12- Kelompok

163 32 0
                                    

"Kalau memang benar dia pemilik akun itu, gue harus memperbaiki semuanya."

Gamal termenung di kamarnya saat ini, malam ini cowok itu terpikir lagi soal pengganti Diana sang vokalis bandnya.

"Tangan Lo..."

Jantung Dara berdegup kencang, degupanya tak beraturan bagai lagu yang diputar di tempat diskotik.

"Kapalan?"

Dara menarik tangannya paksa, ia langsung memasukan semua tissue sekaligus ke dalam tong sampah dan lalu bangkit dari posisinya.

"Ka-kalau Lo udah mendingan, Lo buruan pulang sebelum ibu sama Kaka gue balik,"kata Dara terbata-bata lalu setelahnya gadis itu berjalan cepat menuju arah dapur.

Gamal menyentuh ujung jemarinya, ia memastikan bahwa bahwa yang ia rasakan di tangan Dara memang benar.

Pikirannya tertuju pada kejadian kemarin, ia jelas yakin kalau Dara memang pandai bermain gita. Tapi apakah mungkin dugaannya bahwa Dara adalah pemilik akun itu adalah benar?

"Gitar yang waktu itu? Apa mungkin Dara yang pesan?"

"Lo mau beli gitar? Emang Lo bisa main gitar?"

Dara termenung sebentar. "I-ini buat Kaka gue, dia nanya ke gue bagusan mana. Gitu."

Jihan menganggukan kepalanya mengerti. "Gue kaget aja, setau gue kan Lo gak bisa main gitar."

Gamal menangkup wajahnya dengan kedua tangan. "Apa mungkin gadis itu berbohong?"

"Kenapa alamat pengiriman gitar itu... sama persis di alamat rumah Dara?"

-oOo-

"Hah? Apa Lo kata?"sentak Dara saking terkejutnya.

"Gu-gue gak bisa nolak Ra. Apalagi Papa mau ke Singapura Karna dinasnya."

"Te-terus tugas kelompok kita? Gimana?"

"Mungkin gue akan lakukan observasi di Singapura, plus cari narasumber di sini. Hehehe lumayan gitu gue keliatannya kerena banget observasi di luar negeri. Pasti dapet nilai plus."

Cewek sialan, bisa-bisanya ia malah memikirkan nilai tambahan sedangkan Dara sedang pusing bagaimana harus mengerjakan tugas ini.

"Gue udah telpon gurunya kok, kata dia boleh kalau gue ngerjain sendiri. Tapi kayanya Lo nanti dipasangin sama siswa yang belum dapet kelompok."

Dara memijat dahinya, sangat pening. Kenapa bisa terjadi tiba-tiba?

"Lo sampai kapan sih disana? Kayanya kita bakal keburu kalau nunggu Lo balik ke indo."

"Gue juga gak tau sampai kapan papa gue ke Singapura. Gak papa kan Ra?"

Gak papa apanya? Jelas-jelas Dara dibuat depresot malam-malam, mana mereka sudah membuat planning mau observasi kemana, mau wawancara siapa, bahkan mereka sudah merencanakan ingin naik apa kesana nanti.

"Sorry ya Ra, papa gue dadakan banget soalnya, disuruh atasannya. Ini Dinas pertama dia keluar negeri, ya meski dia sering dinas keluar kota dan sering ninggalin gue dan mama, tapi papa pengen kita berdua ikut."

Dara menghela napas berat, ia mencoba menenggakan kepalanya. "Entahlah, semoga gue dapet pengganti Lo buat nyelesain tugas ini."

"Lagian kenapa gak ngerjain sendiri?"

"Gue aja gak yakin Lo bisa berani buat wawancara di negara orang."

"Justru itu, Karna gue gak ngerti bahasanya, jadi gue gak malu."

Setelah hampir lima belas menit keduanya mengobrol di panggilan suara. Dara langsung menghampiri laptopnya yang berada di meja belajar.

Gadis itu membuka Instagramnya. Ramai seperti biasa. Dara mulai membaca beberapa komentar, kebanyakan dari mereka sangat menyukai videonya, namun banyak pula yang menanyakan padanya kapan ia akan mengunggah video terbaru.

Dara baru ingat, sudah lebih dari 3 hari ia tak mengunggah video baru, biasanya ia akan mengunggah 2 hari sekali.

Dara menghela napasnya, moodnya mendadak anjlok akibat berita dari Gina, ditambah lagi ia harus cepat-cepat mencari pengganti Gina untuk tugas kelompok.

Dara menangkup wajahnya, tatapannya gundah.

"Aku harus ottoke?"

-oOo-

S

iang ini setelah bel istirahat kedua Dara memutuskan untuk pergi ke ruang guru, tentu saja untuk menemui Bu Siti—sang guru bahasa Indonesia.

"Eh, kamu."

Bu Siti menyadari kehadiran Dara yang berdiri didepan mejanya.

"Bu untuk tugas akhir semester saya boleh kerjakan sendi--"

"Oh iya! Gina semalam telpon ibu, katanya dia pergi ikut ayahnya dinas ke Singapura. Jadi dia memutuskan untuk mengerjakan tugasnya sendiri. Kamu sekelompok sama Gina kan?"potong Bu Siti.

Dara mengangguk pelan. "Oh iya Bu, saya boleh minta daftar.."

"Oh iya, kamu bisa liat daftar kelompok,"Bu Siti memotong ucapan Dara lagi, ia langsung memberikan selembar kertas pada Dara.

Mata hazel Dara melihat deretan kelompok, dari kelompok 1 hingga kelompok 10.

"Karna siswa di kelas kamu berjumlah 23 siswa, seharusnya ada satu kelompok yang beranggotakan 3 orang. Karena Gina mau mengerjakan tugasnya sendiri, kamu bisa cari penggantinya. Ada tugas orang yang belum laporan kelompok mereka, tadinya ibu akan jadikan mereka satu kelompok."

Dara termenung melihat 3 nama yang tertera pada barisan paling akhir di daftar kelompok.

Dara mulai menimbang harus memilih yang mana yang akan ia jadikan patner.

"Geo? Gak mungkin gue satu kelompok sama dia. Dia tuh rese, playboy akud yang tak bisa diselamatkan. Kalau gue satu kelompok sama dia, yang ada gue bisa jadi mangsa dia ke 50. Jadi, Geo bukan pilihan yang pas!"

Dara menatap nama di urutan kedua.

"Aldi? Ah... Cowok itu gak ada harapan, pemalas, tukang tidur, sering kentut juga di kelas. Gue aja paling gak tahan sama tuh cowok. Aldi itu jorok banget."

Dara langsung menatap nama paling akhir, namun setelah membaca namanya, ia langsung dia buat diam tak bergeming.

"Permisi Bu..."

Baik Dara maupun Bu Siti, keduanya menoleh setelah sesosok cowok datang. Keduanya langsung dia buat terpana dengan pesona cowok dengan rambut medium bowl cutnya. Sangat tampan.

"Bu..."panggil Gamal menyadarkan Bu Siti dari lamunannya.

"Ekhem! Iya? Kenapa?"tanya Bu Siti dengan suara yang dilembut-lembutkan.

"Saya cek daftar kelompok, saya belum dapat kelompok,"kata Gamal.

Bu Siti menyunggingkan bibirnya, wanita paruh baya menunjuk ke arah Dara dengan bibirnya yang dimonyong-monyongkan.

Gamal menoleh, melihat Dara yang berdiri disampingnya.

Dara terdiam kikuk, menatap Gamal dan Bu Siti.

"Lo mau satu kelompok sama gue?"

-oOo-

SYALALALA

Agak kesal, nulis udah bagus-bagus tiba-tiba gak sengaja kehapus.

Tomorrow (COMPLETED)Where stories live. Discover now