L. Penyusupan

303 72 5
                                    

Esmund membaringkan Floretta ke tandu. Floretta menangis dan meraung-raung, luka bakar membelah sepanjang perut dan lengannya. Pakaiannya terkonyak di mana-mana, tapi Floretta hanya menendang-nendang udara dan berharap rasa sakit itu berkurang.

Valerie pingsan dengan luka bakar di sepanjang betis. Darah segar menguncur dari lehernya yang tersayat pedang. Wajahnya demikian pucat sampai terkesan sudah mati. Dia ditangani oleh healer.

Cleon mengerang karena luka bakar parah di bahunya. Ia menggunakan sihir penyembuhan meskipun sudah sangat kesakitan. Asher di sampingnya mengalami luka tusukan, tapi beruntungnya tak memiliki luka bakar.

Rezvon adalah yang paling banyak terluka karena menahan meteor-meteor itu. Sihirnya kacau karena itu dan hampir meledakkan dirinya sendiri. Rezvon ditangai belasan healer yang tak bisa untuk tak panik melihat puluhan luka pada Rezvon. Duda beranak satu itu menatap Sharley yang menangis di sampingnya.

Sharley tak mengalami luka bakar serius. Ia juga menolak saat ditarik keluar oleh healer, alhasil healer tersebut menyembuhkannya di sini. Sharley tak dapat memikirkan apapun selain Papanya yang terluka parah.

Rezvon mengulurkan tangannya yang gemetaran. "Hei, hei. Anakku yang manis, jangan menangis. Aku tidak apa-apa."

"Bisa-bisanya Papa bilang begitu. Lihat semua luka Papa!" Sharley menunduk, ia tak bisa menatap Rezvon dengan benar. Luka-luka Rezvon tampak menjijikkan, berada di mana-mana dan menguncurkan darah segar. Bau anyir memenuhi hidung Sharley, tapi sekarang ia tak memedulikan itu.

Rezvon memiliki berbagai jenis luka. Sayatan, bakar dan tusukan. Dia yang paling besar mempertahankan barier. Namun, di tengah-tengah itu Aldrich menusuk dada Rezvon. Beruntungnya ada Blaine yang menyadarinya, sehingga tusukan meleset tak mengenai jantung.

Sharley mengamuk karenanya dan menembakkan dua lusin tombak api. Barier dengan mudah hancur tanpa barier Rezvon. Namun, mereka tetap mencoba bertahan. Erangan tertahan karena ledakan-ledakan tak berhenti barang sedikitpun.

Hingga tercetuslah ide Asher. Lelaki itu membuat lingkaran sihir di udara, kemudian lingkaran sihir itu melesat ke barier dan memperkuatnya. Lingkaran sihir yang satu itu lebih kuat dibanding barier. Mereka dapat bertahan beberapa detik ke depan, tapi kemudian lingkaran sihir hancur.

Saat itu, tangisan langit sudah mereda. Semua barier hancur, mereka disambut dengan bola-bola emas merah yang mendesing seperti suara tawa. Mereka kocar-kacir menghindar, beberapa membuat barier untuk diri sendiri. Namun, tak sedikit yang terkena ledakan. Mereka terlempar dan luka bakar terhias menjijikkan.

Pasukan Luca menciptakan barier sihir hitam yang lebih kuat, sehingga meminimalkan jumlah korban. Nasib pasukan kerajaan tidaklah mujur.

Itu bisa dilihat dari kondisi saat ini.

Ribuan prajurit mengalami luka bakar. Dari empat raja, hanya Opiter yang tak memiliki banyak luka. Panglima Elozeir pingsan dan mengalami kekurangan darah parah. Healer-healer berkeliaran dengan panik, menyembuhkan para korban dan beralih ke korban lain. Erangan dan teriakan terdengar dari mana-mana, perlahan diredam oleh waktu yang terus berjalan.

"Luca kuat, tapi tak kusangka dia bisa melakukan itu." Rezvon tersenyum tipis. Healer berkeliaran di sekitarnya, mengambilkan baskom berisi air bersih, handuk, dan kain. Luka tusuk di dadanya tak terlalu dalam, tapi itu takkan membenarkan luka-luka lain yang tak kalah parahnya.

Rezvon menggigit bibir, berusaha menahan erangan. Ini sangat menyakitkan sehingga ia ingin menangis. Semua kesakitan ditumpahkan ke Rezvon, tapi dia tak mau mengerang di depan putri yang menangisinya. Itu hanya akan membuat Sharley semakin khawatir.

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Where stories live. Discover now