66- Pembuktian

97 14 0
                                    

Perlahan kedua mata Nathan terbuka, cowok itu menggeliat diatas tempat tidurnya. Dengan masih setengah sadar, cowok itu meraba-raba tempat tidur, saat tak menemukan keberadaan orang yang ia cari, Nathan pun menoleh, melihat apakah Gamal masih tidur atau tidak.

Melihat tak ada siapapun diatas tempat tidurnya, Nathan pun langsung mengambil posisi duduk.

Prang!

Nathan terpelonjat pelan saat mendengar suara benda jatuh, seperti suara panci jatuh, karena ia yakin suaranya berasal dari arah dapur.

Nathan mengernyitkan dahinya bingung, kemudian ia melihat jam di dinding. Jam baru menunjukan pukul setengah 6 pagi. Nathan bingung, siapa yang pagi-pagi sudah berisik di dapurnya? Apakah rumahnya ini kedatangan penghuni lain? (Tikus).

Tak mau penasaran, ia langsung bangkit dan berjalan menuju dapur.

Sesampainya di dapur Nathan sedikit terkejut melihat sosok Gamal yang tengah berdiri didepan kompor dengan mengaduk-aduk masakannya diatas penggorengan.

Nathan dengan malas duduk di kursi meja makan, cowok itu meraih teko lalu mengambil gelas, minum air putih.

"Berisik banget sih Mal, Lo lagi ngapain?"tanya Nathan dengan suara seraknya.

Gamal menoleh sebentar ke belakang, hanya untuk memastikan kalau itu Nathan kemudian ia memfokuskan dirinya lagi pada masakannya.

"Bikin sarapan."

Nathan hanya duduk memperhatikan Gamal yang tengah memasak, sejujurnya ia tak terlalu terkejut melihat Gamal memasak seperti itu, Karna dia sudah tahu sejak cowok itu duduk di bangku kelas 9 SMP.

15 MENIT KEMUDIAN

Makanan yang Gamal masak jadi, harumnya menyerbak hingga ke seisi ruangan.

Gamal membawa dua buah piring nasi goreng lalu menghidangkannya diatas meja. Satu untuk dirinya, dan satu lagi untuk Nathan.

"Nasi goreng lagi?"tanya Nathan.

Gamal yang baru saja mendudukkan tubuhnya dibuat bingung. "Emang kenapa?"

"Gak papa sih, maksudnya gue udah biasa makan nasi goreng buatan Lo ini. Perasaan terakhir kali Lo masakin gue... Ya masakin nasi goreng."

Gamal hanya mengangguk mengerti, kemudian cowok itu mengabaikan saja dan segera menyantap nasi goreng buatannya sendiri itu.

Keduanya langsung fokus kepada sarapannya pagi ini.

"Berangkat sekolah bareng gue aja, hari ini gue kuliah siang kok. Sekalian gue buka cafè, sekalian nganterin Lo,"kata Nathan lalu setelah mengatakan itu, ia meneguk air minum Karna serat.

Gamal mengangguk mengiyakan, sejujurnya ia cukup bersyukur karena tanpa diminta Nathan mau mengantarkannya ke sekolah, jika tidak Gamal tak tahu ia harus ke sekolah naik apa, karena ia benar-benar meninggalkan motornya di rumah, ia bahkan sama sekali tak membawa barang pemberian ayahnya.

Nathan makan dengan memperhatikan Gamal sesekali, semenjak cowok itu datang tadi malam, ia sama sekali tak menceritakan apa alasannya hingga pindah mengungsi sementara ke rumahnya ini.

"Mal, serius gak mau cerita?"

Gamal mengangkat pandangannya, menatap Nathan. "Cerita apa?"tanyanya santai.

"Kenapa Lo tiba-tiba pengen tinggal di sini, bareng gue?"tanya Nathan, meminta kejelasan.

Gamal menghentikan aktivitas makannya, ia kemudian menghela napas berat. "Belajar hidup mandiri."

"Gitu doang? Beneran gak ada masalah? Biasanya Lo ngungsi ke tempat gue Karna Lo punya masalah di rumah. Iya kan?"

"Gak ada masalah."

Tomorrow (COMPLETED)Where stories live. Discover now