LV. Kebangkitan Legenda

308 78 8
                                    

Sharley terbelalak. Dia menatap Eponia, yang hanya fokus pada Luca. Eponia menatap Luca seolah harimau itu ialah dewa yang harus dan patut disembah. Dia menggigil, suara Eponia tak mencapai dirinya, tapi dia merasa sangat ngeri.

Tanah Angkara.

Itulah bukti jika legenda Elf bersuara Siren –– sebenarnya itu makhluk mitologi yang menyebar di Clexarius, jadi untuk mempersingkatnya, Sharley menyebut Elf itu Siren –– pernah ada. Semua orang percaya atas kejadian itu. Meskipun Tanah Angkara tak dapat diinjak siapapun sejak 500 tahun yang lalu, banyak yang melakukan penelitian.

Jika kau pergi ke sana, kau akan menemukan tumpukan tulang dan bau busuk yang tak pernah hilang selama ratusan tahun. Dalam beberapa kesempatan, kau akan menjumpai nyanyian yang diduga ialah arwah Elf bersuara Siren yang tak bisa tenang. Jika kau menemukannya, berdo'alah banyak-banyak pada Tuhan karena kematian dapat menjemputmu dengan bersegera.

Sharley bergegas mencari teman-temannya. Asher, Cleon, dan Valerie tidak terkena dampak lagu. Namun, Floretta dan Esmund terjebak di dalamnya. Dia melihat kedua Elf itu bermuka kosong, menatap lurus Eponia. Semua Elf yang maju menghadapi Elf penembak juga mengalami hal yang sama. Mereka tak dapat menyingkirkan dampaknya itu sejak lirik pertama nyanyian.

Putri itu menangkap senyuman Aldrich. Dia pun mengumpat pelan. Mereka memiliki jackpot di tangan mereka. Dirinya tak dapat berkutik. Sejujurnya, ini terlalu mengejutkan. Sharley mendapat tamparan yang sangat keras hari ini. Dia bahkan ragu spirit dapat menangani ini. Mereka saja sudah kepayahan menyentuh Luca.

Eponia, sang Elf, berdiri. Ia dikuasai kesenangan karena dapat bernyanyi seleluasa ini. Sejak muda, Eponia menjadi primadona kota karena suaranya. Hanya dengan berbicara saja, orang-orang akan terpesona.

Ibunya berkata jika Eponia terpilih menjadi Elf bersuara Siren dan dia harus menyembunyikan fakta itu supaya kejadian tak diinginkan tak terjadi. Eponia benci melakukannya. Dia benci tak dapat melakukan apa-apa. Padahal dia ingin membunuh tuan dan orang-orang yang memperkosanya dengan nyanyian.

Namun, dia mampu menahannya selama 200 tahun. Karena dia sudah berjanji pada ibunya.

Eponia menatap semua orang yang terkena dampak lagu. Ia bisa melihat ratusan tali-tali ungu yang mengikat tangannya. Tali itulah yang menghubungkannya dengan mereka. Ia merasakan kesadaran-kesadaran mereka mulai menipis.

Farnoth masih memiliki beberapa tetes kesadaran. Sebagai Elf terkuat, wajar ia memilikinya. Farnoth sedang berusaha mempertahankan kesadarannya. Namun, Eponia menarik Farnoth untuk lebih dekat kepadanya. Dia sudah bernyanyi banyak lirik, Farnoth tak mungkin bertahan lama.

"Astaga, kalau begini, kita bisa menjatuhkan mereka tanpa mesmeris Yang Mulia," ujar wakil panglima. Pasukan Luca sudah diberi sihir yang mencegah mereka mendengarkan suara Eponia. Aldrich yang menciptakan sihir itu. Eponia sangat menghormati dan membenci Aldrich.

Aldrich-lah yang membawanya pergi dari tempat lelang budak.

Namun, Eponia ingin menjadi tangan kanan Luca. Keinginan itu semakin tak tertahankan saat melihat Aldrich yang sangat dekat dengan Luca dibanding siapapun. Eponia sadar jika dia hanyalah alat dan akan dibuang jika Luca menilainya tak berguna.

Tidak. Aku harus menunjukkan jika aku lebih berguna dibanding Aldrich. Aku harus mendapat posisi itu dan membuat semua orang mencium kakiku. Aku sudah menunduk selama hidupku, kini giliran mereka semua. Eponia sambil menggigit bibir. Dia pasti akan merebut posisi itu.

"Tapi jarak pengaruhnya .... "

"Tidak sekuat itu."

Mendengarkan mereka berbicara, Eponia semakin menggigit bibir. Padahal mereka hanya sampah penyihir hitam. Namun, berani-beraninya mereka menghinanya. Elf bersuara Siren, yang berkali-kali jauh lebih kuat dibanding mereka.

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Where stories live. Discover now