36 - Counter

206 65 2
                                    

"Sistem sudah aktif. Mulai rencana!" perintah Caraka pada Nitta dan Andar.

Kedua anggota Awanama itu tidak bicara dan mulai aktif menari di papan ketik. Meskipun mereka saling terdiam di ruang besi itu, mereka malah bertukar sapaan dan lelucon di halaman Awanama privat. Canggung di dunia nyata, belum tentu canggung di dunia bawah tanah.


ubermensch: ternyata lo juga sehari2 kerja bersih

akuinikiri: gue juga ngga nyangka lo perempuan. pas jimmo kasih tau, gue langsung kaget pas ketemu lo di warnet adin

ubermensch: kok lo diskriminasi gender gitu deh? emang kenapa kalo gw cewek?

akuinikiri: eh engga gitu. salut aja

ubermensch: oke deh, kita kerjain dulu. bos jimmo nanti marah.

akuinikiri: cara disablenya harus matiin feed utama yang tersambung ke server mereka di jaringan awanama. feed utama terhubung dari inang-inangnya, di masing2 aplikasi yang ter-inject 1984

ubermensch: tembusnya gimana?

akuinikiri: gue bisa coba tembusin, via server patroli siber. tapi kalo ketauan, ya gue mampus.

ubermensch: lo senang jadi polisi?

akuinikiri: senang sih biasa aja, tapi seenggaknya gue bisa mantau.

ubermensch: jadi gimana? lo yakin mau tembusin dari sana?

akuinikiri: ga masalah. demi gerakan. lagian gue punya kuncian.

ubermensch: kuncian?

akuinikiri: ya. spy big brother ada di polsib juga. gue masih coba telusuri, tapi gue yakin orangnya dia.

ubermensch: oke, hati-hati.


Melihat Nitta dan Andar saling terdiam, tapi halaman Awanama tampak aktif berisi chat dari mereka. Caraka malah terbahak. "Ngapain chatting, sih? Orangnya ada di sini lagian," kata Caraka.

Nitta menoleh pada Caraka, lalu mendengus. Gadis itu melanjutkan pekerjaannya membuat exploit serangan balik untuk mematikan feed data dari masing-masing server inang tempat 1984 bermukim. Hari ini, ketiga orang Awanama tersebut berusaha menetralkan kembali suasana negara tanpa dibayar atau tanpa diminta oleh pihak tertentu, sebab mereka sangat peduli pada negeri. Meskipun harganya adalah minggat kerja tanpa izin, mereka tak peduli kalau nanti kena sanksi bahkan SP.

Sementara Nitta dan Andar membuat serangan balik, Caraka sibuk mencari para dalang utama. Ia sudah mencoba untuk menembus sumber pengirim 1984 dan hendak mengambil alih komputer, ponsel, periferal lainnya agar bisa mengambil barang bukti berupa tangkapan layar dan tampilan langsung melalui kamera web, tapi agaknya hal itu sulit. Bagaimanapun, orang di seberang yang menjadi operator 1984, pasti benar-benar peretas yang juga ahli.

***

Di markas Wibi, Klaus menangkap anomali pada jaringan yang mereka pakai. "Bos, ada yang coba-coba tangkap kita. Sepertinya Awanama 'malaikat' ini mulai bekerja setelah menangkap keanehan di beberapa aplikasi selama dua detik," ujar Klaus.

"Siapa orangnya? Cari dan lawan," balas Bos.

Klaus buru-buru mengetik dan hendak menangkap orang itu. Perang siber pun terjadi.

***

Begitu pula yang terjadi di Subdit IV. Saat mendekati jam makan siang dan para petugas lain bergegas makan, Catur malah menghentikan Tere yang hendak keluar.

"Andar betulan pulang untuk laundry?" selidik Catur pada bawahan barunya.

Tere mengangguk, tapi setelahnya lanjut mengangkat bahu. "Eh, tapi, Bang..."

"Ya?"

"Andar bilang memang mau pulang, tapi dia nggak bawa baju yang ada di laci-laci bawah. Dia malah bawa laptop kantor," jelas Tere. Gadis berwajah pucat ini berpikir, Andar tidak menitipkan hal lain yang harus ditutupi, jadi tak ada salahnya kalau dia memberi tahu hal remeh itu.

Namun, bukan Catur namanya kalau tak curiga. Ia bergerak menuju meja milik Andar Kusuma dan membukanya. Inhaler untuk asma tidak ada di sana, berarti dibawa semua. Saat Catur perlahan membuka pintu laci meja Andar, benar saja apa yang Tere bilang. "Iya, baju-baju yang udah dia pakai seminggu lebih, malah nggak dibawa pulang," ulang Catur.

"Apa dia lupa?" tanya Tere bingung. Dia belum memahami apa yang terjadi, sebab Tere memang polos.

Catur menggeleng cepat, lalu menengok ke sekitar. "Dia bohong."

Tere mengernyitkan dahi.

"Nah, kamu bisa makan siang nanti saja tidak? Ada hal yang harus saya beritahu, tapi tidak di sini," lanjut Catur lagi. "Oh ya, kamu bisa mengemudi?"

Tere mengangguk pelan dan dia terpaksa mengikuti atasannya menuju tempat parkir mobil.

Di perjalanan yang menurut Tere tidak jelas dan berputar-putar, Catur hanya memintanya terus mengitari kawasan Sudirman sampai Bundaran HI, lalu kembali lagi. Atasannya itu membuka laptop pribadi, bukan laptop kantor. Laptop tersebut tampaknya masih suci, belum tersentuh koneksi dari Subdit IV atau apapun. Baru dibuka dan masih beraroma elektronik baru.

"Nah, sudah aktif," gumam Catur tanpa menoleh pada Tere yang masih mengemudi seperti sopir taksi mencari penumpang.

Saat keheningan melanda keduanya dan hanya terdengar deru kendaraan lain di kiri-kanan mobil, ditambah deru kipas laptop, Tere memberanikan diri untuk bicara. "Bang, ini kita mau ke mana ya?"

"Cari Andar..."

"Hah?" Tere bingung sendiri. "Rumah Andar di daerah Lenteng bukan? Ngapain muter-muter di sini?" tambah Tere tak gentar.

"Bukan cuma Andar, tapi teman-temannya juga," lanjut Catur yang tentu saja semakin membuat Tere bingung. Saat tangkapan pergerakan seseorang sudah Catur dapatkan, perwira itu berseru, "Ambil arah Cikini!"

Tere yang baru saja hendak memasuki ruas jalan Sudirman, tiba-tiba berbelok kiri. Otomatis kendaraan yang ada di belakangnya membunyikan klakson dengan heboh, bahkan ada pengemudi motor yang sempat melontarkan hujatan pada gadis pucat itu.

Catur terkekeh. Perwira itu menengok wajah kesal Tere. "Tenang saja, kalau mereka sampai suruh kamu berhenti, pamerkan aja badge kantor," canda Catur.

"Itu namanya power abuse. Mentang-mentang aparat, terus apa kita boleh sembarangan belok? Gitu? Makanya, Bang Catur lain kali langsung info dong, jangan tiba-tiba," sergah Tere tak takut.

"Iya, deh, maaf. Lain kali saya info lebih cepat. Ya udah, sekarang kita tetap di lajur kiri. Kita ke arah Cikini," tutup Catur. Keduanya lantas bergegas menuju kawasan Cikini.


***

Log: 30 Januari 2022, 20.13

#nowplaying: Coldplay - A Warning Sign

"A warning sign. I missed the good part, then I realised. I started looking and the bubble burst."

Cipher | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang