Chapter 50

2.3K 238 107
                                    

"Ada yang mengganggu pikiranmu?" Vincent memeluk tubuh Lily dari belakang.

Lily menghela napas dengan pelan. "Kehamilan mommy." Ia menyandarkan kepalanya pada dada Vincent. "Grandma Cara menyarankan agar mommy menggugurkan kandungannya karena bisa berakibat buruk bagi kesehatannya, tapi mommy tidak mau melakukannya."

Kabar yang mengejutkan ini bukan hanya membuat mereka senang dan shock, tapi juga merasa khawatir terhadap kesehatan Yola. Hamil diusia 50 an sangat beresiko bagi sang ibu.

Yola memilih untuk mempertahankan bayi itu hingga membuatnya harus bertengkar dengan Darren, dan berakhir dengan kepergian pemuda itu karena marah.

"Prince bahkan sampai semarah itu." Ujar Lily saat mengingat perkataan kasar yang adiknya itu lontarkan pada semua orang.

"Darren pasti sangat khawatir dengan kesehatan mom Yola." Ucap Vincent yang diangguki Lily.

"Dia tahu seperti apa perjuangan mommy untuk hamil dan melahirkannya dulu, itu sebabnya dia tidak pernah ingin mommy hamil lagi." Ujar Lily dengan sedih. Ia bahagia saat mengetahui akan mempunyai adik lagi, tapi banyak hal yang harus dipertimbangkan lagi.

"Kau selalu bilang mommy-mu adalah wanita terkuat di dunia, jadi yakin saja pada keputusannya." Vincent mengecup puncak kepala Lily berulang kali.

"Aku harap juga begitu, tapi bagaimana dengan Darren? Dia bilang tidak mau pulang lagi, dia sangat keras kepala dan aku yakin itu bukan hanya sekedar ancaman."

Vincent membalik tubuh Lily agar bisa menatap wajah cantik istrinya itu. "Mau sekeras kepala apapun seorang anak, dia pasti akan tetap datang jika diminta, meski itu karena terpaksa."

Lily menghela napas pelan saat mendengarnya. "Apa yang kau ketahui tentang Darren, hanya apa yang ingin dia perlihatkan. Dia jauh lebih tidak terkendali dari yang kau kira." Lily menundukkan wajahnya. "Kau belum tahu sisi Darren yang lainnya Vin, dia bahkan hampir membunuh daddy dulu."

Vincent mengusap pipi Lily yang basah. Ia tidak tahu kejadian seperti apa hingga saat mengingatnya Lily menjadi menangis. Bukanlah itu membuktikan bahwa kejadian itu sangat menyakitkan bagi istrinya?

Vincent menarik Lily ke dalam pelukannya, ia mengusap lembut punggung istrinya agar tenang kembali. "Maaf karena membuatmu menangis." Gumam Vincent.

Lily membenamkan wajahnya pada dada Vincent. Bukannya tidak mau bercerita, tapi ia hanya belum siap untuk mengingat kejadian 6 tahun lalu, kejadian yang membuat 2 pria kesayangannya dilarikan ke rumah sakit karena saling menyerang.

"Bagaimana jika kita berkemah di tengah hutan." Mata elang Vincent mengamati hutan rindang di depannya.

Mereka kini tengah berada di kawasan pegunungan Jungfrau di Swiss, mendatangi paviliun indah yang berdiri di tengah hutan lindung milik Vincent.

"Berkemah?" Tanya Lily seraya melepaskan pelukannya.

Vincent mengangguk. Ia harus berusaha membuat Lily melupakan permasalahan di rumah, ini adalah saat yang membahagiakan bagi mereka untuk menghabiskan waktu berdua. "Kita bisa bersepeda berkeliling hutan dan mencari tempat bagus untuk mendirikan tenda. Bagaimana?"

Lily mengangguk senang sembari tersenyum. "Aku ingin pergi ke air terjun."

Vincent tersenyum melihat mata Lily yang berbinar senang. "Tentu, kita akan berkemah di dekat air terjun."

"Sungguh?"

Vincent merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya. "Tentu mi amor, kita berangkat besok pagi."

"Kenapa tidak sekarang saja?"

Vincent mengecup singkat bibir istrinya. "Ini sudah sore, kita siapkan dulu keperluan kita, besok pagi baru kita pergi bersepeda."

AGENTWhere stories live. Discover now