60- I'm stuck

87 15 1
                                    

Ting!

Pintu lift terbuka, awalnya tak ada yang aneh dan bahkan Dara bisa bernafas lega akan hal itu, namun saat kedua mata Dara menatap lurus ke arah depan, semuanya hancur begitu saja. Melihat sosok cowok yang ada di hadapannya, membuat Dara mematung ditempatnya.

Kedua mata cowok itu bergerak, melihat sosok yang berdiri disamping Dara, kemudian gerak matanya beralih pada tangan Dara dan Dika.

"Ayo masuk."

Ajakan dari Dika seolah menyadarkan Dara dari lamunannya. Nyatanya saat dirinya melihat lagi ke arah depan, sosok yang ia lihat masihlah tetap sama, cowok itu masih berdiri ditempatnya bahkan dengan wajah yang tenang.

Akhirnya mereka bertiga berada di ruang lift. Pintu pun tertutup saat Dika menekan tombol lantai paling bawah di mall itu.

Lift pun bergerak, disaat itulah Dara yang berdiri diantara Dika dan Gamal menoleh ke arah Gamal. Detak jantung Dara mulai berdetak tak seperti biasanya, mulai tak nyaman.

Melihat ekspresi yang Gamal tunjukan, jujur membuat Dara takut. Marah, kesal, atau apa yang cowok itu itu rasakan? Dara jelas tak bisa menebaknya dibalik wajah dingin nan datar tanpa ekspresi itu.

Untuk menghilangkan rasa gugupnya, Dara menyedot minumannya sampai habis. minuman dengan gelas medium itu bisa Dara kosongkan dengan waktu kurang dari 1 menit. Dara benar-benar haus sekarang.

Bola mata Dara melihat ke arah lantai yang lift itu lewati, lift bergerak dari lantai 4 hingga lantai bawah, namun rasanya begitu sangat-sangat lama.

Dara tak kuat lagi berada di situasi canggung seperti ini! Ia seperti maling yang tengah tertangkap basah!

BRUK!

Bukan hanya Dara yang tersentak mendengar suara itu, melainkan Dika dan Gamal juga kaget mendengarnya.

"Ke-kenapa?"tanya Dara sedikit panik apalagi saat angka lift tak bergerak menunjukkan lantai yang dilewatinya.

Gamal refleks berjalan mendekati tombol-tombol lift, cowok itu lalu menekan tombol darurat.

"Permisi, Lift A lantai 2 macet,"kata Gamal seraya menekan tombol darurat.

Dara semakin dibuat dag-dig-dug saat mengetahui lift macet, dan itu tandanya ia harus terjebak bersama Gamal dan Dika? Ah sial!

Gamal berdiri lagi di samping Dara, tepat pada posisi sebelumnya.

"Kalian mau nyebrang?"tanya Gamal, membuka keheningan.

Dara langsung menyadari apa yang Gamal maksud, ya! Tangan Dika masih melingkar dipergelangan tangan Dara.

Buru-buru Dara melepas tangan Dika dari pergelangan tangannya.

Keadaan begitu canggung, setelah Gamal mengatakan itu, semuanya kembali hening lagi, tak ada yang membuka suara duluan.

"Ngapain Lo datang ke sini?"

Pertanyaan dari Dika itu membuat Dara terkejut, sial! Situasi macam apa ini?

"Ini tempat umum, siapa aja boleh datang ke sini."

Dika mengangguk-anggukan kepalanya, alasan yang masuk akal. "Sendiri? Aneh banget cowok belanja ke mall langsung."

"Gak ada salahnya cowok belanja sendiri kan?"tanya Gamal, menoleh ke arah Dika.

Dara merasa dirinya sangat dipojokan saat ini, apalagi saat Gamal mengatakan hal itu, ia seolah tersindir akan ucapan Gamal barusan.

"Lagian Lo berdua ngapa--"

"Kita jalan-jalan, iya gak Ra?"potong Dika kemudian membuat Dara tersentak pelan.

"UM? I-iya,"Dara jadi bingung juga harus merespon bagaimana, apalagi saat melihat wajah Gamal yang tak bisa ditebak.

Setelah itu keadaan kembali hening.

5 menit kemudian, Dara mulai merasakan sesuatu. Sial! Ini bencana!

Dara melipat kedua kakinya pada posisi berdiri. Dara mulai merasakan bahwa dirinya ingin buang air kecil. Ah! Dara baru ingat, ini semua Karna ia meminum minuman dingin itu hingga habis.

Untuk waktu 2-3 menit Dara bisa menahannya, namun semakin lama ia terjebak di sini, semakin tak bisa ia tahan lagi rasa ini.

Dara menatap pintu keluar lift, berharap segera ada keajaiban pintu itu terbuka dan Dara bisa pergi ke toilet.

"Kenapa sih Ra?"

Sepertinya Dika mulai menyadari gerak-gerik dari Dara yang aneh.

"Oh enggak kok, gue gak papa,"jawab Dara dengan suara seperti orang yang tengah menahan sesuatu. Namun Dara berusaha sekuat mungkin untuk bertindak biasa saja agar kedua cowok itu tak curiga.

Dika mengangguk atas jawaban Dara barusan, ketiganya lalu menatap ke arah depan lagi, masih menunggu petugas untuk menyelamatkan mereka.

Tunggu punya tunggu, 10 menit kemudian, tak ada tanda-tanda dari petugas yang membukakan pintu lift. Ini semakin membuat Dara tersiksa, apalagi ia sudah hampir diujung.

"Lo kenapa sih Ra?"tanya Dika mulai menyadari lagi yang aneh dari Dara.

"Gak papa kok... Gue cuma... Pengen ke toilet!"kata Dara menguatkan kakinya, menyilang.

Menyadari bahwa Dara yang tengah menahan diri untuk tidak ngompol di lift, Gamal meraih gelas minuman yang Dara pegang kemudian cowok itu membuang batu es yang hampir mencair sepenuhnya itu.

Gamal lalu memberikannya pada Dara. Melihat tindakan dari Gamal, membuat Dara mematung dengan wajah tak percaya. Ide gila apa itu?

"Lo gila kali ya? Lo nyuruh Dara buang air disini? Pake kaya gituan?"

Perkataan Dika itu membuat Gamal mematung dengan wajah polosnya.

"Tapi gak ada cara lain,"kata Gamal.

"Tapi gak disini juga!"kata Dika.

"Ini semua salah Lo."

Dika mengerutkan keningnya. "Kok salah gue? Kok tiba-tiba Lo nyalahin gue?"sewot Dika.

"Ngapain Lo bawa Dara ke sini?"

"Kan udah gue bilang, kita jalan-jalan. Lagian Daranya juga mau gue ajak."

Sudah berusaha menahan agar tidak buang air di sini, ditambah lagi mendengar keributan antara Gamal dan Dika. Ini semakin menyiksa Dara!

"WOI BISA DIEM GAK SIH?!"

Teriakan Dara barusan berhasil membungkam mulut kedua cowok itu.

Dara menatap ke arah Gamal. "Gamal ini bukan salah Dika Karna dia ngajak gue ke sini."

Kemudian Dara menatap ke arah Dika. "Dan Lo... Kenapa Lo beliin minuman ukuran large? Dingin pula!"

Dara kemudian menatap Gamal dan Dika bergantian. "Kalian juga, kenapa malah berantem? Gue lagi nyoba... Nahan..."

Sial! Dara benar-benar sudah di ujung, ia sudah merasakan hampir keluar.

Sreekk!

Bruk!

Ketiga remaja itu tersentak pelan saat mendengar suara yang berasal dari arah pintu lift.

Dara menatap dengan tatapan penuh syukur, kedua matanya berbinar saat melihat cahaya mulai muncul dari pintu yang dibuka paksa.

Perlahan pintu dibuka, memperlihatkan seorang petugas berseragam.

"Kalian gak papa?"tanya sang petugas.

Tak perlu banyak bicara lagi, Dara yang sudah tak tahan langsung memanjat lantai bahkan tanpa bantuan dari sang petugas. Baginya, ini sudah tak bisa ditahan lagi!

Dengan cepat Dara lari menuju kamar mandi terdekat, meninggalkan kedua cowok itu di dalam lift.

-oOo-

Makasih loh, agak kesal Karna ilang sendiri:)

Tomorrow (COMPLETED)Where stories live. Discover now