LIV. Senapan dan Panah

275 76 3
                                    

Makin banyak ksatria Elf yang mengeluarkan senapan. Ternyata senjata itu disimpan dalam kantong yang diberi sihir perluasan. Panglima Lunn telah melapor beberapa jam yang lalu pada Eloz jika setiap Elf di pasukan musuh memiliki kantong kecil di pinggang mereka.

Fakta jika musuh memiliki senapan sudah menyebar. Asher bercerita jika mereka menemukan berkotak-kotak penuh senapan saat rapat dan sehari setelahnya Sharley membawa Jeremy Vallet. Muka sang putri tak terlalu baik, karena Jeremy berkali-kali meminta maaf padanya.

Mereka tercengang Sharley dapat membujuk Jeremy yang bertempramen buruk dan keras kepala. Bahkan Jeremy diam-diam memandang para raja dengan sengit. Sharley hanya tersenyum.

Dokumen itu sendiri dirahasiakan oleh Rezvon dan tiga sekawam. Ini bukan waktunya rahasia dimensi lain terungkap. Sudah banyak hal yang terbongkar, mereka harus menghindari konflik-konflik yang mungkin terjadi di masa depan jika orang-orang mengetahui keberadaan Clexarius.

Mereka serta merta memikirkan perang.

Itu mungkin lebih parah dibanding perang saat ini. Tak ada yang bisa menjaminnya. Orang-orang serakah yang haus kekuasaan, orang-orang yang hanya menginginkan pertumpahan darah, atau orang yang ingin menambah pengetahuan. Baik ketiganya tak boleh mengetahui Clexarius. Terkadang, ketidaktahuan menjadi lebih baik.

Sharley merinding, ratusan ksatria Elf menodongkan senapan dan menyeringai. Mereka sudah menanti hari ini, saat Luca memutuskan menunjukkan senapan dan menghujani musuh dengan tembakan.

Mereka melihat musuh yang terkejut dan ketakutan. Ksatria yang jatuh memiliki peluru yang menembus otaknya. Satu tembakan. Nyawanya langsung terenggut. Itu sudah cukup membuat mereka gemetaran.

Ratusan Elf telah bersiap di berbagai tempat, busur-busur mereka ialah busur ajaib yang mengeluarkan panah api. Jeremy yang membuatnya dan sihir dimasukkan ke sana untuk membuat api membara. Armor mereka memiliki desain yang sama, tapi sebenarnya memiliki fungsi dan ketahanan yang lebih baik.

Ini akan menjadi pertempuran antara Elf dan Elf. Yang lain takkan ikut campur, mereka tahu benar seberapa mahir Elf menangani tembakan.

"Khahahahaha! Jangan berpikir kalian bisa mengalahkan ini! Kalian akan mati dengan satu tembakan!" salah satu Elf musuh tertawa riang. Elf kerajaan hanya memandang dingin lawannya dan mengangkat busur mereka dengan mantap.

Tak ada ketakutan di wajah mereka. Karena mereka sudah bersumpah akan berjuang demi kerajaan sampai titik darah penghabisan. Bahkan jika ratusan senapan mengejar nyawa mereka, mereka takkan mundur. Mereka telah mempertaruhkan segalanya karena rasa cinta pada tanah air.

Aldrich menyaksikan ini dengan muka dingin. Opiter dan Eloz berada di sisi-sisinya. Dia tahu jika kerajaan mengetahui tentang senapan. Mereka dapat membawa Jeremy Vallet dan menciptakan ratusan armor dalam beberapa hari. Namun, dia tak gentar sama sekali.

Aldrich mendongak. Darah Luca menetes, sepetak tanah di bawahnya menghitam. Darah si Makhluk Kegelapan adalah darah kematian, yang dapat membunuh mahkluk apapun jika meneteskannya.

Aldrich percaya pada Yang Mulia-nya. Kemenangan akan berada di tangan mereka.

Floretta mendesah, mata jernihnya memelototi musuh. "Kalau begitu, cobalah. Kami akan menghabisi kalian!"

Panglima Elf, yang menjadi komandan utama di perang senjata api ini mengacungkan busur keperakan yang elegan dan dialiri sihir kuat. "Maju! Demi Hyacintho!"

"Demi Hyacintho!" Semua Elf merangsek dan pasukan-pasukan lain tertarik mundur. Mereka mengangkat perisai dan barier demi melindungi diri sendiri. Bertepatan dengan teriakan membahana para Elf yang membelah langit lebih dari badai, suara-suara ledakan menyusul tanpa terkendali.

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Where stories live. Discover now