38 - Catur versus Wibi

210 74 7
                                    

Catur mengambil alih laptop Andar. Alasannya agar ketika nanti ada sidak terkait hal ini, dialah yang bertanggung jawab atas penggunaan laptop Subdit IV yang kurang tepat. Sebagai petugas yang seharusnya mengayomi masyarakat, kegiatan meretas tentunya berlawanan dengan hal itu. Meskipun alasannya adalah untuk membela negara, tetap saja Andar sudah menyalahgunakan wewenang.

"Minggir dulu, Ndar," ujar atasannya itu. Andar mengangguk takut-takut, tapi akhirnya mundur dan menyerahkan kursinya pada Catur. Lelaki itu memasang wajah serius dan menarik napas sejenak. Dengan sorot mata tajam pada layar laptop, ia mulai menggerakkan jari-jarinya di kibor laptop. Catur memulai serangan kepada musuh di seberang yang sebenarnya adalah Wibi, kawan lama ketika di akademi dulu.

Catur menutup jendela program milik Andar. Ia membersihkan histori penelusuran, kemudian mengaduk sesuatu di ranselnya. Setelah benda pipih dan kecil ia genggam, perlahan ia menyambungkannya dengan laptop Andar. Kemudian ia berujar, "Tenang, ini kumpulan script punya saya dan aman."

Andar diam saja, tentunya takut kalau berkomentar. Nitta pun sampai menunduk untuk menonton Catur, sementara Caraka hanya bersandar melakukan penjagaan di pintu markasnya. Di sampingnya, Tere ikut menjaga pintu, khawatir ketiga orang itu berbohong dan kabur dari cengkeraman dirinya yang jelas-jelas polisi.

***

Di laptop seberang yang saling tarik-ulur antara Catur dan tim sewaan Big Brother, Klaus melaporkan anomali di sistemnya. Wibi yang sedang memantau dengan monitor lain, terkejut melihat ciri-ciri anomali itu. Ia bangkit dan menuju tempat Klaus duduk.

Sambil menahan amarah, ia berseru, "Minggir, Klaus!"

"Ada apa, Bos?!" tanya Klaus bingung. Sebagai peretas yang cukup berjaya di bawah tanah, ia tersinggung saat diusir, seolah-olah pekerjaannya tak beres dan tak selesai. Padahal, Wibi hanya ingin menghadapi lawannya di seberang.

"Ini urusanku. Kau pindah tempat saja, urus pantauan unggah program mata-mata kita ke berbagai platform lain. Belum selesai semua," jelas Wibi pada Klaus sambil mengibaskan telapak tangannya.

Klaus mencebik, tapi ia menurut. Ia segera menuju meja yang tadi Wibi tempati dan melakukan hal lain. Sementara itu, lelaki berkacamata dengan gaya perlente itu mulai meladeni orang di seberangnya. "Akhirnya kau keluar kandang, Catur," tutupnya.

***

Di sisi lain, sambungan telepon rahasia memasuki nomor Wicak. Sebagai petugas Subdit IV yang berbeda unit dengan Tim Siber Alfa, ia merasa dikucilkan. Namun, ia bisa kembali mendapatkan tempat bagus berkat seseorang. Dan kini, seseorang itu menelepon ponsel flip yang jarang ia gunakan. Ponsel itu hanya akan berbunyi satu arah, sebab ia tak mungkin bisa menghubungi balik si penelepon.

Wicak melihat sekeliling markas Subdit IV. Sepi. Tak ada orang-orang, sebab waktu makan siang sudah tiba. Ia pun pergi dari sana dan mencari tempat yang aman.

Di salah satu taman Polda, Wicak mengangkat teleponnya. "Ya, Pak?"

Suara di seberang terdengar berdeham penuh wibawa. Setelahnya, dengan suara yang telah disamarkan dan dikurangi sekian amplitudo rendah, orang itu berbicara dengan suara beratnya, "Wibi gagal. Saatnya kau bergerak. Kau tahu kan, di mana harus mengambil pistolnya?"

"Berarti... Wibi harus disingkirkan?"

"Ya. Segera. Matikan feed program dari tempatnya agar kita bisa merancang yang baru. Program Wibi gagal, sudah tidak bisa dipakai lagi untuk memantau warga negara. Kau juga segera pergi saja. Penyamaranmu terbongkar," jelas suara itu.

Wicak tentu saja terkejut. Ia setengah mati menjaga identitas dan bersikap seperti teman baik bagi semua orang. Siapa yang mengetahui identitasnya?

"Ketahuan siapa, Pak?" tanya Wicak lagi.

"Teman satu panti asuhanmu. Kau lupa? Dia ternyata adik Catur Pandita," ujar suara itu.

Wicak berpikir keras. Ia memijat dahi di sela-sela kedua alisnya. Benaknya mengingat-ingat siapa orang yang satu panti asuhan dengannya di Panti Asuhan Kasih Maria. Magetan bukan kota yang terlalu disorot. Meskipun ada panti asuhan di sana, agak kecil kemungkinannya bertemu dengan orang-orang saat mereka dewasa.

"Siapa ya? Saya hanya tahu kalau adiknya Catur bernama Rahagi Aji Raka. Dipanggil Aji. Betul?"

"Ya, benar. Aji itu sekarang di Lucene. Dia teman satu panti asuhanmu dulu."

"Maksud Bapak, Caraka?"

"Sudah, tutup teleponnya. Saya kena lacak," kata suara itu lagi.

Wicak menutup telepon dan cepat-cepat mematikannya agar tak ikutan terlacak. Ia lalu bergegas kembali ke kantor dan membuka laci paling bawah. Sambil memperhatikan lokasi CCTV, ia mengambil sesuatu di laci. Sebuah pistol berisi tiga peluru. Cukup untuk menghabisi dua orang di rumah Wibi.

***

Kembali ke markas tempat Caraka dan tim bekerja. Peluh sudah menetes di dahi Catur. Urat-urat di sisi kepalanya juga mencuat sesekali saat ia mengernyit. Wajahnya masam, rahangnya mengeras. Jari-jarinya mengetik dengan lincah dan mulai mencari informasi.

"Area mereka ketemu. Cilandak," kata Catur kemudian memperbesar area pencarian pada peta di laptop yang tengah dioperasikan oleh Nitta.

Caraka mulai memperhatikan Catur dengan lebih rileks. Ia mulai percaya bahwa Catur bisa membantunya, meskipun ia adalah seorang polisi. Akhirnya, Caraka ikut berkomentar, "Bisa ambil alih laptop dia? Kita harus dapat tangkapan wajah pelaku."

"Akan saya coba," jawab Catur cepat. Ia kembali mengetik dan melakukan adu retas. Sembari mengetik, ia mengalihkan pandangan sejenak pada Tere. "Ter, kamu bisa bantu saya menuju lokasi yang saya akan kirimkan koordinatnya nanti di perjalanan? Hubungi Subdit IV, tapi lewatkan tim Wicak."

"Kenapa, Bang?"

"Saya curiga dia mata-mata yang juga ahli meretas dan ditanam di kepolisian oleh Big Brother. Saya sempat melihat foto di mejanya tempo hari, dan itu satu panti asuhan..." Catur menghentikan perkataan, lalu menengok pada Caraka. "—dengan Anda. Rahagi Aji Raka."

Caraka sama sekali tidak mengelak atau memberikan pembelaan. Ia hanya diam dan tak berniat pergi ke mana pun. Saat tampilan layar laptop Catur berubah ke mode remote laptop orang lain, Caraka hanya berkata, "Sudah berhasil diambil alih, tuh."

Catur tak mendapatkan pengakuan yang ia inginkan. Sesungguhnya, ia ingin percaya bahwa Caraka adalah adiknya yang hilang pasca ibunya meninggal. Menurut informasi Pak Lutfi, adiknya sempat berpindah panti asuhan, sampai berakhir di Magetan. Namun, informasi sekolah adiknya dengan nama asli sudah tak ada lagi.

Satu-satunya kesimpulan yang bisa Catur ambil: adiknya yang bernama Aji, pasti mengubah identitasnya. Lamunan Catur terhenti oleh Tere yang tiba-tiba berkata, "Theresa Lynn siap bertugas, Bang!"

"Hati-hati, Ter. Jangan lupa cari back up di kantor. Saya akan menghubungi Pak Lutfi Tara terkait kasus ini," tutup Catur.

Tere pergi dan Catur kembali ke laptopnya. Di layar laptop, ia mengamati Wibi. Pria di seberangnya tak sadar bahwa kamera laptop miliknya telah diambil alih. "Berhasil. Kita mendapatkan pionnya," imbuhnya.


***

Log: 22 Juni 2022, 16.23

#nowplaying: Sóley - Pretty Face

"I thought I touched them but I can't feel the pain in your dream."


Cipher | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang