Bab 8: Hari Bebas

230 47 34
                                    


Selamat malam.

Apa kabar?

Selamat membaca♡

1
2
0

Perhatian!
Cerita ini berlatar distopia Indonesia. Segala kejadian, latar tempat dan waktu, serta kesamaan tokoh hanya kebetulan belaka. Seluruh cerita hanya fiksi tidak berkaitan dengan kenyataan.

Bab 8: Hari Bebas

Jika harimu buruk nikmati saja. Ingat itu hanya hari yang buruk bukan hidup yang buruk. Kamu boleh mengeluh tapi jangan menyerah.

***

Devan mengelap keringat, dia baru saja selesai berolahraga pagi. Kapan terakhir kali dia berolahraga santai begini? Sudah lama sekali rasanya. Dia membuka tutup botol air minum berion lalu menegaknya dengan sekali teguk. Jakun laki-laki itu naik turun saat air melewati kerongkongannya. Devan menghabiskan air di dalam botol lalu membuangnya ke tempat sampah.

Laki-laki itu berjalan ke dalam rumah, tadi dia memang berada di ruang olahraga di samping rumah dekat taman. Devan memasuki rumah saat tiba di ruang keluarga dia berpapasan dengan seseorang.

"Tumben pulang ke rumah?" Seorang wanita berusia sekitar awal empat puluhan itu menatapnya."Kirain Mama kamu udah lupa jalan pulang." Ibu Devan menatap anaknya tajam.

Devan menggaruk tengkuknya."Ya ampun Mama makin cantik aja." Laki-laki itu melangkah sedetik kemudian merengkuh tubuh wanita yang telah melahirkannya itu.

"Kebiasaan kamu." Farah---nama ibu Devan menepuk pelan bahu anaknya."Lepasin! Kamu bau, mandi sana!" Farah mendorong pelan tubuh Devan. Laki-laki itu terkekeh lalu membiarkan ibunya berlalu pergi sebelum sempat mengecup pipi wanita paruh baya yang masih kelihatan muda itu.

Devan melangkah menaiki tangga menuju lantai atas. Dia berjalan menuju pintu kamarnya tapi gerakannya terhenti saat matanya menangkap sebuah pintu berwarna hitam. Devan berjalan menuju pintu itu lalu memasukkan sandi beberapa saat kemudian pintu terbuka laki-laki itu berjalan pelan. Ruangan di balik pintu berwarna hitam itu gelap, Devan menekan tombol lampu di dinding. Seketika seluruh isi ruangan terlihat. Hanya ruangan biasa dengan beberapa sofa dan meja kerja. Devan bergerak menuju dinding ruangan lalu membuka tirai berwarna hitam tersebut. Setelah tirai terbuka di dinding ruangan itu tertempel banyak sekali artikel dan foto. Beberapa foto hanya berupa sketsa.

'Black X Organization kembali!'

Kalimat itu yang tertulis di salah satu artikel. Devan menatap dari bawah sampai ke atas. Lalu tatapannya berhenti di foto paling atas. Dia menatap foto yang hanya berupa sketsa itu.

"Gue bersumpah akan menemukan lo." Devan mengepalkan tangannya.

Dia memandang beberapa saat lalu kembali menutup tirai. Devan berjalan mematikan lampu kemudian berjalan ke luar ruangan. Saat pintu tertutup otomatis sandi kembali diaktifkan.

Laki-laki itu berjalan menuju kamar mandi berniat membersihkan diri. Sebelum mandi dia mengambil ponsel lalu mengetik sesuatu kepada seseorang.

|Mau jalan-jalan hari ini?

|Kemana?

|Kemana aja

|Lo gak kerja?

|Libur, dapat hari bebas.
|Gimana mau?

|Gue ajak yang lain?

Devan terdiam sejenak sebelum kembali mengetik balasan.

|Okay

Tidak ada balasan lagi. Devan menghela napas, dia meletakkan ponsel kembali lalu berjalan menuju kamar mandi.

The Killers 120: The Thrilling Fight [on Going]Where stories live. Discover now