8- What's wrong?

198 50 0
                                    

"WOI BERHENTI DI SITU!"

Dara tersentak mendengar seruan super keras itu, ia langsung menoleh ke belakang. Belum sempat ia melihat apa yang terjadi, tiba-tiba tangannya ditarik keras. Dirinya dibawa menuju tembok besar.

Jantung Dara berdegup kencang, ia syok. Dara menenggak kepalanya, melihat seorang sosok cowok yang memeluk tubuhnya.

"Diam, gue mohon diam buat beberapa saat,"bisiknya dengan suara pelan.

Dara mencoba mengatur nafasnya yang tak beraturan. Cowok itu berusaha meminta Dara untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

Cowok itu menoleh, ia menemukan dua orang pemuda berusia sekitar 20 tahunan bertubuh tegap besar tengah mencari keberadaannya.

Tubuh Dara bergemetar hebat, keringat dingin mulai bercucuran. Meski dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun ia yakin ini adalah masalah genting.

"Argh! Sial! Dia lolos!"

"Cabut!"

Kedua pemuda itu pergi ke arah sebaliknya membuat cowok yang memeluk Dara merasa legah.

Cowok itu menoleh, melihat Dara yang berada di pelukannya. Refleks cowok itu melepaskan pelukannya.

"L-lo gak papa?"tanya cowok itu sedikit terbata.

Tubuh Dara jatuh terduduk diatas aspal, ia tak kuat menahan tubuhnya sendiri. Ia begitu syok dan ketakutan.

Cowok itu berjongkok, berusaha menanyai keadaan Dara lagi.

"Hei, Lo gak papa?"

Suara lembut yang keluar dari cowok itu membuat Dara mengangkat pandangannya, wajah cowok itu pelan-pelan terlihat oleh kedua matanya.

Dara terdiam sejenak memperhatikan wajah cowok itu. "Lo?"

Cowok itu diam, ia hanya menatap Dara keheranan.

"Tadi siapa? Lo kenapa dikejar-kejar dia?"

Cowok itu menghela napas berat. "Gue..."

Dara terkejut, kedua matanya membola. "Punggung Lo berdarah!"kata Dara, nada suaranya meninggi.

Cowok itu hanya melihat bagian punggungnya, namun tak panik sedikitpun, bahkan cowok itu hanya melihatnya sekilas dengan datar.

Dara cepat bangkit dari posisinya, gadis itu langsung merapihkan pakainnya.

"Lo kuat gak? Rumah Lo dimana? Lo tinggal disekitar sini kan? Gamal jawab gue?!"

Lagi-lagi cowok itu hanya diam, ia hanya menatap Dara dengan tatapan Datar.

-oOo-

Tumpukan tisue berwarna merah memenuhi meja ruang tengah. Bukan karna tisue itu memang berwarna merah, namun warna merah itu berasal dari bercak darah cowok itu.

Dara meneguk ludahnya susah payah, ia menutup kedua matanya saking tak kuatnya melihat bercak darah di punggung cowok itu.

Setelah ia memasang memasang plester luka, Dara merapihkan kotak P3Knya.

"Untung aja lukanya gak dalam, punggung Lo cuma ke sayat dikit. Tapi tetep aja! Lo harus ke rumah sakit, gue takut lukanya infeksi,"kata Dara, ia berupaya untuk menoleh ke arah cowok itu.

Gamal meringis pelan, lalu setelahnya ia menghela napas pelan.

"Ra."

Dara diam mematung saat suara serak Gamal memanggil namanya, perlahan ia menoleh.

Gamal tak melanjutkan ucapannya, cowok itu diam beberapa saat.

Pandangan Dara tak sengaja melihat tubuh cowok itu yang telanjang Dada hingga menampilkan bentuk tubuhnya yang atletis.

Dara cepat-cepat membalikkan badannya. "Apa? Lo mau ngomong apa cepet! Gue mau beresin tisue-tisue ini, gue takut Kaka sama mama gue tiba-tiba datang,"suruh Dara.

Gamal menghela napas panjang. "Makasih."

Dara menghela napas lega, ia pikir cowok itu mau menyampaikan sesuatu hal yang penting. Cepat-cepat Dara bangkit dari tempatnya dan membalikan kotak P3K lalu setelahnya gadis itu pergi menuju arah kamarnya.

Hampir 5 menit gadis itu pergi ke kamarnya meninggalkan Gamal sendirian di ruang tamu, Dara kembali, gadis itu menghalangi pandangannya dan menatap ke arah lain. Tangan kanannya menyodorkan sebuah t-shirt berwarna ungu pastel ke arah Gamal.

"Cepet pake, gue gak mau liat Lo kaya gitu."

Padahal... Dalam hati cewek itu... Ya kalian tau lah ya...

Tak mendapat respon, Dara berdecak kesal lalu melempar asal kaos di tangannya hingga tak sengaja mendarat di wajah Gamal.

"Cepet pake,"suruh Dara.

Gamal memperhatikan sebentar kaos oversize yang Dara berikan, ia tak yakin dengan warna yang lembut ini. Sepertinya... Ia tak menyukai warna ungu pastel ini.

Dara menghela napas berat. "Gak ada lagi, semua yang tinggal di rumah ini isinya cewek semua, jadi gak ada yang normal bajunya. Masih mending gak gue kasih daster. Buruan pake!"desak Dara.

Dengan Ragu Gamal perlahan memakai kaos itu, ia harus menerimanya mau tak mau, daripada ia tak memakai baju sama sekali kan? Nanti dikira dia Sombong karena memamerkan roti sobek di depan gadis.

"Baju Lo buang aja ya, lagian berlumuran Darah semua,"kata Dara bergidik ngeri. "Baju Lo hampir berubah warna tau gak? Liat sana!"

Gamal menoleh, ia melihat kaos putihnya diatas meja yang hampir berubah berwarna merah akibat bercak darah yang memenuhi kaos itu.

Dara memasang sarung tangan plastik dan lalu memungut satu persatu tissue lalu memasukkannya ke dalam tong sampah yang dia bawa.

Gamal memperhatikan Dara yang tengah memungut satu persatu tissue yang menumpuk, namun pandangannya tertuju pada tangan gadis itu. Ia memperhatikannya lamat-lamat.

Grap!

Dara tersentak pelan saat tangan Gamal melingkar dipergelangan tangannya, perlahan tatapan Dara tertuju pada Gamal hingga kedua tatapannya saling bertemu.

Perlahan tangan Gamal membuka sarung tangan plastik yang Dara pakai, cowok itu memperhatikan jari jemari Dara.

Dara meneguk ludahnya susah payah, apa yang cowok itu lakukan?

"Tangan Lo..."

Jantung Dara berdegup kencang, degupanya tak beraturan bagai lagu yang diputar di tempat diskotik.

"Kapalan?"

Dara menarik tangannya paksa, ia langsung memasukan semua tissue sekaligus ke dalam tong sampah dan lalu bangkit dari posisinya.

"Ka-kalau Lo udah mendingan, Lo buruan pulang sebelum ibu sama Kaka gue balik,"kata Dara terbata-bata lalu setelahnya gadis itu berjalan cepat menuju arah dapur.

Gamal menyentuh ujung jemarinya, ia memastikan bahwa bahwa yang ia rasakan di tangan Dara memang benar.

"Gadis itu..."

-oOo-

Jalan-jalan ke Surabaya
Perginya sama Mayang
Kalau kalian suka ceritanya
Jangan lupa vote-nya dong sayang

Ehe><

INI SIAPA SIH YANG NGAJARIN AUTHORNYA BUCIN? SIAPA AJA TOLONG GETOK PALA AUTHORNYA!

Tomorrow (COMPLETED)Where stories live. Discover now