40- Sedekat itu?

98 25 0
                                    

Langit di cakrawala berubah menjadi gelap, meski jam baru menunjukkan pukul 5 sore, namun sinar matahari tak nampak lagi.

Semua itu karena awan gelap yang mengisi langit Udara berhembus cukup kencang, beberapa burung berterbangan mencari tempat untuk berlindung, seolah mereka sudah tahu kalau sebentar lagi hujan akan turun

Namun untungnya Dika mengantar Dara tepat waktu, dan mereka jadi tak perlu basah kuyup akibat kehujanan.

"Lo gak mau masuk dulu?"tanya Dara, ia mendongakkan kepalanya, melihat langit. "Udah mau hujan."

"Gak papa, kayanya gak bakal turun duluan. Tenang aja,"kata Dika duduk di atas motornya.

"Lo yakin?"tanya Dara.

Dika tertawa pelan. "Udahlah, jangan sok perhatian banget kaya gitu. Entar Lo beneran suka. Berabe jadinya."

Data berdecih pelan. "Kayanya gue tau deh kenapa pacar Lo lebih milih selingkuh dan putusin Lo."

Kening Dika berkerut samar, berusaha memahami maksud Dara.

"Pasti dia takut pacarnya ini jadi buaya cabang Inggris,"celetuk Dara.

Mendengar itu, Dika tertawa pelan. "Gue gak gitu kok. Tenang aja."

Ting!

Dara merogoh saku celananya saat mendengar ada pesan yang masuk. Gadis itu dengan cepat memeriksakannya.

Dara terdiam sejenak, seolah sedang berfikir, seperti ada yang ia lupakan. Tapi apa?

"Siapa?"tanya Dika

"Oh iya!"

Dika mengangkat sebelah alisnya, bingung. "Kenapa?"

"Gue lupa mau ngasih flashdisk ke Gamal, dia minta flashdisknya Karna dia mau review videonya, katanya ada yang mau dia tambahin."

Dika menghela napas pelan. "Yaudah besok aja, lagian udah mau hujan."

Dara menggelengkan kepalanya. "Gak bisa, besok pagi harus di kumpulin. Takut videonya gak selesai."

"Ya terus gimana?"

Dara menggigit bibir bawahnya, mencari ide. "Gini deh, anterin gue ke rumah Gamal. Sekalian Lo balik. Nanti gak usah anterin gue balik, gue bisa sendiri kok. Ya?"

Tatapan Dika dalam. "Yakin?"

Dara mengangguk, yakin dengan keputusannya. "Bantuin ya, kalau tugasnya gak dikumpulin besok, nanti bakal dapet pengurangan poin."

"Emang gak bisa Lo pagi2 ngerjain bareng sama dia?"

Dara mendesah berat. "Gak bisa!"

Dika hanya menghela napas panjang. "Yaudah, gini aja. Ambil flashdiknya, biar gue yang kasih ke Gamal."

"Hah? Maksud Lo?"

"Iya... Biar gue yang anterin ke dia, sekalian gue balik. Kalo Lo yang nganterin nanti baliknya hujan, nanti Lo kehujanan."

"Tapi Dik.... Lo seri--"

"Buruan, keburu hujan."

Meski ragu, perlahan Dara menganggukan kepalanya, setuju dengan ide dari Dika.

-oOo-

Sampai di blok C. Dika dibuat kesal karena hujan yang duluan turun, prediksinya ternyata meleset.

Namun untungnya, ia dapat menemukan dimana rumah Gamal dari alamat yang Dara berikan lewat pesan teks.

Dika langsung memarkirkan motornya di depan gerbang pintu masuk rumah Gamal, dengan tubuh yang hampir bahas kuyup, ia berusaha menekan bel.

Tomorrow (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang