Chapter 23

3K 306 64
                                    

"Kenapa kau membawaku ke sini? Aku sudah bilang, antarkan aku ke apartemen!"

Mobil mewah yang Vincent kendarai berhenti dengan sempurna di teras mansion. "Besok kita akan terbang ke Los Angeles, jadi lebih baik menginap di sini."

"Aku mau pulang ke apartemen!"

Vincent melayangkan tatapan tajam pada wanita di sampingnya. "Jika kau tidak mau berbaikan denganku untuk saat ini tidak masalah. Tapi coba berbicaralah pada uncle Harv, dia sangat mengkhawatirkanmu." Dengusnya.

"Kau berpikir bahwa kau yang paling tersakiti di sini, tapi setidaknya cari tahu usaha apa yang telah kedua orang tuamu lakukan agar kau mendapatkan segalanya." Setelah mengatakan itu Vincent langsung keluar dari mobil, meninggalkan Lily yang terdiam di sana.

"Apa maksudnya...." Gumam Lily menatap punggung Vincent yang telah masuk ke dalam mansion.

Ia hanya akan tahu jawabannya jika berbicara dengan kedua orang tuanya. Jadi Lily membuka pintu mobil dan memilih masuk ke dalam mansion.

Lily di sambut oleh beberapa orang di ruang tengah, padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Sayang..... Kau sudah makan?" Tanya Scarlett dengan cemas.

Lily mengangguk. "Sudah." Jawabnya.

"Kau membutuhkan sesuatu?" Tanya Scarlett lagi.

"Aunty istirahat saja, biar Yola yang mengurus Lily." Ujar Yola.

"Iya mami, sebaiknya mami istirahat ini sudah malam." Timpal Harvey.

Scarlett menghela napas pelan. "Grandma senang kau pulang, jangan lupa istirahat." Scarlett mengusap lembut pipi cucunya sebelum beranjak naik ke lantai 2 bersama suaminya. Hingga di ruang tengah itu menyisakan Harvey, Yola dan Lily.

"Bisa kita bicara, princess?" Tanya Harvey dengan sayang.

Lily mengangguk. "Iya...."

"Ayo." Ajak Yola pada putrinya.

Ketiga orang itu langsung beranjak naik dan masuk ke dalam kamar yang ditempati Harvey dan Yola.

"Bagaimana kabarmu, princess?" Tanya Yola sembari mengamati wajah cantik putrinya.

"Mommy pasti sudah tahu kabarku dari prince."

Yola hanya terkekeh mendengar jawaban Lily, putrinya memang tidak berubah sejak kecil.

Harvey menggenggam tangan putri kesayangannya. "Daddy minta maaf karena sudah membuatmu terluka, percayalah daddy tidak bermaksud melakukannya. Daddy dan mommy sebenarnya ingin memberitahumu dan prince lebih dulu. Namun meninggalnya grandma membuat semuanya terjadi begitu cepat."

Lily memandangi wajah sendu ayahnya. "Sebenarnya ada apa dad? Jika daddy ingin mengatakan bahwa Aurel adalah putri kandung daddy, lebih baik Lily tidak usah mendengarnya." Ujar Lily dengan mata berkaca-kaca dan perasaan yang takut.

Yola mengusap lembut lengan putrinya. Lily memang sangat sensitif jika mengenai Harvey.

"Dengarkan ini, princess....."

*****

Lily memasukan beberapa barang yang ia butuhkan ke dalam tas ranselnya, ia juga memeriksa beberapa senjata miliknya.

"Sudah siap semua, princess?" Tanya seseorang dari belakang.

Lily menoleh dan tersenyum. "Sudah, dad." Ucapnya sembari memperhatikan penampilan sang ayah. "Daddy mau kemana?" Tanyanya.

"Ke markas Black Swan." Balas Harvey.

"Untuk apa?" Alis cantik Lily berkerut heran.

Harvey tersenyum seraya menyelipkan anak rambut putrinya. "Daddy masih punya tanggung jawab di sana, jadi ada beberapa hal yang harus daddy kerjakan untuk mempersiapkan pimpinan Black Swan selanjutnya."

AGENTWhere stories live. Discover now