50- Berhenti

82 15 0
                                    

"Kalau Lo udah ngerti, gue kirim filenya, nanti Lo pelajari. Kalau ada yang mau ditanyain lo chat aja gak perlu harus ke..."

"Ra?"

Dara langsung menghentikan ucapannya saat Gamal memotong pembicaraannya. Kedua alis Dara terangkat.

"Kenapa?"tanya Dara.

"Menurut Lo, gimana diri gue Dimata Lo?"

Dara terkejut dengan pertanyaan itu. Pertanyaan dengan makna yang bisa berbeda-beda, Dara berusaha menangkap makna yang Gamal maksud.

Gamal membuang pandangannya, seolah ia menyesali atas pertanyaan yang baru saja keluar dari mulutnya.

"Maksud gue..."Gamal berusaha menjelaskan.

"Lo... Lo baik kok."

Gamal langsung mengarahkan pandangannya pada Dara, ia terkejut dengan balasan Dari Dara, ia pikir gadis itu diam dan tak menjawab pertanyaan yang sebenarnya spontan keluar dari mulutnya setelah ia memandangi wajah gadis itu.

"Dan... Perhatian juga. Mungkin orang lain liat Lo orang yang pendiam dan gak banyak bicara, tapi... Lo bener-bener baik Gamal."

Gamal termenung dengan ucapan Dara barusan.

Dara mengembalikan fokusnya pada layar laptop. "Bisa dibilang sih yang bisa dapetin hati Lo adalah orang yang paling beruntung. Pasti dia bakal seneng sama Lo."

Gamal membulatkan matanya, apa yang barusan Dara ucapkan? Ah sial! Kenapa pembahasannya bisa sejauh ini? Padahal ia cuma menanyakan pertanyaan singkat.

Dara diam sejenak, seperti ada yang baru saja ia ingat.

"Oh iya," gadis itu menoleh menatap Gamal kembali. "Hoodie Lo, Dika udah cuci dan dia kasih ke gue. Katanya tolong balikin ke Lo. Mau diambil sekarang?"

Gamal mengangguk pelan. Sementara itu Dara mencoba bangkit, namun saat ia hampir diposisi berdiri, Gamal mencegal dengan memegang pergelangan tangannya.

"Nanti aja pas gue balik."

Dara menatap kedua mata Gamal, wajah cowok itu benar-benar membuatnya damai. Akhirnya Dara duduk kembali dan tangan Gamal pun lepas dari pergelangan tangannya.

Dara menarik napas panjang, berusaha untuk menenangkan detak jantungnya yang sedari tadi berkerja lebih ekstra.

"Sebenarnya gue ke sini bukan Karna presentasi ini."

Dara langsung menatap Gamal, dugaannya ternyata benar, ada tujuan lain yang membuat cowok itu datang menemuinya.

"Gue mau nunjukin lagu gue yang udah selesai,"kata Gamal.

Tunggu, sial! Dara pikir apa.

"Udah di revis--"

"Bahkan gue ubah seperti saran Lo. Mau denger?"

Dara mengangguk pelan, mengiyakan saja ucapan Gamal.

Gamal menoleh ke kanan dan kiri, menyapu pandangannya ke sudut ruangan bernuansa putih ini.

"Lo punya gitar?"

"Oh! Gue punya. Mau gue ambilin? Kalau gak salah ada gitar punya Kaka gue."

Dara cepat bangkit lalu ia berjalan menuju kamarnya lagi. Sial! Untung saja ia menjawab kalau dia mempunyai gitar milik kakaknya.

Tak lama gadis itu kembali dari kamarnya dengan membawa sebuah gitar klasik.

Sorot mata Gamal tertuju pada tulisan diujung body gitar klasik itu. GRAVIE, merek yang gitar yang ia lihat terpajang di kamar gadis itu saat ia mengantarkan Dara waktu itu.

Tomorrow (COMPLETED)Onde histórias criam vida. Descubra agora