22 - Penambang

211 71 2
                                    

Keesokan harinya, Catur datang pagi. Tentu saja karena Selasa pagi selalu ada apel, selain itu dia juga ingin menyapa Pram lagi. Agak sulit menemukan perempuan itu di Polda Metro Jaya, karena sepertinya dia sibuk. Atau, memang aku yang terlalu sibuk? Pikir Catur saat ia hendak keluar dari Subdit IV dan menuju lapangan apel.

Dua anggota Unit 1 buru-buru lari saat melihat Catur berjalan ke arah lapangan. Tere dan Andar datang agak terlambat. Untung saja apel belum dimulai. Kalau mereka datang terlambat, sementara apel sudah mulai, mereka pasti akan kena sanksi dari petugas yang piket untuk mencatat keterlambatan anggota apel.

Sekitar pukul delapan pagi, apel pun selesai dilaksanakan. Catur tak mendapati Pram di antara barisan Korps Musik. Ia pun menghampiri para anggota Korsik.

"Maaf. Saya AKP Catur dari Subdit IV. Apakah AKP Prameswari tidak hadir hari ini? Kira-kira kenapa ya?" tanya Catur pada dua bintara yang bertugas di bagian perkusi.

Mereka saling pandang lalu menggelengkan kepala. "Kurang tahu, Pak. Tadi komandan Korsik hanya menginformasikan kalau beliau cuti," jawab seorang bintara, kemudian keduanya pamit dari hadapan Catur.

Catur tak bertanya lagi dan ia pun mengecek arloji. Tampaknya waktu masih cukup untuk sarapan dulu. Perwira itu langsung menuju kantin Polda Metro Jaya. Tak lupa ia mengirim pesan pada grup WhatsApp yang hanya berisi anggota Unit 1 di dalamnya.

***

Sembari sarapan, tiga anggota Unit 1 Subdit IV itu membicarakan seputar laporan. Andar hendak merokok, tapi diurungkannya sebab Tere marah-marah kalau di sampingnya ada orang merokok. Catur hanya tertawa melihat kedua anggota timnya berkelakuan sepert itu.

"Oh ya, saya sudah tahu jawaban gambar itu. Ternyata itu steganografi," jelas Catur pelan sembari mengecek sekitar. Untunglah tak ada wartawan yang tengah ngepos pagi-pagi di kantin Polda.

"Jadi, maksudnya ada gambar atau pesan tersembunyi di laporan spam itu?" tanya Andar.

Catur mengangguk. Sementara itu, Tere melongo.

Gadis berambut bob itu langsung saja berbisik, "Maaf, nih, Bang. Saya nggak ngerti apa itu steganografi. Bisa dijelasin sedikit nggak ya?"

"Coba kamu jelaskan, Ndar," perintah Catur pada Andar.

Andar mengeluarkan buku catatan kecil dan menggambar sesuatu. "Steganografi tuh kayak gini. Contohnya, kamu menggambar lingkaran dan itu adalah pesan utama gambarmu. Tapi, untuk menyamarkan lingkaran itu, kamu menimpa gambar ini dengan coret-coretan ruwet. Nah, sekarang apa arti gambarnya?" jelas Andar. Catur mengangguk-angguk setuju dengan penjelasan mudah Andar pada orang awam seperti Tere yang bukan dari orang IT.

Tere memiringkan wajah setelah menyeruput es teh manis. "Kalau coret-coretan kayak gini, ya aku akan berpikir kalau ini bukan gambar yang memiliki arti."

"Nah, tepat. Namun, kalau kamu membongkar gambar coretan ruwet ini dan menemukan lingkaran, kamu langsung tahu kalau maksudku tertuju pada si lingkaran ini," tambah Andar sembari membolak-balik kertas buku catatannya dan menampilkan tonjolan lingkaran di bagian belakang coret-coretan tadi.

"Oh begitu. Jadi, maksudnya steganografi semacam menyelipkan atau menyembunyikan maksud asli, bisa berupa berkas, gambar, atau apa pun ke dalam gambar yang dijadikan penyesatan?" ulang Tere mencoba memberikan penjelasan dari pemahamannya.

Catur mengetukkan jarinya. "Iya, benar. Kurang lebih seperti itu. Jadi, kesalahan kita kemarin itu terpaku pada banyaknya gambar, tapi kita nggak memperhatikan satu file gambar-gambar itu ternyata ukurannya besar sekali di dalam disk server Patroli Siber. Kita fokus pada pemecahana meta data, padahal rahasianya ada di balik satu gambar saja. Dan semua gambar yang diunggah itu sebenarnya sama saja," tambah Catur.

Cipher | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang