Selamat membaca♡
1
2
0Perhatian!
Cerita ini berlatar distopia Indonesia. Segala kejadian, latar tempat dan waktu, serta kesamaan tokoh hanya kebetulan belaka. Seluruh cerita hanya fiksi tidak berkaitan dengan kenyataan.Bab 5: 120
Jalani setiap proses. Lihat sejauh apa proses itu membawa dirimu.
***
Siluet tiga orang yang sedang berjalan beriringan terlihat bergerak menuju lapangan luas dengan lantai beton. Salah satu diantara ketiga itu seorang perempuan yang sedang merapikan poni tipis miliknya. Sementara satu orang lagi seorang laki-laki berjalan tegap penuh wibawa. Laki-laki lainnya berjalan sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana.
Devan, Keyra, dan Milan sampai di tempat kendaraan mereka terparkir rapi. Keyra berjalan mendekati mobilnya. Menyandar di depan kap depan mobil menghadap barat. Devan dan Milan mengikuti gadis itu, ikut menyandar di mobil berwarna merah tersebut. Menjadikan Keyra sebagai center mereka.
"Sangat indah." Keyra bergumam pelan.
"Apa?" Milan menatap wajah samping Keyra.
"Sunset-nya." Tatapan Keyra lurus menghadap barat.
"Ada yang lebih indah dari sunset." Milan masih menatap Keyra.
"Apa?" Tanya Keyra tanpa mengalihkan pandangan.
"Makhluk di samping lo." Milan menahan senyum.
"Narsis!" Cibir Devan.
Keyra mengalihkan pandangan ke kiri tatapannya langsung bertemu dengan milik Milan. Mereka bertatapan sejenak, Keyra segera mengalihkan pandangan. Saat menghadap ke depan gadis itu tersenyum tipis.
"Ayo pulang. Kita harus istirahat. Gara-gara mengintai semalaman bikin tubuh kita gak fit hari ini. Lari bentar langsung ngos-ngosan." Devan melangkah ke motornya saat matahari menghilang sepenuhnya.
Keyra dan Milan mengikuti. Devan benar mereka butuh istirahat. Tidak biasanya mereka selemah ini. Lari sebentar sudah mengeluarkan banyak keringat.
Mereka bertiga segera menghidupkan mesin kendaraan. Suara motor Devan dan Milan meraung-raung. Keyra melajukan mobilnya terlebih dahulu, diikuti Milan dan terakhir Devan.
Keyra menekan wireless earphone."Mau balapan?"
"Tidak sekarang Key." Devan menggeleng.
"Yahh gak seru." Cibir Keyra.
"Kondisi kita lagi kurang tidur ditambah kelelahan. Devan benar gak sekarang Key." Milan memberi pengertian. Jika hanya bertiga mereka memang saling memanggil nama.
Keyra mendengus. Satu lawan dua dia jelas kalah suara. Dia berniat mematikan wireless earphone lagi ketika nama Joon tertera di layar head unit mobilnya. Keyra menekan tombol terima.
"Halo K2." Suara Joon terdengar pelan. Keyra hanya bergumam.
"The Killers dipanggil ke markas besar." Keyra mematikan telepon sepihak.
"Katakan selamat tinggal kepada istirahat." Keyra berkata ketus.
"Kenapa?" Ucap Devan dan Milan bersamaan.
"The Killers dipanggil ke markas besar." Keyra berucap acuh. Devan dan Milan menghembuskan napas pelan. Tanpa banyak bicara mereka berbelok di persimpangan jalan. Bergerak menuju gedung kantor.
YOU ARE READING
The Killers 120: The Thrilling Fight [on Going]
Teenage Fiktion⚠️Plagiat dilarang mendekat⚠️ Apa yang terlintas pertama kali saat mendengar The Killers? Para pembunuh? Ya, mereka adalah para pembunuh. Tapi mereka bukan pembunuh kebanyakan. Mereka adalah para pembunuh kejahatan. Tiga remaja yang memiliki sepoto...