16 - Laporan Kedua

204 70 1
                                    

Jum'at malam, tatkala orang-orang memilih pulang kantor lebih cepat, Catur malah bekerja. Laporan spam kedua telah dikumpulkan oleh Tere, sementara Andar mengerjakan metadata. Di kursinya, Andar masih berkutat dengan komputer.

Tere menghampiri keduanya. Ia baru selesai mencuci muka di toilet Subdit IV. "Bang Catur, Andar, saya izin pulang duluan boleh? Ada acara keluarga," pinta Tere. Barang-barangnya sudah rapi masuk ransel dan ia siap pulang.

Catur memeriksa arloji. Dia sendiri sudah agak penat, tapi masih ingin bekerja. "Iya, silakan. Hati-hati di jalan," balas Catur memberi izin.

Tere mengangguk dan keluar kantor. Lampu di Subdit IV beberapa sudah dimatikan, hanya sudut Unit 3 dan Unit 1 saja yang masih menyala. Sementara di Unit 2, semua petugas berikut Kanit mereka sudah pulang.

"Ndar," panggil Catur.

Andar yang fokus memeriksa metadata, langsung menoleh. "Ada apa, Bang?"

"Gimana metadata? Aman?"

"Kayaknya...." Andar menghentikan perkataan. Ia malu melanjutkan.

"Kenapa?" desak Catur. Ia merasa berapi-api dengan laporan-laporan pertama yang ia kerjakan sekembalinya ke Subdit IV.

"Saya nggak bisa jawab ini, Bang. Ini soal CTF," tutup Andar Kusuma. Ia meminta maaf setelah membeberkan ketidaktahuannya yang satu ini.

Catur mendesah. "Berarti, latitude belum kita dapat?"

Andar menggeleng. "Kalau harus selesai hari ini, saya akan coba bergadang untuk mencari dari sisi lain," tawar Andar.

"Kamu sudah kusut begitu. Lebih baik kita sudahi dulu. Senin nanti, saya akan utarakan kebutuhan tenaga ahli. Pasti CTF yang kamu temukan itu, exploit ya?"

"Tepat sekali, Bang. Kalau forensik digital yang lain, saya bisa kerjakan. Tapi, kalau exploit, saya kurang mampu," ungkap Andar.

Meskipun tak mampu, tetap saja Catur puas. Setidaknya, di Subdit IV, ada salah satu anggota yang bisa diajak berdiskusi masalah teknologi secara mendalam dengannya. "Saya juga nggak begitu mendalami exploit, kok. Tenang saja. Kita samaan," tutup Catur.

Lelaki itu memakai kemeja safari hijaunya yang lebih mirip jaket jin hijau daripada setelan safari. Setelah merapikan buku catatan dan barang-barang, ia mengajak Andar pulang saja. Toh, hari sudah malam dan mereka juga harus istirahat agar lebih segar besoknya.

***

Pukul delapan malam, Catur sampai di rumah peninggalan kakeknya yang sekarang menjadi rumahnya. Catur memang sudah tak pernah kembali ke rumah orang tua, sejak insiden penculikan adiknya. Sampai saat ini, dia tak tahu keberadaan adiknya.

Dia segera mandi dan memesan makan malam dari layanan pesan antar. Sembari menunggu datangnya makan malam, Catur menyalakan lampu di ruang kerja dan menuju meja kerja jati cokelat berpelitur yang agak kusam. Ia menyeka meja dengan kemoceng, lantas mengeluarkan buku catatan dari ransel juga tablet pemberian Pak Lutfi.

Catur terhubung dengan jaringan internal kantor melalui VPN. Koneksi aman, dia membuka beberapa berkas gambar yang telah dipecahkan misterinya. Catur pun mulai mencoret-coret buku catatan.

"Oke. Mulai dari sini," ujarnya pada diri sendiri. Catur mencatat tambahan dari laporan kedua. "Hmm. Nomor laporan PS hashtag satu satu nol dua," diktenya sembari menulis. Mulutnya sesekali maju saat tengah serius.

Menyadari nomor ID yang semakin tinggi, ia memekik, "Wah, banyak juga tambahan kasus hanya dalam seminggu. Lima ratus laporan tambahan? Harus kukasih tanggal kalau begini." Catur mencoret-coret lagi buku, sembari kepalanya sesekali beralih ke berkas laporan di tablet.

Cipher | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang