Chapter 8

3.2K 301 154
                                    

Lily terlihat sibuk dengan menggambar di iPad-nya sembari bersenandung kecil. Ponsel yang tiba-tiba berdering memaksanya untuk menghentikan kegiatan itu.

Senyuman Lily langsung terukir saat tahu siapa yang menghubunginya, dengan cepat ia menekan tombol hijau dan menempatkan benda pipih itu di daun telinganya.

"Halo daddy?"

"Halo princess, how are you?"

"Fine, bagaimana kabar daddy dan mommy?"

"Very fine princess." Balas Yola.

"Aku senang kalian menghubungiku." Ujar Lily dengan bahagia.

"Seharusnya kami yang berkata begitu, nyonya Lily akhir-akhir ini sangat sibuk." Kekeh Harvey.

"Maafkan aku dad, mom. Setelah pekerjaanku selesai, aku akan segera mengambil cuti dan berlibur ke Jepang."

Terdengar suara tawa kecil dari seberang sana. "Memang princess bertugas di mana?" Tanya Yola dengan penasaran.

Lily terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaan itu. Ia berada di California, salah satu kota yang Harvey larang untuk ia diinjak.

Dan Lily sudah melanggarnya sekarang.

"Kenapa tiba-tiba bertanya mom, biasanya dad atau mom tidak pernah bertanya tentang pekerjaan Lily?" Tanya balik Lily dengan nada bercanda agar tidak mencurigakan.

"Mommy hanya penasaran saja."

"Daddy percaya pada princess, dia pasti bisa menyelesaikan misinya dengan baik dimanapun itu."

Kalimat itu terasa begitu menusuk bagi Lily, Harvey pasti sangat kecewa jika tahu bahwa ia telah melanggar peraturannya. Tapi tidak ada pilihan lain bukan?

"Darren sudah pulang ke rumah?" Tanya Lily mengalihkan pembicaraan.

"Sudah, dia sedang menunggu harimaunya yang mau melahirkan." Kekeh Yola yang membuat Lily tertawa pelan.

"Entah apa yang merasukinya hingga mau pulang ke rumah." Dengus Harvey dengan kesal, putranya itu sangat sulit jika diminta untuk pulang dan selalu berlagak sok sibuk.

"Dia sudah menjadi mr billionaire dad, jadi sombong sekali sekarang." Balas Lily.

TOK TOK TOK

TOK TOK TOK

Ketukan pada pintu- lebih tepatnya gedoran keras pada pintu membuat Lily menoleh kesal. "Dad, mom, aku akan menghubungi kalian lagi nanti." Setelah mendapatkan jawaban dari seberang sana, Lily mematikan sambungan telepon dan segera berjalan dengan jengkel ke arah pintu.

Dengan cepat ia membuka pintu, dan langsung memberikan tatapan tajam pada teman-temannya. "Ada apa?!"

"Ada Vincent." Jawab Abigail dengan cepat.

Lily menghela napas dengan malas. "Suruh dia pergi."

"Dia mengancam kita, dia sangat menakutkan." Ujar Griselda mengerucutkan bibirnya.

"Kalian cukup diam di dalam apartemen jangan membuka pintu untuknya." Balas Lily seraya menyandarkan punggungnya di pintu.

"Ehhmmm dia ada di ruang tamu." Ucap Amora dengan cengiran.

Lily langsung menatap kesal keenam wanita itu. "Kenapa membiarkannya masuk?!"

"Tenaganya sangat besar Lee, aku sampai terdorong tadi." Gerutu Alena.

Lily terdiam, rasanya sangat malas bertemu dengan pria itu. Ponselnya bahkan ia lemparkan ke luar jendela karena pria itu terus menghubunginya.

Setelah membuang napas dengan kasar, Lily memilih berjalan meninggalkan teman-temannya untuk menuju ruang tamu.

AGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang