Chapter 11

3K 303 184
                                    

"Kau bisa menggunakan senjata?"

Lily terdiam seakan menimang jawaban apa yang harus ia berikan. "Bisa..." Jawabnya dengan ragu.

Vincent merangkul mesra pundak kekasihnya dan berbelok menuju lapangan tembak. "Ayo berlomba menembak." Ajaknya.

Lily hanya mengangguk samar seraya tersenyum tipis.

Keduanya sampai di lapangan tembak yang memperlihatkan beberapa anggota Black Swan sedang berlatih tembak.

Vincent melepaskan jaketnya hingga menampakkan tubuh berototnya yang dibalut kaos hitam.

Lily memainkan pistol di tangannya dengan mata yang mengarah pada beberapa angel yang sengaja menatap Vincent dengan mendamba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lily memainkan pistol di tangannya dengan mata yang mengarah pada beberapa angel yang sengaja menatap Vincent dengan mendamba.

"Kau yang singkirkan mereka, atau aku yang melakukannya?" Tanya Lily tanpa mengalihkan pandangannya.

"Apa?" Tanya Vincent yang sibuk mengisi penuh pistolnya.

Karena tak mendapatkan jawaban dari wanita di sampingnya, Vincent memilih untuk mengangkat pandangannya. Ia mengikuti arah yang dipandang oleh Lily, dan seketika para angel langsung menundukkan kepala karena mendapatkan tatapan tajam dari Vincent.

"Apa semua anggota wanitamu bermata keranjang?!" Dengus Lily.

"Mereka bukan angel." Jawab singkat Vincent.

"Lalu?"

"Mereka wanita penghibur di sini."

Seketika tubuh Lily membeku mendengarnya, apakah ini yang dimaksud oleh kolonel Jeremy tentang perdagangan manusia di Black Swan?

"Ada apa?" Vincent menaikkan sebelah alisnya menatap heran sang kekasih.

"Tidak..... aku hanya terkejut saat mengetahui Black Swan punya jalang pribadi." Ujar Lily tertawa kesal.

"Aku juga punya jalang pribadi."

Lily langsung menoleh ke arah Vincent dengan tatapan tajam. "Ap-"

"Kau, kau adalah jalang pribadiku." Balas Vincent dengan santai.

"Aku bukan jalang, aku akan meledakkan kepalamu jika kau mengatakan hal itu lagi."

Enak saja memanggilnya sebagai jalang, jika bukan karena misi penting ini, Lily juga tidak akan mau menyerahkan tubuhnya.

Vincent hanya tertawa pelan mendengarnya.

Sepasang kekasih itu mulai membidik sasarannya untuk berlomba meraih skor tertinggi.

Setelah beberapa kali berlomba, bidikan keduanya tidak pernah meleset sama sekali, dan akhirnya mereka sama-sama mendapatkan skor sempurna.

"Kau tidak mau mengalah denganku?" Tanya Lily sambil tertawa pelan.

Vincent mengisi penuh kembali pistolnya. "Aku tidak akan mengalah pada siapapun..... termasuk padamu, Leana."

Lily terdiam mendengarnya, ia merasa ada maksud lain dari perkataan Vincent.

AGENTWhere stories live. Discover now