XIII. Akhir dari Pengkhianat

346 81 0
                                    

"Apa yang kau ingat?" Cleon menyeruput segelas bir yang baru diberikan oleh gadis berpakaian ketat dan molek dari meja layan. Mereka pindah duduk ke meja yang terletak di pojok, berdekatan dengan jendela segi empat yang kinclong.

Asher yang masih di bawah umur pun cemberut, tak bisa mencicip bir, whiski, dan yang lain. Alhasil, dia hanya memesan satu mug lemonade dan cookies yang tak terlalu manis. Aroma alkohol begitu pekat, tapi Asher tak terusik. Mungkin jika Sharley sudah di sini, ia bakal muntah-muntah sampai loyo.

Aravir meneguk koktail sampai habis, kemudian menuangkannya kembali dari botol. "Yah, itu. Kaum spesial itu tak ada. Ingatanku benar-benar samar, aku tak bisa memilah maupun menentukan mana yang benar."

Karena waktu telah dirubah, maka semua orang tak mengenal kaum Mezcla. Mereka tak tahu ada kaum spesial itu pernah ada. Namun, Aravir adalah orang yang menjadi sanksi mereka telah memutar waktu. Dia menyaksikan mereka mengalahkan Ethaian. Meski dia tak tahu fakta pemutaran waktu itu, tapi tetap saja. Mereka berhubungan satu sama lain.

"Saat aku bertanya dengan yang lain, mereka serta-merta menjawab jika tak ada kaum selain yang kusebutkan. Jadi, aku kebingungan. Sebenarnya mana yang benar? Kenapa ingatanku bercampur-campur?" Aravir mengernyit, mendadak pusing. Ia sudah memikirkannya berbulan-bulan, tapi sama sekali tak menemukan jawaban.

Cleon dan Asher saling pandang, mereka telah memutuskan tak memberitahu fakta pembalikan waktu pada pria itu. Terlalu berbahaya. Jika mereka memberitahunya, entah apa yang terjadi. Cukup mereka dan keluarga Alerian yang tahu.

"Aravir, apa kau mengingat seseorang bernama Clementine?" Asher bertanya. Dia pikir ingatan orang-orang di masa lalu tentang Sharley, sudah terhapus. Ternyata tidak, ingatan itu tak terhapus. Aravir masih mengingat mereka dengan baik. 

Aravir menelengkan kepala. "Bukankah itu nama asli anak perempuan Yang Mulia Rezvon? Aku hanya tahu itu. Yang katanya otak dari pertempuran di Ocelama. Penghapus Hatrany. Menakjubkan! Putri Sharley sangat keren!"

"Ssstt! Pelankan suaranmu, bodoh! Tidak ada yang menyebut putri dengan sebutan keren," peringat Cleon. Benar saja, perhatian setengah pengunjung bar terbidik pada mereka. Aravir membekap mulut dan nyengir.

"Sejujurnya, aku ingat teman perempuan kalian itu bernama Clementine, tapi itu tak mungkin putri Sharley 'kan?" Aravir tertawa, mereka mengangguk-angguk saja.

"Oke, oke. Sekarang, bisakah kalian memberitahuku apa yang terjadi pada saat itu? Mengapa Ethaian mengejar kalian?"

Sejenak, kedua remaja itu bimbang. Ini rahasia yang tak boleh diutarakan ke sembarang orang. Mereka bahkan belum mendapat izin. Cleon menatap birnya dengan gelisah. Sebelum dia berbicara, Asher sudah menyerobot lebih dulu. Berkata tegas sambil menghabiskan lemonade.

"Kami tak bisa memberitahukannya. Kami harus menjaga rahasia ini sampai kapanpun."

Bagi Aravir seketika menurun, tapi dia mengangguk paham. Dia tak punya hak memaksa mereka menjelaskan semuanya.

Tak beberapa lama kemudian, mereka beranjak pergi. Minuman dan cookies telah habis. Mengejutkannya Asher menghabiskan cookies itu. Mungkin sebagai pelampiasan tak bisa mencicip koktail atau bir. Asher mendelik saat gadis di balik meja layan berkedip genit padanya saat membayar. Gadis itu langsung menciut melihat tatapan dingin Asher.

Asher merogoh saku. Masih ada banyak keping emas di sana, sekira cukup untuk membeli mansion. Dia seharusnya tak membawa uang sebanyak ini, tapi berpikir tak ada salahnya. Toh, emasnya masih menggunung sampai bingung harus dihabiskan bagaiamana.

"Siapa yang memimpin kawananmu sekarang?" ucap Cleon, selagi mereka menyisir desa maju di kawasan itu. Mereka melihat ornamen di sana-sini, dan menduga bakal ada perayaan setempat. "Putraku, Palmer. Aku menjabat posisi itu selama kurang lebih sembilan puluh tahun. Aku menikah saat berumur seratus."

The Eternal Country (4) : The Being of Darkness (√) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon