24- Wait, Cemburu?

133 33 2
                                    

"Lo kok bisa disini sih?"tanya Gina penasaran pada cowok yang menyantap mie ayam dengan santai.

Kini cowok itu terlihat menonjol diantara murid-murid lain di kantin, ya mungkin ini adalah kali pertama mereka melihat orang baru, apalagi yang katanya pindahan langsung dari sekolah luar negeri.

"Bukannya Lo masih sekolah di Inggris?"tanya Dara. "Lo kok gak cerita sih sama kita?"

Dika menghentikan aktivitasnya. "Kalian ini. Gue pindah sekolah sampai kelas 3 Karna itu permintaan gue, jadi gue tinggal sama nenek gue di sini."

Gina menoleh, menatap Dara. "Tuh kan Ra, dia mah gak pernah ngomong-ngomong dulu sama kita."

Dara menepuk pelan bahu Gina, menenangkan.

"Gue lakuin ini biar surprise kali. Gue kangen kita bertiga lagi kaya gini. Anggap aja ini kaya pertemuan lagi, kita reuni,"kata Dika.

Bisik-bisik dari gadis-gadis yang duduk di sekitar mereka sudah terdengar jelas bahkan saat ketiganya masuk kantin, Dara dan Gina tahu bahwa itu semua karena kedatangan Dika, harus mereka akui kalau Dika yang sekarang lebih menawan dari Dika yang mereka kenal 2 tahun lalu.

"Jadi selebihnya Lo datang ke Indonesia cuma Karna..."

Dika memotong ucapan Gina. "Ya bener, Karna gue pengen bareng sama kalian lagi. Kadang gue suka merasa kesepian kalo gak ada kalian, biasanya ngomong lugas pake bahasa Indonesia, disana orang gak ngerti apa yang gue omongin."

Dara dan Gina cukup terenyuh dengan cerita Dika, ya mau bagaimanapun pasti itu sulit bagi Dika untuk bisa berbaur dengan orang asing di sana.

"BTW, kalian harus ajak gue keliling sekolah ini, gue gak pernah masuk sekolah ini soalnya,"kata Dika.

"Nanti habis jam pelajaran kita ajak Lo keliling-keliling sekolah ini, school tour,"kata Gina.

Dika menyeringai hingga membuat kelopak matanya menyipit, cowok itu benar-benar manis dikala tersenyum.

"Oh ya! Kalian masih inget jargon kita gak?"tanya Dika.

Dara dan Gina bertatapan sebentar, mereka saling bertanya.

"Jargon?"tanya kedua gadis itu berbarengan.

Dika mengangguk lalu berikutnya ia menjulurkan tangannya. "Semangat beban keluarga, negara dan sekitarnya!"

-oOo-

Duk!

Nathan menaruh secangkir americano diatas meja, tatapan Nathan tertuju penuh pada Gamal. Sedari tadi hanya kegalauan yang nampak di wajah Gamal.

"Kenapa sih Lo?"tanya Nathan santai seraya menyeruput tipis kopi hangatnya.

"Band gue, gagal tampil di festival seni nasional tahun ini."

"Kok bisa?"tanya Nathan terkejut.

Gamal mendesah berat. "Vokalis kita mengundurkan diri karna dia dilarang orang tuanya."

Nathan memasang wajah sendu, berusaha iba. "Ya gampang, carilah penggantinya."

Gamal menatap datar Nathan, namun tatapan yang datar dan dingin itulah yang membuat Nathan langsung menutup mulut.

"Lo pikir gue gak sampe kepikiran ke situ?"

"Terus gimana? Udah dapet?"

"Belum. Gak pada mau."

Nathan tertawa keras, terbahak-bahak. "Kok gak ada yang mau sih? Pasti adalah cewek yang mau gabung jadi vokalis. Setara kan Lo ganteng, temen-temen Lo juga gak terlalu mengecewakan, kenapa pada gak mau gabung?"

Kepala Gamal dibuat ngebul karena cowok yang didepannya. Semua pikirannya campur aduk, semua masalah berkumpul menjadi satu.

"Jangan-jangan pelet Lo udah ilang ya Mal?"

Gamal melirik tajam, membuat Nathan langsung menarik kata-katanya.

"Yang mau gabung banyak, tapi suara mereka gak cocok sama musik kita."

Gamal mendesah berat, pikirannya kalut, ia mencoba meminum kopinya.

"Ya... Andai aja si pemilik akun yang suka cover lagu itu dari sekolah Lo,"gumam Nathan.

Mendengar itu membuat Gamal terkejut. "Kok Lo..."

Nathan mengangkat satu alisnya, berusaha menangkap maksud ucapan Gamal.

"Gue udah menduga satu orang yang menurut gue dia pemilik akun itu."

Uhuk!

Uhuk!

Nathan sontak tersedak mendengar perkataan Gamal barusan. Apa ini? Apa yang ia maksud?

"Karakter suara, postur tubuhnya, mirip. Tapi itu cuma dugaan gue,"lanjut Gamal.

Nathan tertarik, ia mencondongkan tubuhnya, lebih dekat dengan Gamal.

"Mungkin aja dia pemilik akun itu, Lo kan bilang Lo pernah ketemu dia, jangan-jangan yang Lo maksud itu orang yang Lo duga itu?"

Gamal mengangguk, mengiyakan ucapan Nathan.

"Kalo emang iya, ini kesempatan bagus Mal. Gue yakin kalau dia gabung di band Lo, pasti band Lo bakal sukses dan terkenal bahkan diluar sekolah."

Tatapan Gamal tertuju lurus ke depan. Apa yang Nathan ucapkan ada benarnya juga. Lagi pula suara pemilik akun itu sangatlah renyah dan sangat cocok dengan warna musik bandnya. Namun Gamal masih bimbang jika apa yang ia pikirkan selama ini benar atau tidak. Gamal masih perlu banyak bukti untuk membuktikan kebenarannya.

"Ngomong-ngomong..."

Gamal membuka ranselnya, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah maroon berukuran 2×4 cm dari sana. Gamal menggesernya kehadapan Nathan.

"Apa ini?"

"Cincin Lo yang hilang."

Nathan terkejut mendengarnya, dengan semangat ia membukanya dengan cepat dan setelah melihatnya, benar saja itu adalah cincin yang sama yang ia pesan pada Gamal.

"Kok bisa? Udah ketemu?"

"Gue pesen lagi di online shop dari Prancis,"Gamal menghela napas berat. "Bahkan harganya dua kali lipat dari cincin aslinya."

Nathan menatap Gamal dengan mata yang berbinar. "Makasih, Lo sahabat gue yang paling terbaik..."

Plak!

Dengan sigap Gamal menepis tangan Nathan yang mencoba memeluknya. Apa ini? Ia pikir ini adegan romantis antar dua sahabat? Menjijikan!

"Sebagai gantinya, gue boleh pesen apapun gratis di sini selama sebulan."

Senyum di wajah Nathan langsung hilang seketika berubah jadi tatapan datar. "Gak balik modal dong gue."

Gamal berderam. "Kalau gitu sebagai gantinya Lo harus jawab pertanyaan gue."

"Apa?"

"Temen gue baru ketemu temen lamanya, tapi gue jadi bingung tiba-tiba gue merasa canggung kalau ngeliat mereka berdua."

"Pst!" Nathan berusaha menahan tawanya. "Lo... Lo...?"

Gamal mengangkat satu alisnya.

"Cemburu? Hahaha!"

"Hah?"

"Lo cemburu sama dia?"

"Enggak, gue cuma..."

Nathan bangkit, ia mengambil duduk tepat di sebelah Gamal. Nathan merangkul bahu Gamal dari samping.

"Bro. Itu namanya Lo cemburu."

"Bukan, gue gak cembur--"

Nathan gemas dengan tingkah Gamal yang masih saja mengelak, saking gemasnya cowok itu bahkan mencubit kedua pipi Gamal.

"Utu-utu, sahabat gue lagi cemburu."

-oOo-

Bintangnya nyalain, CEFAT!

Tomorrow (COMPLETED)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin