Bab 2: Code One

456 80 40
                                    

Selamat membaca♡

1
2
0

Peringatan!
Cerita ini berlatar distopia Indonesia. Segala kejadian, latar tempat dan waktu, serta kesamaan tokoh hanya kebetulan belaka. Seluruh cerita hanya fiksi tidak berkaitan dengan kenyataan.

Bab 2: Code One

Setiap orang harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Menghindar hanya untuk pengecut.

***

Devan, Keyra, Milan berlarian di sepanjang lorong dari kantin menuju sebuah ruangan. Mereka bertiga beberapa kali menabrak orang-orang yang berlalu lalang, tidak sempat mengucapkan maaf mereka terus berlari sampai ujung lorong. Orang-orang yang ditabrak memaklumi itu apalagi saat mendengar suara alarm yang meraung-raung. Mereka terbiasa melihat pemandangan ini.

Sampai di ujung lorong Devan segera menekan tombol, pintu lift terbuka. Tanpa membuang waktu mereka bertiga segera memasuki lift, Devan menekan salah satu tombol, lift bergerak naik. Di dalam lift yang terdengar hanya suara napas. Mereka bertiga menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Kalau lagi gini gue pengen banget bisa teleportasi." Keyra menggerutu pelan. Kode satu itu berarti masalah serius yang berarti mereka harus segera tiba agar tidak membuang waktu. Tapi lift terasa bergerak begitu lambat.

Ting!

Lift berhenti di lantai tujuh, pintu terbuka lebar. Devan, Keyra, dan Milan keluar dari lift berlari di lorong yang menghubungkan lift dengan ruangan yang mereka tuju.

Tak lama kemudian mereka sampai di depan pintu kayu berukuran besar. Devan segera mendorong pintu. Di depan sana terlihat kesibukan orang-orang. Satu dua berlalu lalang beberapa yang lain sibuk di depan komputer. Sebuah layar besar terpasang di dinding atas ruangan. Layar tersebut menampilkan sebuah lokasi.

"Apa yang terjadi?" Devan melangkah ke tengah ruangan, Keyra dan Milan mengikuti di belakang menanyakan hal yang sama.

"Lokasi ditemukan." Seorang laki-laki di depan komputer menjawab sambil matanya tetap fokus ke depan.

"Lokasi apa atau siapa?" Keyra bertanya tak sabaran.

Joon---laki-laki yang menatap komputer tadi mengangkat pandangannya. Sedetik kemudian membulatkan mata melihat siapa yang datang. Karena terlalu fokus dia tidak mengenali suara mereka.

"Lokasi WNA yang menangkap napoleon di perairan Latuna. Dari perkiraan kerugian negara mencapai hampir 2 miliyar dalam bulan ini saja." Joon menjelaskan lebih baik.

"Kenapa kasus ini di serahkan kepada kami?" Milan akhirnya bersuara.

Benar sekali kasus seperti ini tidak seharusnya di serahkan kepada mereka. Tim mereka hanya menangani kasus penting dan berat.

"Kasus ini harusnya ditangani deputi dan staf ahli masing-masing." Devan menyetujui ucapan Milan.

"Atau para deputi dan staf ahli sedang pergi pesiar berkedok ada urusan darurat." Sarkas Keyra.

Devan menatap tajam Keyra sementara Milan menutup mulut Keyra dengan tangan sebelum Keyra berbicara terlalu jauh.

Joon menggaruk tengkuknya."Karena ini menyangkut banyak deputi dan staf ahli. Mereka memutuskan menyerahkan kasus ini kepada tim kalian. Tiga hari yang lalu mereka mengadakan rapat dan disetujui oleh kepala, wakil kepala serta sekretariat utama."

The Killers 120: The Thrilling Fight [on Going]Where stories live. Discover now