15- Suka?

188 36 0
                                    

Setelah jam sekolah selesai, Dara memutuskan untuk janjian di cafè milik ibunya untuk mengerjakan tugas kelompok bersama Gamal.

Kali ini mereka tidak bisa mengerjakan tugas di cafè Nathan karena Nathan yang masih di rawat akibat kecelakaan kemarin itu, alhasil mereka harus mencari tempat baru.

Dara berdiri di depan kasir, selagi menunggu Gamal datang dia bisa melayani beberapa pengunjung.

Dara menatap pantulan dirinya di cermin kecil berukuran 4×5 cm, ia sedikit merapihkan helaian rambutnya.

Tring

Tring

Tring

Dara menoleh ke arah pintu masuk cafè, ia menemukan sesosok cowok dengan masker hitam yang ia kenakan. Kelihatannya itu Gamal.

"Gue lama ya?"tanya Gamal.

"Ah, enggak kok."

Kedua remaja itu memilih salah satu meja kosong yang tepat berada di depan kasir. Dara membawakan beberapa potong cake untuk kudapan selama mereka mengerjakan tugas kelompok mereka.

Tak lupa, Dara membawa laptopnya yang memang ia gunakan untuk menyelesaikan tugas kelompok ini.

"Ini cafè punya nyokap gue."

Gamal menganggukkan kepalanya pelan, ia melihat ke sekelilingnya. Cafè minimalis dengan ornamen berwarna putih ini terlihat Instagramable, tak heran beberapa pengunjung yang datang didominasi kalangan anak remaja SMA dan mahasiswa.

"Biasanya sih jam segini lumayan sepi, jadi kita bisa fokus ngerjain tugasnya,"lanjut Dara.

"Gue cukup sering lihat dan sering lewat sini, tapi gue gak tau kalau ini cafè,"kata Gamal.

Dara tertawa canggung. "Mungkin kurang terkenal kali,"gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Oh ya,"Gamal baru ingat, ia melepaskan ransel punggungnya dan mengeluarkan tas kamera dari situ, ia meletakannya di atas meja. "Kamera buat nanti kita observasi."

Dara mengangguk lalu ia membuka tas itu, melihat kameranya.

"Resolusinya lumayan tinggi kok, pasti kualitas buat videonya bagus,"kata Gamal.

"Oke. Berarti buat dokumentasi aman, tinggal kita buat resume sama laporan observasi ke gurunya."

Dara menggeser laptopnya, memberikannya kepada Gamal. "Lo bisa liat dulu outline yang gue buat, ini juga ada beberapa pertanyaan yang nanti kita tanyain."

Gamal menerima, ia memperhatikan dengan seksama.

"Menurut gue udah oke, tapi cuma kayanya kita harus ganti pertanyaan nomor 3,"komentar Gamal.

"Kenapa?"

Gamal menoleh, menatap Dara. "Jawabannya berkaitan sama pertanyaan pertama, pasti jawabannya bakal muter-muter dan pengulangan, pasti bakal memakan durasi."

Dara mengangguk-ngangguk mengerti. "Oke nanti gue ganti."

"Semalam juga gue udah research tentang tempatnya,"Gamal membuka kantunh paling kecil tasnya, ia mengeluarkan flashdisk lalu memasangkannya pada laptop Dara. "Semuanya udah gue jadiin satu file, gue copy ke laptop Lo."

"Oke."

Sementara Gamal mengerjakan tugasnya di laptop milik Dara. Dara hanya menatap canggung Gamal, ia hanya memperhatikan Gamal yang tengah fokus mengetik.

Dara terperanah dengan itu, arah matanya tertuju pada setiap bagian wajah Gamal. Dari mulai hidungnya yang mancung, matanya yang cokelat, bibirnya yang merah alami, ditambah lagi potongan rambut bowl cut.

"Ra..."

"Ra..."

Dara tersentak pelan, lamunannya langsung buyar, ia menyadari Gamal memanggilnya bahkan berkali-kali.

"Kenapa?"

"Password wifinya apa?"

"Oh itu, Victoria 123."

"Oke."

"Eh jangan lupa di makan makananya."

Gamal melirik sekilas pada kudapan yang ada di hadapannya, namun ia kembali fokus mengerjakan tugasnya.

"Oh iya, gue nyediain makanan tapi gak ada minumannya. Gue ambil minuman dulu ya, gak papa kan gue tinggal?"

"Oke,"balas Gamal singkat.

Dara bangkit, gadis itu berjalan pergi ke arah dapur untuk membuat 2 minuman dingin untuk menyegarkan mereka.

"Hampir aja gue lupa."

Dara merogo saku celananya, ia menyalakan ponselnya, gadis itu memasang lagu untuk membuat suasana cafè agar lebih ramai.

Di sisi lain, Gamal yang fokus mengerjakan tugas malah langsung diam setelah mendengar lagu itu diputar di cafè. Gamal mengenal lagu ini, dan ini sangat tidak asing.

"Kenapa?"

Pertanyaan dari Dara membuat Gamal langsung tersadar, cowok itu mulai melanjutkan pekerjaannya dan mencoba acuh saja.

"Yang putar lagunya Lo?"tanya Gamal.

Dara mengangguk. "Iya."

"Ini playlist Lo?"

Dara mengangguk lagi, seperti jawaban anak kecil. "Karna cukup sepi biar suasananya lebih cair, biasanya gue puter lagu."

Gamal mengangguk mengerti, namun ia berfikir keras. Lagu yang sedari tadi diputar adalah lagu-lagu yang tidak asing karena semua lagu yang diputar pernah dinyanyikan oleh @tomorrow. Kecurigaannya pada gadis itu jadi semakin bertambah.

"Oh ya! Kira-kira kita mau observasinya Kapan? Maksudnya tanggal pastinya,"tanya Dara.

Gamal berdeham cukup panjang. "Gimana akhir bulan ini?"tanyanya.

Dara mempertimbangkan, "kayanya gue juga gak ada acara akhir bulan ini. Oke gue bisa nabung buat biaya transportasi ke sana."

"Gak perlu. Gue akan bawa mobil."

Dara sedikit terkejut dan diam mendengarnya. Sial! Dia membayangkan nanti dia berdua bersama cowok ini di dalam satu mobil.

Gamal menoleh, menatap Dara. "Berangkat bareng aja."

-oOo-

Setelah pulang dari cafe Dara langsung pulang ke rumah, ia cukup lelah Karna setelah pulang sekolah ia hanya beristirahat sebentar hanya untuk ganti pakaian, setelahnya ia membantu sang mama di cafe.

"Cie..."

Dara berniat untuk langsung menuju arah kamar, namun suara sang kaka yang duduk di ruang tengah membuatnya diam di tempat, apalagi gadis itu menyambut dengan nada menggodainya.

Dara menoleh malas, ia lemas dan butuh istirahat.

"Tadi siapa tuh?"

"Siapa apanya?"tanya Dara malas, sebenarnya enggan menanggapi.

"Yang di cafè, gue liat loh."

"Temen,"Dara langsung pergi, terlalu membuang waktu dan tenaga jika harus menanggapi sang kaka yang tak jelas ini.

"Bukannya itu... Gamal kan cowok yang Lo pernah ceritain waktu SMP?"

Dara menghentikan langkahnya lagi, ia langsung membalikan badannya.

"Lo suka kan sama dia?"

"E-ENGGAK, SIAPA YANG SUKA?"

Vannya mangap sendiri, keduanya jadi tiba-tiba diam dan suasana tiba-tiba hening.

"Kalo enggak kok ngeggas sih?"

Dara buru-buru membalikan badannya, ia segera lari ke arah kamarnya dan tak menanggapi apa yang Vannya katakan.

"WOI! BENER KAN LO MASIH SUKA SAMA DIA?"

-oOo-

Ini part 15. Udah gitu aja, makasih.

Vote dulu jangan lupa, makasih

Tomorrow (COMPLETED)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora