XXXV. Pesta di Markas Vampir

293 75 1
                                    

Bawah tanah adalah tempat tinggal yang cocok untuk si Makhluk Malam, vampir. Semua orang tahu mereka sensitif cahaya matahari, kulit mereka akan terbakar dan jika terlalu lama mereka akan berubah menjadi abu. Paling banter mereka dapat bertahan selama sejam. Sekarang memang banyak alat-alat yang berfungsi untuk melindungi vampir dari radiasi matahari. Mereka bisa bertahan berjam-jam dengan itu. Meski tak semua memilikinya. Seperti gelandangan vampir yang harus rela mengais makanan saat malam hari.

Beberapa vampir yang kuat atau unik memiliki kekebalan terhadap sinar matahari. Seperti kepala guild prajurit bayaran Asher, Sergio.

Meski banyak alat-alat tercipta untuk mereka, mereka tetap menyukai kegelapan dan kesunyian. Jadi, beberapa klan membangun tempat tinggal di bawah tanah untuk merasakan sensasi itu. Mereka sangat menyukai malam, di mana dapat beraktivitas bebas tanpa takut terbakar.

Berpesta pora dengan darah dan alkohol-alkohol –– mereka bisa minum minuman biasa, tapi tak makan selain darah. Lantas menghabiskan waktu semalam dengan kekasih masing-masing. Oke, mari kita lupakan itu.

Jadi, rombongan telah sampai di ladang saat malam hari. Pegasus diikat ke pohon, sementara mereka bergegas mencari kotak tombol yang dikubur. Mereka bertindak hati-hati, terkesan seperti pencuri. Sesuai kesepakatan, mereka akan masuk diam-diam.

Pemimpin klan Daverell saat ini, Achilles de Morgenstren, takkan ambil pusing dengan tamu seperti itu. Dia hanya akan menanyai mereka, setelah itu pertumpahan darah terjadi. Yah, setidaknya itu yang akan terjadi jika Achilles sedang bermood buruk. Paling mujur mereka akan mendapatkan tongkat milik Kiaza dan itu artinya Perseus harus mati.

Mereka tak mendapat gagasan apapun untuk menghindari kematian. Asher tak bisa mengendalikan vampir. Dan tak ada salah satu dari mereka yang merupakan vampir.

Sharley ingin menghindari pertumpahan darah, tapi sekarang ia terpaksa melakukannya. Demi perjanjian. Selama Kiaza tak mengatakan sumpah, mereka dan Kiaza akan sama-sama sakit. Satu-satunya jalan keluar adalah mereka melakukan permintaan.

Hampir sejam mencari, tapi kotak tombol tak ketemu. Sementara itu, nyamuk-nyamuk makin ganas saja menggigit mereka. Floretta mengomel panjang dan berusaha membunuh nyamuk, dia memakai pakaian atas pendek yang menyebabkan lengannya bentol-bentol.

"Sini, kupakaikan jaketku." Esmund yang perhatian dan peka memberikan jaket bulunya. Floretta memerah malu. Cleon bersiul panjang.

"Siapa kalian?"

Mereka berbalik, hampir melompat saat melihat dua vampir menenteng kepala beruang. Vampir itu masih menunjukkan taring dan mata merahnya. Sepertinya mereka habis berburu, tapi cuma membawa kepala beruang untuk dibawa pulang.

"Apakah kalian anak buah Tuan Achilles de Morgenstren?" Zephran langsung bertanya, tanpa basa-basi. Mereka saling bertukar pandang, dan kemudian mengangguk. Tak kelihatan kaget ada yang tahu tempat tinggal Daverell sama sekali.

"Bisakah kalian membawa kami ke tuan kalian? Ada yang perlu kami bicarakan dengannya."

"Lancang betul. Apa tujuan kalian?" tanya vampir perempuan berambut biru gelap. Dia mengerutkan kening tanda tak suka. "Ini tentang Kiaza," balas Sharley. Mereka terbelalak, kenal siapa itu Kiaza meski tak pernah bertemu dengannya. Tak ada anggota Daverell yang tak mengenal Kiaza. Mereka sudah menyembunyikan keberadaan Kiaza ratusan tahun, yang mana itu cukup merepotkan karena ada beberapa vampir yang hampir membeberkan rahasia itu ke publik.

"Baiklah, mari ikut kami." Vampir lelaki memutuskan. Dia menekan tombol dalam kotak yang terkubur di antara bebatuan, dan seketika tanah melesak tak jauh darinya. Tanah itu membukakan ceruk seperti sumur yang gelap. Sharley samar mendengar suara musik. Pintu masuk pastilah memiliki banyak lapisan yang mencegah suara dari dalam untuk keluar.

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Where stories live. Discover now