17- Bersama

150 41 0
                                    

Dara menunggu di taman yang terletak di blok B. Gamal dan Dara janjian untuk bertemu disitu, hari ini mereka akan membahas lebih lanjut tentang tugas mereka.

Angin sejuk menerpa wajah lembut Dara, ia nampak cantik meski hanya memakai t-shirt putih oversize dengan celana jeans biru dan sneakers putih, ditambah tas selempang kecil untuk menaruh ponsel dan dompetnya.

Tak lama, kedua mata Dara berbinar melihat Gamal yang berjalan menuju ke arahnya. Gila dia hampir lumutan menunggu setengah jam di tempat ini sendirian.

"Sorry, pasti Lo nunggu lama ya?"tanya Gamal.

"Enggak kok."

Dara memperhatikan pakaian yang Gamal kenakan, cowok itu masih menggunakan celana sekolah meski seragam yang ia kenakan tertutup Hoodie berwarna hitam.

"Gue belum pulang ke rumah, abis jenguk temen."

Dara mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Mau langsung ke cafè Lo?"

"Ah iya," Dara teringat akan sesuatu, ia menghadapkan tubuhnya pada Gamal. "Ibu gue lagi nemenin Kaka gue hari ini ada acara di kampus, jadi cafè tutup. Gue tadi chat Lo, tapi gak Lo baca. Mau gue telfon tapi gak Lo angkat."

Gamal menggaruk bagian kepalanya yang tak gatal. "Sorry hp gue mati tadi."

Dara menghela napas pelan, pantas saja. "Terus gimana? Kita mau ngerjain tugasnya dimana? Mana laptop gue, gue sengaja tinggal di rumah lagi, gue pikir Lo bawa laptopnya."

Gamal terdiam sejenak, yakin tak yakin cowok itu berdeham panjang. "Gimana kalo di rumah..."

"Gak mungkin kalo di rumah gue, tetangga gue lagi rajin-rajinnya keluar rumah, kadang suka kepo juga. Gue takut Lo gak nyaman sama ucapan dia,"potong Dara.

"Maksud gue, kita ngerjainnya di rumah gue. Lagi pula lebih Deket ke rumah gue kan?"

Dara diam, ia tak yakin juga jika harus menyetujui usulan Gamal, namun mau bagaimana lagi ia harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin agar tugas ini bisa cepat selesai kan?

"Serius gak papa?"

"It's okay."

"Ya udah kalo gitu di rumah Lo, tapi kayanya kita gak bisa lama-lama Karna jam 4 Mama gue udah balik."

Gamal melirik jam ditangannya. "Masih ada waktu 2 jam, itu lebih dari cukup." Cowok itu menatap Dara.

Keduanya lalu berjalan bersama, menuju motor Gamal yang diparkir di parkiran taman.

-oOo-

Saat sampai di rumah Gamal, Dara terpanah dengan arsitektur yang rumah itu pakai. Gaya rumah Amerika sangat kental terasa dari segi arsitektur, pemilihan warna, bahkan hingga pohon-pohon rindang yang berada di halaman depan.

Yang lebih membuat Dara terpukau adalah, rumah ini berdiri kokoh, berjejer di antara rumah-rumah yang besar lainnya, namun jika dibandingkan dengan rumah lain yang berada disekitarnya, rumah Gamal lah yang memiliki halaman paling luas.

Gamal mempersilahkan Dara masuk, ia mengarahkan Dara untuk duduk di ruang tengah, duduk di sofa empuk. Sementara itu Gamal mengambil minum di dapur yang terhubung langsung dengan ruang tamu.

"Sorry agak berantakan,"kata Gamal, menyimpan dua gelas air putih diatas meja.

Dara tertawa pelan. "Gak papa kok."

Sementara itu Gamal merapihkan beberapa buku-buku majalah dan katalog yang berserakan di sofa dan meja, ia mengembalikannya pada rak buku yang terletak di samping televisi.

"Sebentar, gue ambil laptopnya di kamar,"Gamal pamit untuk pergi ke kamarnya yang ada di lantai 2.

Dara menyapu pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, hampir 5 tahun ia mengenal seorang Gamal, baru kali ini ia memasuki rumah cowok itu.

Ya Dara tahu, dirinya dan Gamal memang tak pernah mengenal satu sama lain meski mereka pernah satu SMP dan bahkan sekarang satu kelas. Alasannya sih simple, Gamal terlalu cuek dengan lingkungan sekitarnya dan bahkan terkesan tertutup.

Tak lama Gamal kembali dengan membawa MacBooknya, ia meletakannya diatas meja lalu membukanya. Keduanya memilih untuk duduk dilantai, diatas karpet bulu berwarna abu-abu agar lebih nyaman saat mengerjakan tugasnya.

"Ada beberapa pertanyaan yang gue revisi, sisanya sih udah oke cuma gue ganti kata-katanya aja biar narasumber lebih paham sama pertanyaannya,"kata Gamal menatap layar monitor.

Dara mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, nyatanya setelah mengenal dan sering berkomunikasi dengan cowok yang berlabel kulkas itu Dara justru tak merasa kesulitan, Gamal tak secuek apa yang dikatakan banyak orang, hanya saja Gamal berbicara ketika ia butuh dan penting.

"Lo ada saran gak kita mau nanyain siapa aja nanti?"

Dara tersentak pelan, ia segera tersadar. "Oh? Gimana kalo kita tanya penjaga yang ada disana, kalo punya kesempatan sih kita bisa wawancara sama manager tempatnya biar dapat informasi yang lebih kongkrit."

"Mungkin kalo sama manager lebih sulit, Karna kita gak tau dia akan datang setiap hari atau enggak."

"Penjaga tempatnya juga gak papa sih, yang penting informasi yang kita dapat sesuai dengan yang kita butuhkan,"kata Dara.

Gamal mengangguk, selanjutnya ia menggeser laptopnya kepada Dara.

"Lo bisa liat dulu daftar pertanyaan yang gue revisi, kalo udah oke kita bisa bikin surat izin kunjungan dari sekolah."

Dara memperhatikan baik-baik, pertanyaan demi pertanyaan yang ada. Ia baca satu persatu untuk memastikan pertanyaan itu mudah dimengerti dan bisa mendapatkan jawaban yang mereka harapkan.

"Udah oke kok. Kalo masalah surat izin kunjungan, Bu Siti kemarin kasih info kalau surat itu bakal dikasih besok kesetiap masing-masing kelompok."

"Oke."

KRYUT

KRYUT

KRYUT

Mata bulat Gamal terbuka lebar saat mendengar suara yang asing itu, ia mencoba mencari sumber suara namun kedua matanya refleks tertuju pada gadis disebelahnya.

Dara menggigit bibir bawahnya, sia memalingkan wajahnya dan mengumpati dirinya sendiri. Ya! Suara aneh itu berasal dari perutnya. Sial! Dia harus menanggung malu sekarang.

Siapapun! Tolong bawa Dara dari muka bumi sekarang juga!

"Lo... Laper?"tanya Gamal pelan-pelan.

Dara menyengir kuda, mau tak mau ia mengakuinya saja. Lagian semua ini gara-gara kakanya, coba saja tak ada acara kampus itu pasti mamanya tak ikut pergi dan ia bisa makan masakan mamanya.

Gamal menghela napas pelan, ia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu cowok itu bangkit dari tempatnya. Gamal berjalan menuju arah dapur.

Dara memperhatikan gerak-gerik Gamal di dapur, ia melihat Gamal mulai mengambil penggorengan di rak atas. Dara terdiam, apa yang ia lihat tidak salah kan? Gamal memasak?

-oOo-

Pencet bintangnya, kalo udah silahkan kalian rebahan lagi. Rebahanlah dengan tenang...

Syalalala

Tomorrow (COMPLETED)Kde žijí příběhy. Začni objevovat