2- Bencana

349 46 0
                                    

Mobil Toyota Fortuner berwarna abu-abu terparkir didepan gerbang SMA Mentari. Gamal yang berjalan santai sudah tahu siapa pemilik mobil tersebut. Siapalagi kalau si cowok cerewet yang meneleponnya saat jam istirahat tadi.

Langkah kaki Gamal terhenti, ia teringat bahwa cincin yang seharusnya ia berikan pada temannya itu belum berhasil ia temukan. Gamal jadi bingung apakah ia harus berkata jujur saja atau...

"GAMAL!"

Gamal tersentak pelan, ia melihat ke arah mobil itu, temannya sudah berdiri didepan mobil seraya melambaikan tangan ke arahnya, senyum cowok itu ia tebar secara sengaja.

Gamal menghela napas panjang, ia bukan tipe orang yang penakut akan mengakui apa yang telah ia lakukan. Cowok itu berjalan mendekat.

"Aman, kan?"tanya Nathan, sahabat Gamal sejak dari SD.

Gamal tak menjawab, cowok itu langsung masuk ke dalam mobil, ia membuka pintu tengah lalu duduk.

Nathan masuk ke kursi pengemudi.

Di dalam, Nathan berdeham panjang hingga membuat Gamal yang tengah mengecek ponselnya jadi melirik bingung cowok itu.

"Ayo jalan, kenapa diem?"tanya Gamal.

Nathan menghela napas berat. "Lo pikir gue supir Lo apa?"

Kening Gamal berkerut, ia tak mengerti apa yang dimaksud Nathan.

Nathan membalikan tubuhnya, menatap langsung ke arah Gamal.

"Tau etika gak? Kalau Lo naik mobil orang, jangan duduk di belakang, duduk samping orang yang bawa mobilnya. Dikira gue supir Lo apa?"gerutu Nathan kesal.

"Kalo iya kenapa?"

"Sial! Gila Lo!"kesal Nathan menyumpahi.

Gamal menghela napas berat, cowok itu bangkit dari duduknya lalu keluar dari mobil. Ia berjalan melewati depan mobil lalu berpindah ke kursi penumpang tepat di samping Nathan.

Nathan adalah sahabat Gamal, mereka terpaut 2 tahun. Saat Gamal duduk di kelas 4 SD, Nathan duduk di kelas 6. Mereka sering bermain bersama karena saat itu mereka tetanggaan, sebelum akhirnya terpisah karena Nathan dan keluarganya pindah ke Bekasi seraya meneruskan pendidikannya sampai kuliah.

"Puas?"

"Gitu kek."

"Ribet banget."

Mesin dinyalakan, tak lama setelahnya mobil itu mulai berjalan meninggalkan area sekolah.

Nathan melirik sekilas ke arah Gamal yang sibuk dengan ponselnya.

"Lo gak lupa kan hadiahnya?"

"Hmm."

Nathan tersenyum senang. "Mana coba gue liat cincinnya,"pintanya.

"Gak ada, jatuh di sekolah,"kata Gamal santai bahkan tanpa beban saat mengatakannya.

"APA?!"sentak Nathan.

Gamal mematikan ponselnya, ia menatap ke arah Nathan.

"Gak sengaja jatuh, gue udah coba cari tapi gak ketemu,"perjelas Gamal.

"Kok bisa sih?"bingung Nathan. "Lo serius kan? Gak usah bercanda Mal..."

Gamal menghela napas pelan. "Ngapain gue bercanda sama Lo, lagi gak selera buat bercanda."

"Mal, Lo tau kan cincin itu penting buat gue?"

"Iya."

"Terus bisa-bisanya Lo ilangin?"

"Udah takdirnya ilang kali."

Nathan memukul stir mobil cukup keras, menyalurkan emosinya.

"Gila Lo Mal, terus hadiahnya gimana? Semua persiapan udah selesai loh Mal."

Tomorrow (COMPLETED)Where stories live. Discover now