LII. Mencari Kurcaci

297 71 0
                                    

Asher menatap dokumen di hadapannya dengan dingin. Dia mendongak kemudian, tak ada kerutan di dahinya. Ekspresinya setenang air dan Sharley tak heran lagi. Itulah Asher yang biasa. Sharley menyuap steak ke mulutnya yang segera lumer. Daging lembut membuatnya berdehem nikmat. Sementara Asher tak mengacuhkan makan malamnya. Dia terlalu fokus memperhatikan dokumen.

"Hm, begitu rupanya. Jadi, kau ingin aku menyelidiki Hollowthron ini?"

Sharley mengiris steak di piring Asher, dia tahu Asher sangat lapar. Sejak tadi, pacarnya sibuk mengurus banyak hal. "Ya, kau bisa mengirim surat ke Putra Mahkota Albarez. Dia akan menyelidikinya untukmu."

Sharley menyuapkan irisan steak ke Asher. Asher dengan suka hati menguyah, tapi tak mengalihkan pandang dari dokumen. Cleon yang duduk di samping Sharley ikutan menyodorkan garpu berisi irisan steak pada sepupunya.

"Aaaa!" Sharley mengerutkan kening, tapi tetap menyodorkan mulut. "Eitt!" Dan seperti yang sudah diduga, Cleon menarik garpu dan menyuap steak ke mulutnya sendiri. Sharley menginjak kaki Cleon, tapi pemuda itu bahkan hanya bergeming.

"Akan kulakukan. Bukti ini akan kukirim ke istana dan Albarez akan mengurusnya. Mereka akan dikenai denda yang sangat banyak." Asher menikmati suapan Sharley yang terus masuk ke mulutnya. Cleon menonton itu sambil iri. Namun, dia dengan mudah menyembunyikannya.

"Atau jika tak bisa membayar denda, serikat mereka akan ditutup permanen. Begitu 'kan hukumnya?" balas Cleon.

Asher mengangguk. "Mereka sudah kurang ajar. Membuat senjata lebih dari yang disetujui kerajaan. Namun, karena mereka serikat yang cukup besar, akan susah membubarkannya hanya dengan satu kasus. Paling banter ini hanya melukai nama baik mereka."

"Namun, bukan hanya itu yang perlu kita perhatikan. Senapan saat ini sudah dimiliki musuh. Prajurit akan mati dalam satu tembakan atau mengalami luka parah yang menyebabkan mereka bisa lumpuh. Kita harus melakukan sesuatu untuk mencegah hal itu terjadi." Sharley menopang dagu. Iris cokelatnya menatap tanah dengan lesu.

"Armor. Bisakah ... kita memperkuat armornya?" Cleon mendadak berpendapat. Asher menjentikkan jari, baru menyadari cara yang satu itu. Itu memang sangat mungkin. Armor saat ini memang lebih efisien, tapi takkan bisa menahan tembakan.

Sharley memejamkan mata. Dia memikirkan kurcaci. Merekalah kaum yang sangat pandai mengolah besi. Di antara mereka semua, seharusnya ada satu keberadaan yang memiliki kemampuan sakti.

Yaitu kemampuan untuk membuat armor yang sangat kuat.

"Aku harus mencarinya."

"Apa yang kaucari?"

"Kurcaci yang bisa memperkuat armor. Aku pernah mendengar mitos jika ada kurcaci yang memiliki kesaktian yang bisa memperkuat armor. Itu mitos yang cukup lama, tapi aku yakin ada keberadaan kurcaci yang seperti itu."

"Haaah, kau terlalu percaya pada mitos. Kita tak punya waktu menelusuri kebenaran dari mitos tersebut," sanggah Asher. Dia tak terlalu percaya pada legenda, mitos, dan lain sebagainya. Dia adalah sosok yang realistis dan tak peduli dengan hal-hal seperti itu.

Sharley memilih tak peduli cibiran Asher. "Benar. Kita takkan menulusurinya. Kita hanya akan mencari sosok yang dapat membuat armor tahan akan tembakan. Namun, jumlah armor yang harus dikerjakan terlalu banyak."

Cleon mendorong piringnya yang sudah habis. Saus menghiasi sudut bibirnya dan ia menjilatnya. "Kita tak perlu membuat semua prajurit-prajurit dan ksatria. Letakkan mereka yang memiliki armor terkuat di depan, sementara kita akan mencuri peluru-peluru dan menghancurkan senapan. Ah, aku tak pernah menghadapi situasi di mana aku harus menghadapi senapan. Ini akan menegangkan."

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Where stories live. Discover now