39- Bagaimana rasanya?

107 18 0
                                    

Hari demi hari berlalu dan selama itu juga Dara mencoba untuk mengacuhkan semua yang terjadi di media sosial, semua komentar yang mengarah padanya coba ia acuhkan sekuat tenaga. Namun semakin di diamkan, komentar-komentar itu semakin bertambah banyak dan makin banyak lagi orang-orang yang lebih membandingkan dirinya dengan Cotton candy.

Meski begitu tak sedikit yang masih berada di pihak Dara dengan cara yang masih sama "membandingkan dirinya dengan yang lain"

Dara berjalan menunduk, memperhatikan ponselnya. Helaan napas berkali-kali terdengar.

"Nyatanya meski gue udah nyoba saran dari Gamal buat acuhin apa yang terjadi, tetep aja gue gak bisa acuhin itu."

"Baru pulang?"

"Iya,"jawab Dara saat melewati pintu masuk rumahnya. Namun beberapa saat kemudian gadis itu menyadari sesuatu, suara yang bertanya itu bukanlah suara ibunya atau kakaknya.

Dara menoleh, menatap siapa yang duduk di kursi teras.

"Dika?"

Seperti biasanya, senyum Dika yang khas selalu cowok itu tunjukkan. "Sore banget perasaan pulangnya?"

"Oh itu, tadi gue mampir dulu ke cafè, bantu mama."

Dika mengangguk paham. "Oh..."

"Lo ada apa ke sini?"tanya Dara.

"Bukannya gue udah chat ya di grup kalau kita bakal bikin acara BBQ di rumah Gina?"tanya Dika.

Dar menoleh sejenak ponselnya, pasti dia tak membaca pesan yang masuk. "Maaf, gue gak tau kalau kita bakal BBQ-annya hari ini."

Dika menghela napas pelan. "It's okay, mau gue tungguin terus berangkat bareng ke sana?"

Dara mengangguk. "Gak papa nungguin gue? Takutnya lama."

"Gue tau kok cewek kaya gimana, jadi gue udah nyiapin stok sabar. Yaudah cepet ganti baju yang cantik, terus kita ke rumah Gina."

"Iya bentar, masuk aja nunggunya di dalem nanti Lo kepanasan kalo nunggu di luar,"suruh Dara.

"Iya."

-oOo-

Setelah bersabar menunggu selama 15 menit lamanya, akhirnya Dika bisa menghela napas legah saat Dara keluar rumah dengan sudah memakai rok flannel selutut berwarna merah maroon yang dipadukan dengan kaos putih polos dan tas kecil yang lucu.

"Mau langsung ke rumah Gina kan?"tanya Dara seraya memakai sendalnya.

"Kayanya kita ke supermarket dulu buat beli daging sapinya, soalnya kata Gina daging yang dia beli takut kurang Karna tadi udah dimasak duluan sama sepupunya. Nanti kita beli juga minumannya sekalian."

Dara mengangguk mengerti, gadis itu merapihkan helaian rambutnya.

"Ini acara kita bertiga doang kan?"tanya Dara.

"Lah, bukannya ini acara satu kelas?"

"Hah?" Sentak Dara pelan. "Acara kelas apanya?"

Tak mau ketinggalan 2 kali, Dara membuka tasnya untuk mencari keberadaan ponselnya. Gadis itu membuka grup dan membaca pesan yang Dika kirimkan.

"Acara kelas kita waktu SMP dulu?!"tanya Dara.

Dika mengangguk.

"Kok bisa?"tanya Dara.

Dika mengangkat kedua bahunya. "Anak-anak kelas kita waktu SMP emang ngadain acaranya, mereka mau ketemuan katanya."

"Kok gak ngasih tau gue sih tadi waktu di sekolah? Kan gue jadi gak tau kalau alumni kelas kita mau ngadain reuni kecil-kecilan."

"Gue sama Gina udah ngasih tau, tapi Lo malah ngelamun terus."

Dara langsung diam, sepertinya memang ia yang salah. Dara memang mengakui kalau hari ini dia memang rajin melamun, bahkan guru mata pelajaran pun berkali-kali menegurnya.

Dika menghela napas berat. "Kayanya mereka bakal heboh deh dengan penampilan gue sekarang."

Dara menoleh, menatap Dika yang duduk menunduk. "Lo masih tetap sama kok Dik. Tenang aja."

Dika mengangkat pandangannya, tertuju ke arah Dara. "Masih tetep menawan ya?"

Dara langsung menyesal telah mengatakan hal itu, apalagi saat Dika dengan percaya dirinya berkata demikian, apalagi diakhiri dengan cengiran khas itu.

"Ra, sini dulu deh,"surub Dika.

Dara berjalan mendekati Dika yang tengah duduk, ia berdiri tepat di hadapan Dika.

Perlahan tangan Dika mengulur dan menyentuh pipi Dara. Cowok itu mencengkram pelan kedua pipi Dara yang cabi dengan tangan kanannya.

"Gak usah ngelak deh, jujur Lo pasti terkesima kan waktu awal ketemu gue?"

Dara terdiam mematung dengan perlakuan Dika padanya ini, memang tak pernah berubah, setiap kali cowok itu bertemu dengannya, pasti ia mencubit kedua pipinya.

"Gue akui emang gitu, Karna cuma Lo doang yang sok akrab sama gue waktu awal masuk SMP."

Dika tak bisa menahan tawanya, ia tertawa pelan. "Karna gue aneh ya? Mangkanya Lo sama Gina mau temenan sama gue?"

Dara menggeleng pelan. "Karna Lo baik dan hangat."

Mendengar itu, Dika langsung diam ditempatnya, dia bahkan seolah kehilangan kata-katanya.

"Meski tetep Lo agak aneh sih,"lanjut Dara.

Dika melepaskan tangannya dari kedua pipi Dara. "Lagian kayanya dari semua yang ada di kelas, cuma Lo sama Gina yang paling asik buat diajak temenan."

Dara menghela napas pelan, lalu selanjutnya gadis itu melangkahkan kakinya lebih dekat dengan Dika. Tangan Dara perlahan menyentuh pipi Dika, ia melakukan hal yang sama dengan apa yang Dika lakukan padanya.

Melihat apa yang Dara lakukan padanya, membuat Dika mematung seraya mendongak menatap kedua mata Dara.

"Gue cuma penasaran aja sih gimana rasanya jadi Lo, setiap kali ketemu gue pasti Lo sering ngelakuin ini. Dasar aneh, Lo suka benget ya sama pipi gue?"

"Gimana rasanya?"tanya Dika.

Dara berdeham cukup panjang. "Lembut dan...kenyal."

Dika tertawa mendengar perkataan Dara barusan, gadis itu nampak gugup saat dirinya menanyakan perasaannya saat menyentuh pipi Dika.

Tangan Dara turun dari wajah Dika berbarengan dengan Dika yang bagkit dari kursinya.

Pandangan Dika tertuju ke arah bawah, pada rok yang Dara pakai.

"Lo yakin mau pake rok?"

Dara langsung melihat ke roknya, ia sedikit bingung kenapa Dika bertanya seperti itu. Apakah ia salah?

"Emangnya kenapa?"

"Gak papa sih, palingan Lo duduknya miring."

"Lo bawa motor Lo yang biasa kan?"

"Untung aja gue bawa si Rudy."

Kedua alis Dara menyerngit bingung. "Rudy?"

"Panggilan buat motor gue,"serah Dika menjawab. "Udah ayo nanti keburu Gina marah akibat kita kelamaan datangnya,"suruh Dika lalu cowok itu berjalan duluan di depan.

Dika memasang helmnya dan tak lupa memberikan satu helmnya untuk Dara. Dara duduk miring diatas motor Vespa Primavera berwarna abu-abu itu.

"Udah?"

"Udah."

-oOo-

Udah ah.

SYALALALA

Tomorrow (COMPLETED)Where stories live. Discover now