37 - Reverse Engineered Program

184 64 6
                                    

"Bang, sebenarnya kita nyari apaan, sih?!" tanya Tere kesal setelah gadis pucat itu memarkir mobil di dalam area kampus seni.

Catur tidak menjawab, ia masih sibuk mengecek sesuatu di laptop, kemudian melakukan pemindahan informasi ke ponselnya. "Saya sudah dapat titik pasti, tapi saya tidak tahu ini benar atau tidak," gumam Catur pada akhirnya. Ia pun meninggalkan laptop dan meminta Tere mengunci mobil.

Tere yang masih kebingungan, berjalan di samping atasannya. Dahinya mengernyit, padahal gadis pucat itu jarang berekspresi. Ia pun menengok ke kanan dan kiri, lalu bertanya, "Sebenarnya, target kita siapa, Bang?"

"Gadis yang kita kejar waktu itu," tutup Catur.

Keduanya keluar dari pelataran kampus seni, kemudian Catur berjalan ke stasiun. Di hadapan mereka, jalan bercabang membagi kendaraan berjalan satu arah.

"Maksud Bang Catur, perempuan yang kita temukan di depan warnet Adin biasa mangkal?" tanya Tere pelan. Karena Catur tak kunjung menjawab, bintara muda itu melanjutkan, "Apa ini ada hubungannya dengan hilangnya Adin si spammer situs Patroli Siber?"

Catur berdeham, kemudian ia berhenti sejenak. "Apa yang akan saya katakan ini mungkin tidak masuk akal. Namun, kamu harus tahu, karena kamu masih tim saya. Apa kamu percaya kalau Subdit IV disusupi mata-mata?"

"Hah?! Maksudnya bagaimana? Mata-mata siapa? Apa dari satuan kerja lain?" Tere memberondong atasannya dengan cecaran pertanyaan.

"Ada yang menjadikan lembaga negara kita sebagai pion untuk memata-matai. Peluncuran Patroli Siber adalah salah satu pintunya. Perempuan yang kita kejar, adalah kunci agar hal itu tidak terjadi," jelas Catur.

Kini mereka berbelok kiri, ke sebuah jalan agak besar dan lengang. Ada satu-dua kendaraan melintas, tapi tak begitu banyak pejalan kaki. Catur dan Tera bahkan melawan arah dan tidak berjalan di trotoar. Beberapa menara sutet tampak dari kejauhan.

"Maksudnya, gadis itu... Hmmm, apakah dia orang 'bawah tanah'?" tanya Tere sembari menekankan kata 'bawah tanah'.

Catur mengangguk. "Ayo, lebih cepat. Sebelum mereka berpindah lokasi," tegas Catur. Mereka pun berjalan cepat menyusuri titik yang terus berkedip di ponsel Catur, sebuah lokasi dari hasil pemindaian wajah dari aplikasi percobaan milik tim forensik.

***

Di tempat tim Awanama beraksi, Andar marah-marah. Setiap ia kesal, hampir saja ia pingsan karena kehabisan napas. Dia tak boleh kena asma dulu, sebelum penembusan ke Patroli Siber berhasil.

Nitta yang ikutan tak sabar, menggeser kursinya ke samping Andar. "Kamu gimana, deh? Katanya tembus Patroli Siber gampang? Tapi kok belum selesai juga, sih?!"

"Sabar. Dia lagi berusaha. Pasti ada yang memperketat pengamanan di sana, entah siapa," sahut Caraka santai. Ia masih melawan kelompok Big Brother di seberang sana. Entah siapa operatornya, dia terus bermain defensif.

Saat mereka bertiga tengah bekerja, halaman monitoring yang Caraka pasang tengah membunyikan alarm. Caraka otomatis menoleh dan berhenti melawan Big Brother. Ia berjalan ke arah monitor dan memeriksa tayangan langsung dari CCTV.

"Sialan," gumam Caraka. Sebelum teman-temannya sempat bertanya, Caraka buru-buru membereskan perlengkapan miliknya. "Bosmu datang," ujar lelaki misterius itu pada Andar.

"Ma-maksudnya? Bang Catur?!" pekik Andar. Jalur pernapasannya mulai terganggu. Ia memakai inhaler dan menenangkan diri, lalu beres-beres.

Sementara itu, bukannya merapikan laptop, Nitta malah lanjut bekerja.

"Kamu ngapain?!" seru Caraka bingung.

Nitta mengangkat sebelah telapak tangan dan meminta kedua lelaki di kiri-kanannya diam. "Sebentar lagi tertembus, akan kucari orang itu," tutupnya.

Cipher | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang