Chapter 10

3.5K 313 178
                                    

Setelah melakukan percintaan yang panjang, kedua sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara itu mengistirahatkan diri sambil berpelukan.

Lily mengamati dada dan lengan sebelah kiri Vincent yang dipenuhi sebuah tattoo, ia mengusapnya pelan hingga membuat sang empu menunduk.

"Apa makna dari tattoo-mu ini?" Tanya Lily dengan penasaran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa makna dari tattoo-mu ini?" Tanya Lily dengan penasaran.

Butuh waktu beberapa saat bagi Vincent untuk berpikir, hingga pria itu merasa mempunyai jawaban yang tepat. "Dia adalah Lesi, hewan kesayanganku."

"Kau pasti sangat mencintainya hingga menattoo wajahnya." 

Vincent menaikkan sebelah alisnya. "Apa kau juga akan cemburu dengan hewan peliharaanku?" Kekehnya.

Lily tertawa kesal mendengarnya. "Untuk apa cemburu pada hewan?"

Vincent merapikan rambut kekasihnya yang sedikit kusut namun tak mengurangi warna cantiknya sembari memikirkan sesuatu. "Leana.... Kau mau membuat tattoo?" Itu tidak terdengar seperti pertanyaan, namun seperti sebuah tawaran.

"Tattoo? Aku tidak berpikir akan membuatnya." Balas Lily apa adanya.

"Kau tidak menginginkannya?"

Alis cantik Lily langsung berkeut. "Kau ingin aku membuat tattoo?"

"Jika kau mau."

"Tattoo apa?"

"Aku akan membawamu ke asrama Black Swan untuk membuatnya, jika kau mau."

Mendengar kalimat itu, Lily langsung merasa tergoda. Vincent sangat tertutup tentang kelompok mafianya dibanding petinggi Black Swan lainnya, pria itu hanya mengatakan bahwa dia mempunyai sebuah kelompok mafia tanpa menyebutkan hal yang lainnya.

Dan tawaran untuk mengunjungi asmara Black Swan langsung terdengar seperti undangan yang menggiurkan bagi Lily.

"Emmm kenapa ke asrama Black Swan?"

"Kami mempunyai pembuat tattoo sendiri, aku ingin kau membuatnya di sana." Balas Vincent.

"Kapan kita ke sana?"

"Besok siang."

*

Lily terlihat sibuk di dapur pondok untuk membuat sarapan, sesekali ia terkekeh saat mendengarkan curhatan Miranda melalui telepon.

"Iya baiklah, hati-hati." Ucap Lily sebelum sambungan telepon terputus.

Ia segera membawa hidangan sarapan yang sudah jadi menuju tempat Vincent berada. Pria itu terlihat duduk di meja makan dengan laptop di hadapannya.

 Pria itu terlihat duduk di meja makan dengan laptop di hadapannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
AGENTWhere stories live. Discover now