19 - Steganografi

203 71 5
                                    

Catur tak bisa menutupi keterkejutan saat mengetahui tentang Russell, tokoh kartun sadis. Namun, ketika Catur berada di Lucene, dia semakin tak percaya pada apa yang dipaparkan Nitta. Gadis itu bahkan dengan sengaja merebut tablet, sebelum Catur memberi izin. Dia menggeser laporan-laporan yang disebut spam saking banyaknya.

"Laporan ini kapan masuk, Pak?" tanya Nitta. Jarinya sibuk menggeser layar tablet. Matanya melotot fokus.

Catur menggaruk kepalanya. Dia takut data penting dan rahasia jadi terlihat. "Aduh, saya memangnya kayak bapak-bapak?"

Nitta menoleh, lalu menaruh tablet. "Maaf. Ini tabletnya. Saya tahu Anda takut data rahasia tercuri, kan? Tenang saja, saya bukan orang iseng."

Catur tak habis pikir, mengapa perempuan di sampingnya seperti cenayang? Apa memang semua perempuan bisa menebak dengan tepat begitu? 

"Oh, tidak kok. Saya tidak berpikiran seperti itu. Mengenai laporan... Semua berkas ini masuk seminggu lalu. Memangnya penting tanggal laporannya? Saya jadi curiga, ini memang cuma spam," balas Catur kembali tenang setelah mendapatkan tabletnya.

Nitta membuka salah satu direktori berkas di server internal Lucene. Ia membukanya dengan aplikasi gambar. "Ini gambar-gambar yang saya terima dalam server riset Lucene. Spammer dan peretas iseng biasa masuk ke sana untuk mencari data, tapi sebenarnya server ini kami gunakan untuk mengontrol aktivitas kaum iseng itu, sementara server utama kami tetap aman. Biarlah mereka main-main di server palsu. Setelah saya unduh, gambar tak bisa dibuka langsung, sehingga harus saya manipulasi dahulu dengan perintah strings. Setelah itu, saya mendapatkan informasi yang ketika saya unggah ke situs decoder, mendapatkan hasil teks yang dienkripsi dengan ROT-13."

"Rotate by 13 places, ya? Wah, menarik. Atas alasan apa pengunggah merotasi teksnya segala?"

"Tentunya buat iseng kan, Pak?" ejek Nitta. Masa iya seorang polisi siber masih bertanya hal itu?

"Mas saja deh, jangan Pak. Atau... Bang juga boleh," ulang Catur. Ia tak nyaman dipanggil Bapak, seolah-olah dia sudah tua sekali. Ya, walau memang dia sudah hampir kepala empat dalam lima tahun ke depan.

"Oke, Bang. Hasil teks asli adalah FBANDIT. Gambarnya... Russell," tutup Nitta.

Catur menoleh ke tablet, lalu bergantian ke laptop Nitta. Memang benar. Itu gambar kartun yang sama. Setelah yakin kalau itu adalah kedua gambar yang sama, dia mengempaskan punggung ke kursi di ruang rapat. Tanpa sadar, hari sudah menjadi sore. Pikirannya semakin penat.

"Ternyata, memang bukan spam," gumam Catur pusing. Ia memejamkan mata, sementara kedua tangannya bersedekap.

Nitta jadi sedikit kasihan. Dari tadi mungkin perwira ini belum makan siang, melihat dia datang buru-buru di tengah jam makan siang lewat sedikit. Kalau dia dari Polda, pasti waktu tempuh keberangkatannya cukup panjang.

"Bang Catur sudah makan? Saya pesankan dulu ya, ke OB." Nitta bangkit dan memanggil OB dari luar pintu ruang rapat. Tak terdengar suara, karena ruang rapat itu agak kedap saat ditutup. Catur menoleh ke arah gadis berkuncir kuda di belakangnya dan masih berpikir. Sepertinya ia harus melakukan investigasi mendalam dengan bantuan Nitta, mau tak mau.

***

Pada pukul lima sore, pesanan Nitta datang. Dia ikutan memesan ketoprak, meskipun sudah makan siang. OB mengantarkan piring dan sendok, lalu pergi lagi. "Sambil makan, Bang. Tenang saja, sendoknya bersih. Mantap lho," komentar Nitta cuek.

Ia makan dengan lahap sembari kerja. Catur ikut-ikutan menumpang kerja setelah tadi sempat menelepon Andar dan Tere untuk mencari tambahan berkas dari jurnal-jurnal terkait kriptografi. Lelaki itu lantas membuka sebungkus ketoprak yang disodorkan Nitta.

Cipher | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang