cibir Keyra.

Yelena mengangguk mengiyakan perkataan Keyra. Gadis berusia enam tahun itu berdiri.

"Mau kemana?" Keyra menatap Yelena yang ingin melangkah pergi.

"Acha lupa, tadi Acha bawa hadiah buat Kak Key tapi ketinggalan di rumah. Acha mau ambil dulu." Yelena tersenyum menggemaskan. Gadis berusia enam tahun itu sangat cantik dan menggemaskan, darah campuran yang mengalir di tubuhnya membuat tidak heran dari mana hal itu berasal.

The Killers 120: The Thrilling Fight [on Going]Where stories live. Discover now