Chapter 51

2.3K 237 120
                                    

"Semuanya sudah siap?" Tanya Vincent yang sedang sibuk memeriksa dua sepeda di depannya.

"Sepertinya sudah." Balas Lily seraya melihat kembali isi tas ransel miliknya dan Vincent.

Vincent berjalan mendekat, ia mengambil tas ransel besar miliknya.

"Apa berat?" Tanya Lily. Tas Vincent dipenuhi dengan peralatan tenda dan masak, sedangkan tas ransel miliknya diisi dengan baju, selimut dan bahan makanan.

"Tidak ada apa-apanya." Balas Vincent dengan wajah sombong.

Lily hanya mencibir pelan.

"Jangan lupa pakai helm." Vincent memberikan helm sepeda pada istrinya.

"Botol minummu Vin." Lily melemparkan botol minum yang langsung ditangkap dengan mudah oleh Vincent.

Lily berjalan mendekati sepedanya lalu menaikinya.

"Are you ready, madam Benedict?"

Lily tersenyum senang. "Ready!"

Keduanya mengayuh pedal sepeda untuk meninggalkan area paviliun. Sesuai dengan rencana, mereka akan menjelajahi hutan di pegunungan Jungfrau dengan menggunakan sepeda. Mereka juga akan berkemah di dekat air terjun yang berada di dalam sana.

"Tempat ini mengingatkan aku dengan rumahku di Jepang, udaranya sangat sejuk." Lily menghirup udara segar sedalam mungkin.

Vincent terkekeh pelan, ia melirik wanita yang tengah mengayuh sepeda di sampingnya. "Jika lelah bilang ya, nanti kita berhenti untuk istirahat."

Lily langsung menoleh pada suaminya dengan tatapan sinis. "Kau pikir aku sudah tua? Bersepeda begini saja tidak akan membuatku lelah." Ketusnya.

Vincent mengangguk-anggukan kepalanya. "Bagus jika begitu."

Matahari sudah tepat di atas kepala, sinarnya bukan lagi menghangatkan namun sudah terasa membakar kulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari sudah tepat di atas kepala, sinarnya bukan lagi menghangatkan namun sudah terasa membakar kulit. Dan mereka masih tetap setia mengayuh sepeda agar segera sampai di tempat tujuan.

Lagi-lagi Lily menghela napas pelan, kakinya sakit, punggungnya pegal, pantatnya panas, dan rasanya ia tidak sanggup lagi. Tapi ia terlalu malu mengatakan hal itu pada Vincent, mau ditaruh dimana harga dirinya nanti.

"Masih kuat, Leana?" Teriak Vincent agar Lily mendengarnya.

"Iya! Kenapa bertanya terus sih?!" Dengus Lily yang membuat Vincent terkekeh gemas, ingin sekali Vincent turun dari sepeda dan memberikan kecupan pada wajah kesal istrinya itu.

"Sebentar lagi sampai." Ujar Vincent lagi.

"Sibintir ligi simpi." Cibir Lily menatap kesal punggung suaminya, Vincent sudah mengatakan hal itu sejak beberapa jam lalu tapi sampai sekarang mereka masih belum berhenti bersepeda.

Vincent tertawa pelan saat mendengar apa yang Lily ucapankan. Istrinya benar-benar menggemaskan!

 Istrinya benar-benar menggemaskan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang