Chapter 55

1.9K 245 72
                                    

Darren berjalan pelan mendekati ranjang pasien yang Lily tiduri, ia tersenyum kecil saat melihat dua bayi yang berada di gendongnanya.

"Lihat bayi-bayimu, kak " Darren menyerahkan bayi kembar Lily dibantu oleh suster di sana.

"Mereka laki-laki dan perempuan?" Tanya Lily dengan mata berbinar.

"Princess dan prince." Darren mengusap lembut pipi merah bayi cantik di dekapan sang kakak.

"Bagaimana keadaan mommy, prince?"

Darren terdiam sejenak lalu menghela napas pelan. "Keadaan mommy masih kritis, tapi bayinya selamat dan baik-baik saja."

Lily tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Satu sisi mommy-nya masih kritis, tapi di sisi lain adiknya selamat.

"Vincent dan daddy?"

"Mereka sedang dalam perjalanan."

Lily mengangguk singkat kemudian menatap bergantian bayi kembarnya. Wajahnya benar-benar mirip Vincent, tidak ada kemiripan dengannya sama sekali.

Sangat tidak adil!

Ckk saat mengingat suaminya rasar marah, sedih dan kecewa kembali naik ke ubun-ubun. Darrenlah yang menemaninya melahirkan, lalu dimana pria yang seharusnya melakukan hal itu?

"Permisi....."

Kakak beradik itu menoleh ke arah pintu saat mendengar suara itu, mereka bisa melihat seorang dokter cantik tegah tersenyum.

"Dokter Scarlett dan dokter Miranda sedang menemani nyonya Yolanda, jadi untuk sementara saya yang akan mengatur semua kebutuhan nyonya Lily."

Lily tersenyum tipis mendengarnya. "Terima kasih, dokter...."

Dokter cantik itu tersenyum. "Vera, namaku Vera Estilo."

"Asiku tidak keluar banyak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Asiku tidak keluar banyak." Ujar Lily dengan khawatir.

Vera tersenyum mendengar hal itu. "Tidak apa-apa, itu wajar." Ucapnya menenangkan Lily.

Lily menyandarkan punggungnya pada bantal, ia membiarkan Vera memindahkan tubuh mungil kedua bayinya.

"Kau teman Darren dan Miranda?" Tanya Lily.

Vera mendaratkan tubuhnya di kursi sebelah ranjang pasien Lily. "Iya nyonya, kami bersekolah di Jerman, aku dan Miranda satu kelas."

"Jangan memanggilku begitu. Kau seumuran dengan Darren dan Miranda, panggil aku kakak sama seperti mereka memanggilku."

Vera tersenyum malu-malu seraya mengangguk. Ia tidak menyangka bisa berbincang akrab dengan kakak dari pria yang ia sukai.

"Kau dan—"

"Leana...."

Panggilan disusul suara napas yang terengah membuat Lily dan Vera menoleh, keduanya bisa melihat seorang pria berdiri di ambang pintu dengan penampilan acak-acakkan.

AGENTWhere stories live. Discover now