30- Menguatkan

108 23 0
                                    

Saat hendak mencari udara segar diluar rumahnya, Vannya dibuat Bingung dengan apa yang adiknya lakukan. Pasalnya malam-malam begini gadis itu berjongkok diujung rumah tepat di samping pekarangan, dengan sebuah kaleng cat disampingnya, ia mengoleskan cat dengan kuas.

"Lo ngapain sih?"tanya Vannya.

Dara menoleh. "Ngecat lah, Lo gak bisa liat."

Entahlah, Vannya bingung sendiri dengan tingkah adiknya yang semakin lama semakin random saja.

"Malem-malem begini?"

"Mama yang nyuruh, lagian gue gak enak liat catnya belang ssndiri."

Vannya geleng-geleng sendiri. "Gak harus malem juga kan? Kaya gak ada siang aja."

Dara menghentikan aktivitasnya, ia meletakan kuas lalu menatap Vannya yang berdiri di teras.

"Berisik banget sih Lo? Suka-suka gue mau ngelakuinnya kapan aja."

Vannya sedikit terkejut mendengarnya, ia tak percaya. "Sewot banget sih Lo? PMS?"

"Enggak!"jawab Dara ketus.

Vannya mendesis kesal, lalu kemudian ia masuk kembali dan tak jadi menghirup udara segar, justru dia malah dibuat kesal oleh adiknya sendiri.

Dara mengusap keringatnya, dia berasa sedang kerja kuli sekarang. Entah-entahlah yang mamanya suruh, namun dia tetap mau menerimanya.

Sayup-sayup terdengar suara sebuah kendaraan, tak lama dugaan itu terbukti saat sebuah lampu mobil menyorot ke arah Dara.

Dara menoleh, menyipitkan pandangannya Karena sorotan lampu yang menyilaukan matanya.

Kemudian mesin mobil itu mati, bersama dengan lampu yang menyorot ke arah Dara.

Dara kini melihat sesosok cowok turun tergesa dari dalam mobil Toyota Fortuner berwarna hitam tersebut. Setelah melihat wajah cowok itu, Dara langsung bangkit dan mendekat.

"Ra, gue bisa jelasin."

"Mau ngapain Kaka ke sini?"tanya Dara tidak ramah.

Cowok berambut gondrong itu berupaya menerobos masuk, ia mencoba melihat ke dalam rumah.

"Kaka Lo ada kan?"

"Sebenarnya ada, tapi buat Lo gak ada."

Dara melipat tangannya di depan dada. Untuk apa si cowok penghianat ini datang dan berani menginjakkan kaki didepan rumahnya?

"Boleh panggil sebentar gak? Gue mohon, gue mau jelasin semuanya ke Kaka Lo."

Dara menatap dengan tatapan maut, membuat cowok itu meneguk ludahnya susah payah.

"Mau jelasin apa? Hah? Jelasin kalo yang gue dan Kaka gue liat Lo selingkuh itu bener? Mau jelasin siapa pacar baru Lo itu? Hah?"

Tak lama setelahnya, mungkin karena keributan yang terjadi diluar rumah membuat Vannya kembali keluar dan memastikan apa yang terjadi.

Faldo merasa legah, ia tak menanggapi apa yang Dara katakan, ia lebih memilih menerobos dan berjalan mendekati Vannya yang berdiri di teras rumah.

Faldo berusaha meraih tangan Vannya. "Van, gue bisa jelasin apa yang terjadi. Semuanya gak kaya yang Lo liat."

Vannya tak menanggapi, ia hanya menatap malas cowok yang tengah memohon itu.

"Gue sama dia gak ada hubungan apapun, gue bisa pastikan itu. Lo percaya kan sama gue?"

Dara tak habis pikir dengan Faldo, cowok itu masih bisa mengelak bahkan setelah ia sudah kepergok berkali-kali. Apa sih yang membuat cowok itu selalu berhasil meluluhkan hati kakanya ini?

"Lo tau kan gue sayang banget sama Lo, Lo tau kan kita udah pacaran 4 tahun? Gak mungkin gue khianatin Lo, Van."

Vannya mengambil sikap santai, namun kemudian ia menoleh, menatap Faldo.

"Perkataan itu udah gue denger 10 kali dari mulut sampah Lo itu,"Vannya menarik tangannya dari genggaman tangan Faldo, ia membuang wajah. "Dan Lo! Dengan manisnya Lo bilang kalau Lo sayang gue?"

"Van, tolong sekali ini aja. Percaya sama gue."

"Gue bukaan cewek bodoh, Do. Bukan Vannya yang bisa Lo tipu lagi dengan sejuta alasan yang Lo buat. Gue udah gak mau liat muka Lo lagi, mulai sekarang dan kapanpun."

Dara mendekat, ia berdiri tepat di samping Vannya. "Sekarang Lo pergi, sebelum gue laporkan ke satpam. Pergi!"

"Oke, fine! Gue akan pergi setelah gue Lo maafin gue Van. Gue gak bisa kehilangan Lo, sampai kapapun."

Dara tersenyum remeh. "Gila, Van. Lo Nemu dimana cowok yang sepaket sama mulut busuknya itu?"

Nyatanya pilihan Faldo untuk datang ke sini bukanlah pilihan yang tepat. Vannya dan Dara bukanlah cewek lemah, kedua gadis itu takan pernah membiarkan diantara mereka tersakiti, apalagi oleh cowok brengsek.

"Lo denger kan? Atau Lo udah gak bisa denger lagi? Perlu gue usir Lo pake bahasa isyarat?"tanya Vannya dengan gemetar, kedua mata gadis itu memerah dan hampir meneteskan air mata.

Pikiran Faldo kalang kabut, ia tak tahu harus bagaimana lagi.

Dara menoleh kanan dan kiri, entah mencari apa. Pandangan gadis itu tertuju pada kaleng cat. Dengan bergegas ia mengambil kaleng cat itu lalu membawanya.

Faldo dan Vannya dibuat kebingungan dengan apa yang akan Dara lakukan. Detik berikutnya dengan nekat Dara menumpahkan satu kaleng cat penuh itu tepat di bagian depan mobil Faldo.

Baik Faldo maupun Vannya, keduanya sama-sama membulatkan matanya dengan aksi nekat yang Dara lakukan.

"MOBIL GUE!"

Dara menatap wajah Kakanya dengan tatapan beringas, jelas Dara merasa sudah kehabisan emosi sendiri akibat kedatangan Faldo.

Faldo menatap Dara dengan tatapan membabi-buta. Dengan penuh amarah dan emosi, ia mendekati gadis itu.

"LO! LO APAIN MOBIL GUE!"

Kedua mata Vannya semakin terbuka lebar saat tangan Faldo terangkat. Vannya berlari menuju Dara, ia jelas tahu apa yang akan Faldo lakukan setelahnya.

Grep!

Dara yang menutup mata perlahan mulai membukakan matanya, ia bisa melihat tangan Faldo yang sudah terangkat ditahan oleh tangan lain.

Dara berbalik badan dan segera menjauhkan tubuhnya. Ia melihat Dika, si cowok berhoodie kuning itu memegang tangan Faldo.

"Gak sepatutnya cowok brengsek kaya Lo nyakitin cewek!"kata Dika dengan nada suara dalam mengintimidasi.

Vannya yang melihat itu dibuat lemas seketika, ia tak bisa membayangkan jika adiknya sendiri harus menerima perlakuan kasar dari Faldo.

"Faldo, detik ini gue tahu siapa Lo sesungguhnya. Dan mulai dari sekarang, gue gak mau liat Lo lagi. Pergi!"

Suara Bannya bergemetar, pertahanannya akhirnya hancur, ia meneteskan air matanya dan seketika tubuhnya ambruk ditempat.

Faldo hanya bisa menerima semuanya, ia berjalan pergi masuk ke dalam mobil dan segera pergi.

Sementara itu Dara melihat ke arah sang kaka, memeluk tubuh Kakanya kuat-kuat.

Dika yang berdiri tak jauh dari keduanya hanya bisa memandang kedua gadis itu yang saling menguatkan satu sama lain.

-oOo-

Kok panjang ya? Padahal tadinya gak expect sepanjang ini.

Tomorrow by Alan naizer
Disponsori oleh:
Kulkas 2 pintu, satu jendela, kamar mandi di dalam.

Tomorrow (COMPLETED)Where stories live. Discover now