V. Asal-usul Si Makhluk Kegelapan

430 87 20
                                    

"Papaaaa!" Sharley berlari memeluk Papanya yang menunggu tak sabaran dari ujung portal lain. Rezvon terkekeh, mengacak-acak rambut Sharley yang susah payah disisir dan masih basah karena baru keramas.

Cleon menyalami Ratu Lamia yang kandungannya lebih besar dibanding ingatan Sharley. Asher tak ikut karena ada urusan dengan kepala akademi. Menyusul besok, katanya. Gadis itu menoleh ke sana-ke mari, cemberut menyadari di ruangan ini tak ada Aldrich. Hatinya berdenyut sesak. Ia sakit karena Aldrich membencinya sampai seperti ini.

Ia tak tahu sebegitu bangganya Al pada darah Mezcla. Dan darah itu sekarang tak ada. Lenyap layaknya kabut di pagi hari, tanpa meninggalkan bekas sedikit pun.

Kini, Alerian hanyalah penyihir. Sama seperti leluhur mereka, Avram yang agung.  Dengan hanya satu darah kekuatan di tubuhnya, Sharley merasa sangat asing. Keinginannya untuk berubah wujud hanya terjadi saat tak lama sebelum kekuatannya dicabut. Bahkan bukan jiwa Sharley yang mengendalikan tubuhnya.

Dia sangat kecewa, sedih, dan kosong. Rasa titik tertinggi kekuatan Mezcla tak pernah dirasakannya.

Sharley menghela napas berat, berusaha melupakan itu. Dia harus mengikhlaskan semuanya. Terseyum dan membuka lembaran baru dalam hidup tanpa kekuatan tersebut. Semua telah baru dan dia harus menjalaninya dengan suka hati.

"Tidak apa-apa. Aldrich akan segera pulih," kata Rezvon. Sharley tersenyum kaku, menghirup aroma Rezvon yang selalu menenangkannya. Dia beralih menatap Lamia. Sharley merasakan batu mengganjal kerongkongannya.

"Apa Bibi Lamia membenciku?"

Lamia tersenyum sendu sambil mengelus perut. "Kau telah menyelamatkan anak pertamaku dari kutukan. Bagaimana bisa aku membencimu?" Setetes air mata Lamia jatuh, bahagia karena anaknya terbebas dari kutukan. Membayangkan setiap malam saja membuatnya serapuh dandelion.

"Aldrich mungkin marah, tapi tidak denganku. Biarkan saja anak ini tak memiliki darah Mezcla, yang penting hal yang paling kutakutkan telah pergi. Terima kasih, Sharley. Kau sudah menyelamatkan nyawa jiwa-jiwa tak bersalah." Lamia memeluk Sharley, terisak.

Netra Sharley mengabur. Sekejap saja, ia ikutan menangis. Mengingat semua kejadian yang dilalui demi menghilangkan kutukan, itu sangat menyakitkan dan menyiksa. Ia berharap tak kembali di posisi tersebut sampai mati sekalipun.

"Sama-sama, Bibi. Aku juga bersyukur bisa menyelamatkan mereka semua." Sharley menghapus air mata, beban seberat berton-ton telah lepas dari bahunya. Meski beban itu tak lepas sepenuhnya. Ada urusan lebih besar yang menanti Sharley.

"Yah, dengan ini semua orang di Hyacintho tak tahu kalau ada kaum terkuat bernama Mezcla, mereka hanya mengetahui Cherylin adalah keluarga penyihir terkuat di negeri," kata Sharley. Dikarenakan waktu telah dirubah, maka orang-orang di Hyacintho tak mengetahui keberadaan mereka. Namun, tentu Zephran yang membantu mencari mereka dulu bersama Rezvon mengetahuinya.

Keberadaan Mezcla telah terhapus dari dunia sepenuhnya.

"Baiklah, ayo. Kita ke ruang makan, sudah waktunya makan siang." Rezvon berjalan berdampingan dengan Cleon, sementara Sharley dan Lamia berjalan di belakang. Rezvon bertanya tentang putusnya Cleon dengan Aledra dan menyemangatinya. Memang salah satu tujuan pemuda itu ke sini ialah untuk melupakan Aledra sejenak.

Sharley memperhatikan sekitar dengan jeli. Netranya dapat melihat kecemasan dan ketakutan dari setiap orang yang berlalu lalang. Mereka bergerumul membentuk beberapa kelompok, berbisik-bisik mengungkapkan semuanya. Bahkan tanpa indra pendengaran serigala, dia dapat mendengar mereka berbicara tentang bencana akhir-akhir ini.

Dia menerawang jauh, berpikir sudah berapa banyak tempat yang terkena dampak bencana. Langit menggelap, seperti tinta yang diteteskan begitu saja. Membuat citra tengkorak dan arwah-arwah yang menjadi korban. Sharley menggigil.

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Where stories live. Discover now