XLVIII. Menerobos ke Kamp Musuh

277 72 0
                                    

"Tuan Achilles, saya sudah mengumpulkan informasi dari hasil mata-mata." Wakil Ketua Daverell membungkuk pada Achilles. Sekarang sudah pagi, perang akan dilanjutkan sebentar lagi. Medan perang saat ini bersih dari mayat-mayat, tapi hancur di mana-mana. Lubang-lubang tercipta akibat kekuatan tingkat tinggi, ilalang-ilalang yang hangus terbakar, pepohonan yang roboh tanpa disingkirkan. Kelenggangan menguasai area itu, tetapi tetap meninggalkan kesan suram seolah akan membunuh siapapun jika berada di tengahnya.

Achilles duduk di batu besar, menatap kemah musuh yang sama sibuk dengan kampnya. Ia merinding karena merasakan aura hitam pekat dari sana. Ia tak pernah melihat ribuan penyihir hitam berada di satu tempat yang sama.

"Lanjutkan," perintah Achilles. Dia menoleh ke tenda utama, tempat empat raja dan yang lain mendiskusikan strategi. Tenda putri Sharley berada tak jauh dari sana, tetapi sejak pagi tak terlihat si putri di manapun. Achilles hanya melihat teman-temannya yang berkeliaran untuk persiapan.

"Zephran dan Rosemary berada di markas Luca. Seperti dugaan kita sebelumnya. Empat panglima yang ditugaskan sudah  menemukan bahwa markas tersebut berada di lembah kota kecil, tempat bangsawan yang jatuh karena suatu alasan. Saya mengetahuinya dari pertemuan rapat subuh tadi.

"Kerajaan sekarang masih memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Namun, pasukan pengintai melaporkan bahwa ada Luca di sana. Tidak mungkin mengerahkan pasukan yang tersisa di kota untuk menangkap Luca dan selama ini Luca sendiri tak pernah mengacau selama ini."

"Huu, jadi begitu. Aku mengerti. Dan Rosemary menjadi pihak Luca?"

Sejak deklarasi perang, semua orang menjadi tahu nama asli si Makhluk Kegelapan. Raja membiarkan itu tersebar dan menenangkan masyarakat jika mereka memiliki spirit. Tidak banyak yang berani mengucapkan nama penuh kekuatan itu. Achilles sendiri merinding ketika mengucapkannya. Seolah Luca berdiri di depannya dan bersiap menelannya bulat-bulat.

"Ya. Itu agak menjijikkan, tapi Rai'hau memilih berkhianat. Mereka sejak dulu diam-diam menginginkan kebangkitan si Makhluk Kegelapan. Mungkin asal muasal mereka memang pengikut makhluk tersebut. Lalu, dari mata-mata Daverell, diketahui Zephran masih hidup. Rose saat ini entah berada di mana. Dia menghilang bersama keluarga Rai'hau. Selanjutnya, kami harus membawa Zephran?"

Wakil Ketua Daverell tak siap terjun ke sarang Luca. Dia sudah melihat begitu banyak penyiksaan, darah, dan hal-hal kejam lain. Namun, memasuki sarang Luca adalah sesuatu yang sama sekali lain. Dulu, dia tak khawatir karena akan selalu menang dalam pertarungan. Namun kali ini, hidupnya bisa jatuh ke tangan harimau putih raksasa.

Achilles menimang-nimang apakah dia harus pergi sendiri. Putri Sharley memberi tugas ini padanya dan enam puluh emas akan berada di genggamannya. Jumlah itu tak seberapa bagi Achilles, tapi menyenangkan menerima uang dari seorang putri.

Achilles memandang kosong ke kemah musuh. Suara bising berusaha dia singkirkan, tenggelam ke pikiran rumit. Achilles tak siap bertemu Luca, dia sama getirnya dengan Wakil Ketua. Mereka menjadi pengecut karena Luca.

Namun, Achilles telah memutuskan. Meski tulang-tulangnya akan remuk dan kulitnya terbakar sampai habis, dia tak bisa mengingkari janji dari putri Sharley. Dia takkan tenang saat tak menepati janji pada seseorang.

"Aku akan pergi, siapkan sepuluh vampir. Kau tetap di sini untuk pengawasan. Jangan sampai orang lain tahu, aku akan pergi malam ini."

"Kita akan menanti hari yang panjang," sahut Wakil Ketua.

Achilles tersenyum. "Benar. Perang akan terasa sangat lama."

🌙🌙🌙

"Dia tak muncul lagi," ucap Asher sembari menembakkan dua anak panah. Sayap hitamnya terentang indah dan seram. Sharley mendampingi di sampingnya dengan Pegasus. Kali ini dia tak terbang dengan kekuatan karena takut kekuatannya akan terkuras.

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Where stories live. Discover now